Sampai Kiamat! Lebih Baik Mati di Aceh Ketimbang Kembali ke Myanmar

Selasa, 01 September 2015 – 06:04 WIB
Muhammad Said Karim (kaos biru muda), juru bicara pengunsi Rohingya dari Myanmar yang saat ini berada di penampungan Kompleks Integrated Community Shelter (ICS), Blang Adoe, Kuta Makmur, Aceh Utara, Provinsi Nanggroe Acah Darrusalam (NAD), menyatakan lebih mati daripada kembali ke Myanmar. Foto: Zulfasli/JPNN.com

jpnn.com - PENGUNGSI Rohingya di Aceh tak mau lagi kembali ke tempat asalnya di Myanmar.

Tiga bulan hidup di penampungan Kompleks Integrated Community Shelter (ICS), Blang Adoe, Kuta Makmur, Aceh Utara, Provinsi Nanggroe Aceh Darrusalam (NAD) membuat mereka kerasan. Mereka menyatakan memilih mati di Aceh ketimbang harus dikembalikan ke negara asalnya Myanmar.

BACA JUGA: Ini Cara Nusron agar TKI Bisa Punya Rumah Sendiri

Sikap tersebut telah mereka sampaikan kepada Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah yang mendatangi 332 pengungsi Rohingya, di Blang Adoe, Aceh Utara, Minggu (30/8).

Salah satu alasan mendasar mereka tidak mau dikembalikan ke Myanmar, menurut juru bicaranya, Muhammad Said Karim, karena di Myanmar tidak ada tempat bagi siapa saja yang berbeda agama dengan agama yang dipeluk oleh mayoritas warga negara setempat.

BACA JUGA: Segera... Dibuat Peta Wilayah Batu Mulia

"Saya ditunjuk oleh 331 pengungsi Rohingya di Aceh ini untuk menyampaikan pernyataan bahwa pengungsi Rohingya di sini memilih mati di Aceh ketimbang harus dikembalikan ke Myanmar," kata Karim, kepada Fahri Hamzah, saat berdialog dengan pengungsi Rohingya.

Selama 3 bulan hidup di lokasi pengungsian, ujar Karim, masyarakat Aceh Utara banyak menolong pengungsi Rohingya. Perlakuan baik ini lanjutnya, tidak pernah ditemui dalam cerita-cerita pengungsian di dunia. 

BACA JUGA: Intinya, Jangan Cari-cari Kesalahan

"Sampai kiamat pun kami tidak akan balik ke Myanmar. Kalau Tuhan tentukan kami ini harus hidup dan beribadah kepada Allah di Aceh ini, janganlah saudara-saudara kami muslim di Indonesia berpikir untuk mengembalikan kami ke Myanmar," tegasnya.

Menurut Karim, di dunia ini cukup hanya pemerintahan Myanmar yang menangkap pemeluk agama Islam dan membuangnya ke tengah lautan. "Pemerintah Myanmar tangkap kami dari pemukiman dan dipaksa naik kapal besar untuk dibuang ke sebuah yang kami juga tidak tahu," ungkapnya.

Dari pulau itu ujarnya, muslim Rohingya dinaikan ke kapal-kapal yang lebih kecil dan didorong ke lautan lepas, hingga kami terdampar di laut kawasan Aceh ini. 

"Sebagai muslim, kami baru bisa merasakan nikmatnya ibadah Ramadan itu setelah berada di di Blang Adoe. Kami bisa salat hingga larut malam yang diisi dengan belajar Al Quran. Di sini, kapan pun boleh baca Al Quran," tegas Karim.

Apapun syarat yang diminta oleh pemerintah Indonesia, Karim memastikan bahwa pengungsi Rohingya bersedia memenuhinya. "Tapi jangan minta kami kembali ke Myanmar. Kalau itu opsinya, lebih baik minoritas muslim Rohingya di bumi ini dibunuh saja semuanya," katanya. (fas/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menteri Rini Resmikan Pembayaran Tol Pakai Kartu Ini


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler