Satgas Pangan Prioritaskan Penindakan Mafia Beras

Kamis, 06 Juli 2017 – 13:20 WIB
Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menggelar konferensi pers terkait Satgas Pangan di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (5/7). Fathan Sinaga/jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Satgas Pangan yang berisikan penegak hukum dan eksekutif menjadikan agenda pemberantasan mafia beras sebagai prioritas.

Pengawasan utama berada pada distribusinya dikarenakan besarnya perputaran uang yang mencapai Rp487 triliun per tahun.

BACA JUGA: Tidak Mau Petani Rugi, Mentan Fokus Selesaikan Disparitas Harga Pangan

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, sektor pertanian beras rawan menjadi masalah dibanding sembilan sembako lainnya. Beras, kata Tito, menempati urutan pertama perputaran uang dalam negeri.

Meski begitu, Tito menyayangkan pihak yang mendapatkan laba besar justru pedagang dibanding petani dan konsumen. Karenanya, pemerintah berupaya agar kesenjangan dari ketiga pihak tidak menimpang.

BACA JUGA: Areal Pertanian Terkena Dampak KIK, Ini Solusi Menteri Amran

"Uang yang beredar untuk beras ini hampir Rp487 trliun. Target dari Bapak Presiden dengan Pak Menteri Pertanian itu bisa turun stabil," kata dia usai rapat koordinasi bersama Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (5/7).

Menurut Tito, petani yang berjumlah 56 juta orang hanya mendapat keuntungan sebesar Rp 60 triliun. Sementara di tingkat pedagang yang hanya berjumlah 400 ribu orang meraup keuntunggan sampai Rp 133 triliun.

BACA JUGA: Amran Apresiasi Kinerja Satgas Pangan Stabilkan Stok Pangan dan Harga

"Itu (keuntungan) dua kali lipat. Nah ini kami melihat terjadi ketidakseimbangan," kata Tito.

Selain masalah ketimpangan keuntungan, tambah dia, kepolisian juga akan membantu pengawasan di jalur distribusi sehingga mafia-mafia beras tidak menimbun atau memainkan harga beras. Bahkan kepolisian dan pihak terkait akan membahas masalah beras dan mengevaluasinya dalam dua pekan sekali.

Sementara itu Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menjelaskan, ketimpangan keuntungan antara petani dan pedagang harus ditanggulangi. Pasalnya jika dihitung berdasarkan skala individu, satu petani hanya untung Rp1,2 juta.

"Kami beri ruang petani karena mereka yang berproduksi selama 120 hari. Sementara pedang untungnya Rp 133 triliun dibagi 400 ribu pedagang, per orang terima Rp100 sampai Rp300 juta," kata dia.

Amran juga mengupayakan harga beras bisa berkurang Rp1.000 dari harga normal di pasar. Kebijakan itu diambil di luar dari petani.

"Petani harga yang menguntungkan enggak boleh turun. Itu sudah dijamin oleh pemerintah. Kami inginkan adalah disparitas yang tinggi ini dari Rp 7 ribu ke Rp 10 ribu. Sehingga tiga-tiganya senang," tandas dia. (Mg4/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Aceng Fikri: Sejak Umur 7 Tahun, Baru Lebaran 2017 Stok Pangan Cukup dan Harga Stabil


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler