Sampit Dinyatakan KLB Diare

Selasa, 02 Agustus 2011 – 11:46 WIB
SAMPIT– Kepala Dinas Kesehatan Kotim, dr Yuendri Irawanto mengatakan terjadi peningkatan jumlah penderita diare selama bulan Juli 2011 laluDinas Kesehatan Kotim mencatat selama Juli 2011 penderita diare sudah mencapai 129 orang, yang sebagian besar usia balita

BACA JUGA: Tambang Emas Ilegal, Dua Wanita Ditangkap

Jumlah tersebut meningkat tajam dibanding selama Juni lalu yang hanya mencapai 50 orang
Tingginya wabah diare ini memaksa  Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). 
 
Dikatakan Yuendri Irawanto, penyebaran wabah tersebut hampir merata di setiap pemukiman penduduk yang ada di Kota Sampit, terutama di Kecamatan Ketapang dan Baamang

BACA JUGA: Ustad Dilarang Ceramah Politik

Terutama untuk kecamatan Ketapang, Yuendri menyebutkan sudah terbilang kejadian luar biasa, karena angka penderita cenderung meningkat drastis dari 13 penderita pada Juni lalu, membengkak menjadi 64 penderita pada Juli dan 1 orang telah meninggal dunia.

"Penyebarannya kali ini bisa dibilang merata di perkotaan mulai dari wilayah Kecamatan Baamang dan Ketapang, tidak mesti di lingkungan perumahan padat penduduk di bantaran sungai pinggir kota saja,  melainkan dilingkungan perumahan yang ada di dalam kota
Kami menilai wabah ini juga bukan karena sulitnya warga memperoleh air bersih akibat musim kemarau, tapi kami mencurigai berasal dari air baku yang dikonsumsi warga," papar Yuendri.
   
Sebagai tindak lanjut terhadap dugaan tersebut, Yuendri mengatakan pihaknya segera mengaktifkan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) untuk melakukan penelitian secara berlapis air yang disalurkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

BACA JUGA: Kalteng Minta Moratorium PNS Ditunda

Selain itu pihaknya juga akan mengambil secara acak sampel air kemasan isi ulang dari setiap depot pengisian air minum isi ulang.

Dua lembaga penyedia air besih ini dicurigai sebagai salah satu pemicu menyebarnya wabah tersebutPasalnya, melihat dari titik lokasi tempat tinggal penderita, rata-rata terdapat akses saluran air ledeng serta rata-rata juga mengkonsumsi air kemasan isi ulang dan sangat kecil kemungkinan mengkonsumsi air tanah.

Dirinya yakin, jika wabah diare tersebut menyebar bukan hanya karena perantara binatang saja seperti halnya oleh lalat yang hinggap pada makananTetapi dirinya juga menenggarai penyebaran terjadi akibat pola hidup bersih masyarakat yang masih kurang dibudayakan serta pola menjaga kebersihan makanan dan minuman.

”Seperti halnya dalam hal mengkonsumsi air minum, masih ada yang mencampur air mentah dengan air mendidih, atau hanya mengkonsumsi air mentah yang disaring meskipun air tersebut berasal dari PDAMHal ini sangat rentan terjadi penularan diare terutama pada anak-anak usia balitaKarena meskipun air itu nampak bersih, bening dan tidak berbau namun secara bakteri belum tentu amanKarena itu memasak air sampai mendidih sebelum dikonsumsi itu sangat penting  untuk mencegah penularan diare, begitu juga halnya dengan budaya cuci tangan dengan sabun sebelum makan,” terang mantan direktur  RSUD dr Murjani ini.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihaknya berusaha keras menjamin ketersediaan obat-obatan di setiap puskesmas terutama tablet Zinc untuk diberikan kepada pasien yang sudah sembuh agar tidak lagi terkena diareUntuk pelayanan rawat inap, Yuendri mengatakan saat ini masih mengandalkan RSUD dr Murjani serta Puskesmas Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan bagi para penderita yang berasal dari wilayah selatan Kotim.(gus)

BACA ARTIKEL LAINNYA... TKI Dipenjara sebelum Dideportasi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler