Sangat Beraroma Operasi Intelijen

SBY Diminta Klarifikasi Kisruh Ciekusik dan Temanggung

Jumat, 18 Februari 2011 – 08:35 WIB

JAKARTA - Sosiolog dari Universitas Indonesia, Tamrin Amal Tomagola, curiga rangkaian konflik bernuansa agama yang belakangan ini mencuat merupakan produk rekayasa intelijenPergerakan intelijen ini muncul sebagai serangan balik terhadap dinamika politik di level elit yang cenderung menyudutkan pemerintahan SBY.

"Saya curiga ini manipulasi intelijen yang sedang mengobok-obok keadaan sekarang ini

BACA JUGA: Jagoan Bergolok Berhasil Dicokok

Memang pada dasarnya kayu dan jerami keringnya (potensi konflik, Red) sudah ada, lalu ini dimanipulasi operasi intelijen," kata Tamrin dalam diskusi Akar Konflik Horizontal di Indonesia di Megawati Institute, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, kemarin (17/2)
Turut berbicara Direktur Reform Institute Yudi Latief dan budayawan Mohamad Sobary.

Menurut Tamrin, model penyerangan yang terjadi terhadap jamaah Ahmadiyah di Ciekusik dan pembakaran sejumlah gereja di Temanggung, sangat terorganisasi

BACA JUGA: Eks Sesmenko Kesra Sebut Ical Tahu Pengadaan Alkes Bermasalah

"Ada yang pakai pita, lalu serangan datang bergelombang dengan sangat terorganisasi, hanya militer yang bisa berfikir begitu," ungkap Tamrin.

Menurut dia, kedua peristiwa itu sangat mengingatkan pada konflik Ambon
"Seolah ini kelompok estrim

BACA JUGA: PD Janji tak Intervensi Kasus RE Siahaan dan Binahati

Padahal, ada operasi intelijen yang mengadu domba," tegasnyaamrin menduga operasi intelijen di Cikeusik dan Temanggung merupakan upaya pengalihan isuKelompok yang menjadi target adalah tokoh-tokoh lintas agama yang aktif mengkritik bahwa pemerintahan SBY telah melakukan kebohongan publik"Telunjuk tudingan yang dilayangkan tokoh-tokoh lintas agama itu rupanya sangat tidak enak bagi pemerintah," ungkap Tamrin.

Dia menyebut ada tiga indikasi pemerintah merasa sangat tertusuk dan panik dalam menghadapi kritik dari para tokoh lintas agamaPertama, reaksi emosional dari Menko Polkam Djoko Suyanto yang tidak terima dengan tudingan itu dan menyebut pemerintah tidak pernah berbohongKedua, Menseskab Dipo Alam menyatakan kalau tokoh-tokoh lintas agama itu adalah gagak-gagak hitam pemakan bangkai berbulu merpati"Ini keluar dari gaya SBY yang santunPilihan bahasa itu sangat kasar," ujar Tamrin.

Sinyal ketiga adalah penanganan demonstran di depan istana yang menjadi sangat keras"Rupanya gerakan para tokoh lintas sangat menggoyahkan keyakinan diri pemerintahan yang sudah sangat terbatas," sindir Tamrin, lagi.

Tamrin menyarankan agar SBY mengklarifikasi langsung kecurigaan tersebutSifatnya semacam pembuktian terbalikApalagi, kecurigaan itu semakin memuncak dengan sikap dari Menteri Agama Suryadharma Ali yang seolah "olah merestui penyerangan atau kekerasan terhadap Ahmadiyah.

"SBY harus bisa meyakinkan publik, dia tidak memberi perintah, atau memberi isyarat (yang mengizinkan, Red) adanya manipulasi intelijen itu," tegas ThamrinMohamad Sobary juga menaruh kecurigaan yang samaMenurut dia, peristiwa yang menimpa jamaah Ahmadiyah di Cikeusik merupakan suatu penyerbuan terencanaDi baliknya ada kekuatan yang menggerakkan dengan motivasi tertentu"Ada suatu kekuatan yang digerakkan demi kepentingan politik agar itu terjadi," katanya.

Yudi Latief menyebut akar dari kekerasan yang kini terjadi karena berkembangnya model "negara kriminal"Dalam konteks ini, negara telah memberi harga murah bagi nyawa manusia, baik terhadap kejahatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja"Kejahatan yang disengaja, misalnya by design atau dengan skenario intelijen itu," kritik intelektual muda dari Universitas Paramadina, itu

Dikonfirmasi secara terpisah, Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum membantah keras spekulasi yang mengkaitkan kasus Cikeusik dan Temanggung dengan SBY"Sama sekali tidak benar itu," tegas AnasMenurut dia, selama ini, pemerintah justru selalu mendesak aparat intelijen untuk meningkatkan daya deteksi dan antisipasi terhadap setiap potensi anarki dan kekerasan.

 "Harus diendus juga kemungkinan adanya pihak-pihak yang mendorong kekerasan untuk merusak keamanan dan ketertiban publik yang diarahkan  untuk mendelegitimasi pemerintah dan demokrasi," tandasnya(pri)

BACA ARTIKEL LAINNYA... NU-Muhammadiyah, Beda Pandang Soal Kesesatan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler