jpnn.com - SAHEELA Ibraheem, 20, bukan manusia biasa. Dia adalah salah satu di antara 50 pemuda paling pintar di dunia. Betapa tidak, di usia 15 tahun, Saheela Ibraheem sudah diterima di Universitas Harvard jurusan neurobiologi. Tak hanya diterima di Harvard, di saat yang sama, ada 12 perguruan tinggi lain yang juga menerimanya sebagai mahasiswa.
Di antaranya MIT, Universitas Pennsylvania, Cornell, Brown, Princeton, Columbia, dan Chicago. Kini, saat usianya menginjak 20 tahun, Ibraheem telah lulus dari Harvard.
BACA JUGA: Astaganaga... 1.235 Mahasiswa Terjebak Wisuda Ilegal
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama bahkan mengundangnya ke Gedung Putih Maret lalu dan memuji kegeniusannya. Dia diundang dalam rangka merayakan Bulan Sejarah Penduduk Afrika-Amerika di AS.
''Dia seperti gabungan dari Departemen Luar Negeri dan Institut Nasional Kesehatan. Orang muda seperti ini menginspirasi masa depan kita,'' ujar Obama memuji Ibraheem.
BACA JUGA: UKG Bukan untuk Pemotongan Tunjangan Profesi
Ibraheem bukan penduduk asli AS. Gadis berkulit hitam itu adalah keturunan Nigeria. Sejak kecil, kecerdasan Ibraheem sudah terlihat. Pelajaran di sekolahnya dilahap habis. Mengetahui hal tersebut, orang tuanya memberikan materi-materi lain sebagai tambahan untuk mengasah kecerdasannya.
''Tidak ada yang istimewa. Saya berusaha melakukan yang terbaik untuk segala hal. Siapa pun yang memiliki motivasi bisa menciptakan keajaiban,'' Ibraheem.
BACA JUGA: Biaya Sertifikasi Rp 14 Juta, Ditanggung Masing-Masing Guru
Gadis yang besar di Piscataway, New Jersey, AS, tersebut mengungkapkan, dirinya memiliki kunci sukses yang bisa dilakukan semua orang. Yaitu, mengetahui apa yang kita sukai dan mempelajarinya sedini mungkin. Dia sendiri mengasah kemampuannya di bidang akademik sejak usia 5 tahun.
''Jika kamu menyukai apa yang kamu lakukan, kunci tersebut akan bekerja. Saya sendiri memiliki kecintaan pada banyak hal, terutama matematika dan sains,'' terang Ibraheem. Dia juga menguasai beberapa bahasa lain selain bahasa Inggris. Yaitu, bahasa Arab, Spanyol, Latin, dan Yoruba.
Ibraheem menyarankan agar para mahasiswa baru berkenalan dan berkomunikasi dengan sebanyak mungkin orang. Meski belajar giat, menurut Ibraheem, harus ada waktu untuk tidur dan menjalankan hal-hal lain yang disukainya.
Ibraheem mengungkapkan, meski dirinya lebih muda daripada teman-teman kuliahnya, hal tersebut tidak terlalu menjadi masalah.
Di Harvard, Ibraheem menjadi anggota Komunitas Mahasiswa Islam Harvard, klub sains untuk mahasiswi, dan Dreamporte. Yang terakhir ini adalah klub yang menggunakan teknologi 3 dimensi untuk mengajar geografi dan budaya dunia kepada anak asuh dari para mahasiswa. (STEMCP/Harvard Gazette/sha/c17/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemdikbud Kirim Tim Khusus ke Sekolah yang Kena Asap
Redaktur : Tim Redaksi