Satgas Harap Euforia Penanganan Covid-19 tidak Membuat Masyarakat Terlena

Kamis, 07 Oktober 2021 – 22:24 WIB
Wiku Adisasmito. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Satgas Penanganan Covid-19 mengharapkan masyarakat tidak terlena dengan keberhasilan Indonesia dalam penanggulangan pandemi.

Masyarakat diminta terus waspada dan mengambil pengalaman dari sejumlah negara lain.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan setiap negara memiliki tantangan besar dalam menangani pandemi ini.

BACA JUGA: Satgas Ungkap Penanganan Covid-19 di Indonesia dengan Sejumlah Negara

Namun, dia mengingatkan secara garis besar tantangannya serupa, yaitu kemunculan varian delta. Penularannya diperparah kembali normalnya aktivitas masyarakat.

Seperti di India, kata Wiku, kenaikan kasus lonjakan kedua akibat euforia keberhasilan negara menurunkan kasus di lonjakan pertama.

Akibatnya, masyarakat cenderung merasa aman dan kembali beraktivitas tanpa menerapkan protokol kesehatan, terutama kegiatan agama dan politik.

“Karena euforia ini pula, laju vaksinasi cenderung menurun dibandingkan saat lonjakan kasus pertama," kata Wiku dalam konferensi pers bertajuk Penanganan Covid-19 di Indonesia per 7 Oktober 2021, Kamis (7/10).

BACA JUGA: Pamit ke ATM, SR Malah ke Hotel, Keluarga Terima Telepon, Tetapi Suara Wanita

"Langkah penanganannya dengan meningkatkan testing, kembali menerapkan wajib masker, menggencarkan vaksinasi, dan menerapkan lockdown."

Sementara di Jepang, kata dia, lonjakan kasus ketiga terlihat setelah pelaksanaan Olympic Games 2021.

Meski telah menerapkan protokol kesehatan ketat, tetapi tidak mengubah kebiasaan masyarakat menjadi lebih sering berkumpul, berpesta, dan nonton bareng pertandingan olimpiade di restoran, kedai, atau bar. Ditambah cakupan vaksinasi juga rendah.

“Jepang berhasil menurunkan kasus setelah menerapkan emergency lockdown tingkat nasional, meningkatkan cakupan vaksin dan testing,” kata Wiku.

Untuk di Vietnam, terang dia, rendahnya kasus di 2020 dan 2021 awal menyebabkan euforia masyarakat yang berasumsi negaranya berhasil menangani Covid-19.

BACA JUGA: Mengaku Bisa Usir Jin, SA Minta Mama Muda Pakai Sarung, Hemm

Kembali normalnya aktivitas masyarakat mempercepat penularan varian delta dan munculnya beragam klaster, salah satunya kelompok keagamaan.

Euforia itu juga menyebabkan rendahnya cakupan vaksinasi, yaitu hanya sebesar 1,9 persen.

“Untuk menghadapinya, Vietnam melakukan upaya lockdown ketat, pelaksanaan testing massal dan pengerahan tentara nasional dalam pelaksanaannya,” kata Wiku. 

Sedikit berbeda, lonjakan di Turki karena tradisi keagamaan, seperti berkumpul serta mengunjungi keluarga.

Hal itu meningkatkan potensi penularan varian delta di tengah masyarakat.

Faktor pendukung lainnya, lanjut Wiku, dibukanya akses bagi turis internasional yang tidak dibarengi screening ketat pelaku perjalanan, kewajiban karantina, dan penerapan protokol kesehatan ketat.

“Turki menghadapinya dengan imbauan masif pelaksanaan protokol kesehatan, dan meningkatkan cakupan vaksinasi. Lockdown tidak diberlakukan dan kegiatan masyarakat berlangsung seperti biasanya,” jelas Wiku.

Sementara itu, di Indonesia sendiri lonjakan kasus terjadi pascaliburan Idul Fitri dampak mobilisasi masyarakat meningkat serta kegiatan berkumpul dan mengunjungi keluarga.

Kegiatan seperti itu memberi ruang penyebaran varian delta di tengah masyarakat. Menghadapi ini, Indonesia bergerak cepat menerapkan kebijakan berlapis. (tan/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelaku Pembacokan di Depan SD Tertangkap, Motifnya Terungkap, Ternyata


Redaktur : Rasyid Ridha
Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler