Santri Tani Milenial Berhasil Kembangkan Pertanian Modern Berbasis Korporasi

Rabu, 17 Maret 2021 – 15:50 WIB
Dirjen Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto mengunjungi Pesantren Al-Ittifaq, Ciwidey untuk menyerahkan bantuan, Selasa (16/3). Foto Ditjen Hortikultura

jpnn.com, KABUPATEN BANDUNG - Kementerian Pertanian (Kementan) menjadikan pondok pesantren sebagai basis usaha di bidang pertanian atau agrobisnis modern berbasis korporasi. Upaya itu dilakukan guna meningkatkan minat bertani di kalangan generasi milenial.

Kementan menargetkan petani Indonesia ke depan diisi oleh orang-orang muda yang berakhlak mulia, yang dapat membawa pertanian lebih maju dan terdepan. Salah satu contohnya adalah Al-Ittifaq, pesantren modern di Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

BACA JUGA: Permintaan Buah dan Sayur Tinggi, Subsektor Hortikultura Tumbuh 7,85 Persen di Kuartal IV-2020

Di pesantren itu, santri tidak hanya diajarkan menghafal dan membaca ayat-ayat suci Alquran saja, tetapi juga dididik menjadi pengusaha bidang pertanian dengan penggunaan teknologi paling mutakhir.

Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL), Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto mengunjungi Pesantren Al-Ittifaq dan menyerahkan hibah bantuan berupa benih sayuran, dan mobil box berpendingin roda 4 dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing hortikultura.

BACA JUGA: Saat Menyapu Halaman Rumah, Nuraidah Menginjak Sesuatu, Diangkat Langsung Geger

"Kementan memberikan bantuan kepada Pesantren Al-Ittifaq karena pesantren ini dinilai telah berhasil mendidik para santri menjadi orang-orang yang saleh dan saleha, serta menciptakan santri tani yang modern dan unggul di bidang pertanian," kata Anton, panggilan Prihasto Setyanto di lokasi kunjungan, Selasa (16/3).

Anton juga mengapresiasi para santri tani atas antusiasme mereka yang tinggi untuk bertani. Terlebih saat ini anak-anak muda justru lebih banyak yang menghabiskan waktunya bermain gim.

BACA JUGA: Mas Nadiem, Jangan Lupa Janji pada Guru Honorer, Katanya PPPK Bisa Diangkat jadi PNS

Selain itu, para santri tani dinilai sangat luar biasa. Mereka bisa mengombinasikan antara ilmu agama dan ekonomi. Lahan satu meter persegi bisa menghasilkan Rp 750 ribu per 30 hari.

"Kalau punya sepuluh meter persegi berarti rata-rata penghasilan santri mencapai Rp 7,5 juta per 10 meter perseginya," ucap Anton.

Pimpinan Pesantren Al-Ittifaq KH. Fuad Affandi mengucapkan terima kasih kepada Kementan yang telah memilih pesantren sebagai tempat kaderisasi petani milenial.

Ulama besar dari Ciwidey itu memang menjadikan pesantren asuhannya sebagai tempat menimba ilmu berbasis pertanian. Sebab, dia meyakini bahwa tanah di negeri ini sangat mudah ditumbuhi sayur dan buah-buahan segar.

"Malam kita berzikir dan pagi kita bertani. Setiap tanah di negeri kita ini sangatlah subur. Tanam apa saja bisa tumbuh dan menghasilkan dengan cepat," kata Kiai Fuad.

Saat ini, Pesantren Al-Ittifaq dijadikan sebagai tempat magang atau pelatihan agrobisnis bagi santri, mahasiswa, dan petani yang berasal dari berbagai daerah.

Tercatat hasil pertanian Pesantren Al-Ittifaq mampu menjadi pemasok di pasar lokal hingga pasar modern untuk area Bandung dan sekitarnya.

Produk yang dihasilkan dari kegiatan agribisnis mempunyai nilai keunggulan kompetitif dan komparatif, sehingga Pesantren Al-Ittifaq dijadikan sebagai laboratorium dalam menumbuhkembangkan jiwa mandiri dan wirausaha santri.

Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan oleh Pesantren Al-Ittifaq, yaitu mencetak santri yang berakhlak mulia, mandiri dan berjiwa wirausaha.

Kegiatan agrobisnis yang dilakukan pesantren ini juga mempunyai efek ganda terhadap kelangsungan proses pendidikan di Pesantren Al-Ittifaq. Hasilnya dapat digunakan sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan warga pesantren, sehingga bisa menekan biaya produksi.(*/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler