BENGHAZI - Di saat pasukan loyalis Moammar Kadhafi selangkah lagi meraih "kemenangan?, Dewan Keamanan PBB akhirnya menyetujui pemberlakuan zona larangan terbang dan mengizinkan opsi militer guna menghentikan aksi pasukan pro pemerintahPemerintah Libya yang gentar dengan resolusi tersebut, kemarin langsung mengumumkan gencatan senjata dengan kelompok pemberontak.
"Libya telah memutuskan untuk melakukan gencatan senjata dan segera menghentikan semua operasi militer," tegas Menteri Luar Negeri Moussa Koussa saat menggelar jumpa pers kemarin (18/3).
Dia menyatakan, keputusan tersebut diambil karena Libya adalah anggota PBB dan wajib menerima resolusi Dewan Keamanan PBB
BACA JUGA: Jepang Kewalahan Hadapi Krisis Nuklir
Resolusi DK PBB tersebut disetujui Kamis malam (17/3) waktu setempat dengan dukungan Amerika Serikat, Prancis, dan InggrisBACA JUGA: Tim Kemanusiaan RI Tiba di Jepang
Pejabat AS yang berbicara setelah pertemuan tertutup di Kongres menyatakan, upaya untuk menghentikan angkatan udara Libya bisa dimulai besok (20/3) atau Senin (21/3) dengan menggunakan jet tempur, pesawat pengebom, dan pengintai
Proses pembahasan resolusi untuk Libya itu menyedot perhatian warga negeri setempat
BACA JUGA: Oposisi Ditangkapi, Tentara Bahrain Duduki RS
Massa dalam jumlah besar menonton melalui layar lebar di lapangan di Kota BenghaziMereka menyambut gembira keputusan tersebut dengan menyulut kembang api berwarna hijau dan merahDi Kota Tobruk, timur Benghazi, warga Libya yang bergembira menembakkan senjatanya ke udara menyambut resolusi DK PBB.Keputusan menguntungkan bagi kelompok oposisi Libya tersebut diambil selang beberapa jam setelah Kadhafi menyatakan akan melancarkan serangan terakhirnya untuk mengambil alih kembali kontrol atas kekuasaannya.
Para ahli militer memperingatkan bahwa konsekuensi dari resolusi tersebut tidak bisa diprediksiMantan Panglima Militer Inggris Raya, Richard Dannatt mengingatkan bahwa operasi militer harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan terencana"Supaya kita tidak terjebak dalam situasi seperti yang terjadi di Iraq karena tidak mempunyai rencana B (alternatif) setelah operasi militer dilaksanakan," terangnya.
Sebelumnya, kubu Kadhafi menyatakan tak gentar dengan resolusi PBB yang menyetujui dilakukannya serangan udara melawan tentara LibyaPutra Kadhafi, Seif al-Islam Kadhafi menyatakan bahwa rezim ayahnya siap menghadapi apapun yang akan terjadi.
"Kami berada di negara kami dan bersama rakyatDan kami tidak takut," tegas Seif al Islam kepada ABC News Nightline dari Tripoli"Kami tidak akan takutAyolah! Kami tidak akan takutSaya katakan, kalian (Barat) tidak akan membantu rakyat Libya dengan cara membom Libya, membunuh rakyat LibyaKalian menghancurkan negara kamiSiapapun tidak akan menyukainya," tandas putra sang Kolonel itu.
Seif menyatakan bahwa resolusi tersebut tidak adilDia juga membantah kabar bahwa pasukan Libya membunuh rakyat sipil saat berperang untuk merebut kembali kota-kota yang sudah dikuasai pemberontak beberapa pekan terakhir
"(Resolusi) ini tidak adil, karena Anda tahu, dari awal kami menyatakan kepada semua orang bahwa tidak akan ada serangan udara untuk membunuh warga sipil, tidak ada pemboman kantong-kantong permukiman sipil ataupun para demonstran," kilahnya
"Apakah Anda melihat ada warga sipil yang menjadi korban" Bahkan para teroris atau kelompok bersenjata itu, mereka menyerahJadi tidak ada pertumpahan darah di Libya," lanjut Seif
Di sisi lain, Deputi Menteri Luar Negeri Libya Khaled Kaim mulai menunjukkan sikap moderat dengan membuka wacana rekonsiliasiDia menawarkan negosiasi untuk tercapainya gencatan senjata dengan kelompok pemberontakKhaled menyambut baik keprihatinan DK PBB terhadap rakyat LibyaNamun dia meminta agar PBB tidak mengizinkan rakyat Libya menerima senjata dari siapapun"Jika ada negara tertentu yang melakukan itu (memberikan senjata kepada kelompok oposisi), mereka sama saja membiarkan rakyat Libya saling bunuh," ingatnya(cak/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pro-Pemerintah Yaman Serang Oposisi
Redaktur : Tim Redaksi