Sambil Menangis, Menteri Susi Kisahkan Perjuangan Ibunya yang Kabur di Usia 12 Tahun

"Saya Banyak Belajar dari Ibu Saya"

Rabu, 22 April 2015 – 01:41 WIB
Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti. Foto: Dokumen JPNN.com

jpnn.com - SETIAP Hari Kartini diperingati, Susi Pudjiastuti yang sekarang menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan selalu menitikkan air mata. Momen yang diperingati tiap 21 April ini mengingatkan Susi kepada wanita yang melahirkannya 50 tahun silam. Ya, di hari itulah, almarhum ibunya terlahir ke dunia.


Yessy Artada, Jakarta

BACA JUGA: Mbah Tugiyem, Perempuan Berusia Satu Abad yang Tetap Aktif Bekerja


Dari almarhum ibunya, menteri yang tidak menamatkan sekolah di bangku SMA ini belajar banyak hal. Sifat Susi memang bak pinang dibelah dua dengan almarhum ibunya, yang mempunyai kemauan keras untuk berusaha dan tidak mau dikekang oleh aturan.

"Hari ini hari spesial untuk saya, karena kebetulan ibu saya lahir hari ini juga, sama dengan RA Kartini. Saya banyak belajar dari ibu saya," ucap Susi saat berkisah tentang masa lalunya di perayaan Hari Kartini di kantornya, Jakarta, Selasa (21/4).

BACA JUGA: Bergaya Sporty, Bukan Berarti Menteri yang Satu Ini tak Cinta Kebaya

Meski baru berusia belasan tahun, almarhum ibunya sudah berani mengambil keputusan yang sangat besar. Sang ibu kabur dari rumah di saat masih berumur 12 tahun. Dia dipaksa untuk menikah oleh orangtuanya, namun sang ibu memberontak dan memilih untuk kabur meninggalkan rumah dibanding harus manut begitu saja.

Dari rumahnya di Pangandaran, almarhum ibu Susi kala itu melarikan diri ke gereja di daerah Sukabumi, Jawa Barat, ikut bersama para suster. Bahkan almarhum berani tinggal di lingkungan yang bukan beragama muslim.

BACA JUGA: Rindu Ade, Penggagas Writing Heroes Daerah-Daerah Konflik dan Bencana

"Ibu saya umur 12 tahun lari meninggalkan keluarganya dari Pangandaran dan hidup di Sukabumi di kesusteran, hanya karena dia tidak mau menuruti keluarga untuk menikah di umur 12 tahun. Padahal dia dari keluarga muslim, tapi karena ia melihat satu-satunya jalan untuk bisa mandiri, akhirnya dia tinggal di sana selama dua tahun," ungkap Susi yang tampil anggun menggenakan kebaya modern berwarna putih.

Namun, jauh dari keluarga dan hidup seorang diri justru membuat almarhum semakin mandiri. Dari situ sang ibu justru belajar banyak tentang kehidupan. Kisah itulah yang Susi rasa juga harus ditiru oleh generasi muda saat ini. Di mana seorang wanita harus bisa menentukan masa depannya sendiri, tanpa ada paksaan dari orang lain, termasuk orangtua.

"Segala risiko dia tempuh untuk keluar dari comfort zone, pergi dari keluarga yang mampu menghidupi, dan akhirnya ending up di sebuah kesusteran. Kalau melihat seorang wanita zaman itu berani menentukan masa depan dan saya harus seperti ini," tutur Susi sembari meneteskan air mata.

Sadar telah meneteskan airmata di depan umum, bos maskapai Susi Air ini langsung mengusapnya setelah anak buahnya lari ke depan mimbar dan memberikan tisu kepada Susi. Setelah menghapus air matanya, ia kembali melanjutkan pembicaraan.

Setiap wanita katanya, pasti mempunyai keistimewaan tersendiri yang diberikan oleh Tuhan. Tinggal bagaimana orang tersebut menerapkannya dengan baik untuk lingkungan sekitar.

"Kita sebagai seorang wanita diberi beberapa keistimewaan untuk bisa dan mampu mengelola kelebihan. Kita sebagai wanita harus membawa perubahan, kebaikan dan kemajuan untuk bangsa," pesannya.(***)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketika Polda Sumsel Merekrut Enam Penghafal Alquran Menjadi Polisi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler