jpnn.com - Di Turki ada Nusret Gokce, seorang tukang daging protolan sekolah menengah yang bernasib baik karena kerja keras, dan sekarang menjadi tukang masak paling terkenal di dunia.
Restorannya tersebar di kota-kota besar dunia, dan dia dinobatkan menjadi celebrity chef paling kondang sejagat.
BACA JUGA: Rossi & Wayang Kulit
Tukang daging itu lebih dikenal dengan nama populernya Salt Bae.
Si Nusret Gokce yang miskin dan tidak berpendidikan sekarang menjelma menjadi celebrity chef internasional papan atas dengan gaya hidup jetset ala para sultan supertajir Hollywood.
BACA JUGA: MUI dan Terorisme
Akunnya di Instagram diikuti oleh 40 juta pengikut. Gaya hidupnya supermewah dan bepergian ke luar negeri dengan pesawat pribadi. Pelanggannya adalah selebritas superstar di seluruh dunia, mulai dari bintang Hollywood sampai bintang-bintang sepakbola Eropa.
David Beckham, Leonardo DiCaprio dan Naomi Campbell adalah pelanggan setia Salt Bae.
BACA JUGA: Wapres Patung
Resep masakan yang menjadi andalan Salt Bae adalah daging panggang atau lebih dikenal sebagai steak. Pengalamannya puluhan tahun sebagai tukang daging membuat Salt Bae bisa memilih daging berkualitas dan menyajikannya menjadi menu yang nikmat.
Namun, bukan resep dan rasa daging panggang itu yang membuat Salt Bae meroket namanya di seluruh dunia, melainkan gayanya dalam memasak yang khas dan ikonik.
Setiap kali mengolah makanan, Salt Bae selalu bergaya secara teatrikal. Ia mengeluarkan daging dari freezer, memilih daging, memotongnya, lalu menaruhnya di atas pemanggang. Semua dilakukan dengan gaya koreografi yang khas.
Gaya ini menjadi ciri khas Salt Bae yang dikenal dan digemari puluhan juta orang di seluruh dunia. Salah satu ciri ikoniknya adalah gayanya ketika menaburkan garam ke atas daging.
Salt Bae akan menjumput garam lalu menekuk tangannya ke atas dengan gaya gemulai lalu menaburkannya garam itu ke atas daging.
Bagi kita di Indonesia gaya jumputan garam ala Salt Bae ini lebih mirip gaya Tessy, pelawak Srimulat yang suka bergaya melambai. Namun, bagi para penggemar kuliner di dunia gaya tabur jumputan garam gemulai ala Salt Bae itu dianggap baru dan sangat menarik.
Makan di resto Nusr-Et milik Salt Bae tentu bukan sekadar makan, tetapi pamer gaya hidup. Menu yang paling banyak dicari adalah daging panggang yang dibungkus dengan daun bertabur emas murni 24 karat yang bisa dimakan bersamaan dengan dagingnya.
Harga menu spesial ini dipatok sampai USD 2.000 atau sekitar Rp 28 juta.
Kalau Anda mau mendapat layanan khusus dari Salt Bae secara private dining Anda harus rela merogoh kocek ratusan juta rupiah.
Tidak heran kalau Salt Bae sekarang menjadi kaya raya dan menjadi triliuner dadakan.
Makan di resto Salt Bae menjadi life style para crazy rich Indonesia. Banyak orang Indonesia yang sudah menjajal menu di resto itu dan memamerkannya di akun media sosialnya. Raffi Ahmad sudah pernah menjajal menu Salt Bae, demikian juga Nikita Mirzani yang kemudian pamer di akun media sosialnya.
Bagi para selebritas sultan itu makan dengan biaya ratusan juta adalah hal biasa. Bagi kebanyakan rakyat Indonesia makan cukup lima ribu rupiah dengan nasi kucing. Atau kalau mau pamer di akun medsos cukup jajan roti goreng odading yang diviralkan Ade Londok.
Salt Bae juga suka memamerkan pelanggannya di akun Facebook dan Instagram miliknya. Dia memamerkan Mesut Ozil dan Roger Federer yang mampir ke restorannya. Banyak selebritas lain yang gambarnya dipajang oleh Salt Bae sebagai promosi.
Namun, tidak semua orang rupanya senang fotonya dipamerkan Salt Bae di media sosial. Setidaknya ada seorang menteri dari Vietnam yang gusar karena fotonya diunggah di akun medsos milik Salt Bae. Rupanya sang menteri malu karena ketahuan makan di restoran mewah, padahal di negaranya yang komunis semua orang seharusnya makan sama rasa sama harga.
Salt Bae mengunggah video dirinya memasak untuk Menteri Keamanan Publik Vietnam, To Lam, dengan steak berselimut daun emas di restorannya Nusr-Et di London.
Gambar makan malam dengan menu emas itu menyebabkan kegemparan publik baik secara online maupun offline di Vietnam.
Pubik mempertanyakan bagaimana seorang pejabat tinggi Partai Komunis Vietnam menikmati makanan mahal seperti itu, padahal Vietnam sekarang tengah gencar melakukan kampanye anti-korupsi dan menghukum pelaku korupsi dengan hukuman berat.
Rakyat Vietnam bereaksi dengan caranya yang khas. Ada seorang penjual mi daging sapi yang kemudian membuat parodi dengan gaya tabur garam ala Salt Bae.
Penjual mi itu, Bui Tuan Lam, mengunggah video itu ke akun medsosnya dan langsung menjadi viral nasional. Dalam video itu Lam menunjukkan gayanya mengiris daging sapi rebus dan menaburkan daun bawang ke dalam semangkuk sup mi dengan gaya Salt Bae.
Warung mi daging sapi milik Lam langsung ramai dikunjungi orang karena tertarik dan penasaran oleh gaya Lam. Marketing gimmick ala Lam ini disukai puluhan ribu orang karena dianggap cerdas dan lucu.
Namun, bagi penguasa komunis Vietnam gaya Lam ini dianggap sindiran terhadap kasus Menteri To Lam di resto Salt Bae.
Aparat keamanan Vietnam langsung menciduk Lam dan menginterograsinya. Lam mengelak tuduhan dirinya menyindir sosok tertentu dengan gaya parodi itu. Menurutnya, dia melakukan itu sekadar untuk bersenang-senang untuk mengisi konten media sosialnya.
Di negara komunis seperti Vietnam protes terhadap gaya hidup mewah di tengah ketimpangan sosial tidak bisa dilakukan secara terbuka. Namun, di Thailand, protes terhadap gaya hidup hedonistis yang serbaextravaganza yang dijalani oleh keluarga kerajaan telah memicu demonstrasi besar selama berbulan-bulan.
Raja Thailand Maha Vajiralongkorn dikenal dengan gaya hidup mewah yang berlebihan. Gaya hidupnya sangat berbeda dengan ayahnya, Raja Bhumibol Adulyadej yang sederhana dan merakyat. Raja Bhumibol sangat dicintai rakyatnya karena keserderhanaannya. Raja Vajiralongkorn sekarang dibenci rakyat karena gaya hidupnya yang kelewat mewah.
Sang raja dikabarkan pelesir ke Jerman Senin (15/11) dengan rombongan 250 orang dan juga 30 ekor anjing pudel dan telah memesan seluruh lantai Hotel Hilton bandara Munich selama sebelas hari.
Sebelumnya, Raja Vajiralongkorn juga sempat berdiam lama di Bavaria. Ia tinggal di sebuah vila di Danau Starnberg pada puncak protes anti-pemerintah Thailand tahun lalu.
Ribuan pengunjuk rasa mengepung istana raja di Bangkok menuntut reformasi sistem monarki yang dianggap bobrok. Para pengunjuk rasa berbaris membawa poster bertuliskan "Tidak Ada Monarki Absolut".
Mereka tidak menuntut pembubaran sistem monarki, tetapi menghendaki reformasi supaya tidak menarik Thailand menjauh dari demokrasi dan kembali ke monarki absolut. Begitu penegasan para demonstran.
Protes semacam ini di Thailand sebenarnya hal yang tabu. Negeri itu memiliki undang-undang ‘’Lese Majeste’’ yang bisa menerapkan hukuman hingga 15 tahun bagi mereka yang mengkritik monarki. Namun, gaya hidup arogan dan extravaganz yang dipamerkan oleh elite politik dan kroninya membuat rakyat nekat turun ke jalan dan menuntut perubahan.
Di Vietnam masih banyak rakyat yang miskin, di Thailand juga demikian. Di Indonesia rakyat kebanyakan hanya bisa makan roti goreng odading kelas Mang Soleh. Namun, sebagian lainnya hidup bermewah-mewah dengan memborong makanan di Salt Bae.
Rakyat Thailand yang gerah akhirnya turun ke jalan menuntut perubahan. Gerakan seperti ini bisa terjadi di Vietnam, dan di mana pun, termasuk di Indonesia. (*)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror