jpnn.com - BUNG Karno pernah dianugerahi gelar Nakhoda Agung. Ini satu hal tentang proklamator kemerdekaan Indonesia yang tak banyak diketahui orang.
=======
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
=======
BACA JUGA: Inggris Ingin Balas Dendam, 31 Kopassusnya Malah Kena Bantai
23 September 1963 digelar Musyawarah Nasional Maritim pertama di Jl. Prapatan, Jakarta. Persisnya di sekitar Tugu Tani yang jaraknya hanya sepelemparan batu dari Silang Monas.
Rencanaya, Munas Maritim pertama ini dihelat di Istana Negara, tapi saat itu Istana ditutup beberapa waktu karena sedang direnovasi.
BACA JUGA: Aksi Marinir Indonesia yang Stupid Crazy VS Gengster Pelabuhan (2/habis)
"Tetapi justru karena ditutupnya Istana Negara, diadakan di sini, waaah lebih meriah, lebih segar dari pada kita resepsi di Istana Negara, megap-megap kepanasan, ini juga suatu blessing indisguise. This is also a blessing in disguise, that the reception to be hold here and not in Istana Negara," kata Soekarno.
Nakhoda Agung
BACA JUGA: Aksi Marinir Indonesia yang Stupid Crazy VS Gengster Pelabuhan (1)
Pembukaan Munas Maritim pertama ditandai dengan pemberian gelar kepada Presiden Soekarno. Si Bung dianugerahi gelar Nakhoda Agung. Sebagai simbolisasi ia dikalungi sebuah kalung yang teramat indah.
"Saudara-saudara, saya terima pengangkatan menjadi Nakhoda Agung ini dengan penuh rasa tanggungjawab," ujar Bung Karno, saat itu.
"Oleh karena pada waktu saya menerima pengangkatan oleh MPRS menjadi Pemimpin Besar Revolusi, pada waktu itu telah yakin saya di dalam hati saya sedalam-dalamnya, bahwa revolusi Indonesia itu meliputi bidang yang amat luas sekali," sambungnya.
Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia, nakhoda punya makna juragan (pemimpin) perahu (kapal); perwira laut yang memegang komando tertinggi di atas kapal niaga; kapten kapal. Dan agung punya arti besar; mulia; luhur.
Bangsa Maritim
Setelah menganugerahi gelar Nakhoda Agung kepada Bung Karno, acara dilanjutkan dengan pidato Menteri Perhubungan Laut, Abdoelmoettalip Danoeningrat dan Menteri Panglima Angkatan Laut, R.E Martadinata.
Barulah kemudian pidato Bung Karno. Judul pidato Si Bung Besar hari itu Kembalilah Menjadi Bangsa Samudera!.
Pada bagian awal pidatonya, presiden pertama Republik Indonesia berkata:
Dan memang saudara-saudara, kita ini dahulu benar-benar banga pelaut. Bahkan bangsa kita ini sebenarnya tersebar melintasi lautan dari satu pokok asal, tersebar melintasi lautan, mendiami pulau-pulau antara pulau Madagaskar dan pulau Paskah dekat Amerika Selatan.
Dari Madagaskar sampai ke pulau Paskah melewati beribu-ribu mil, melewati samudera, bahar, yang amat luas sekali, di situlah bersemayam sebenarnya bangsa Indonesia.
Sebagai orang yang paham sejarah, Bung Karno lalu menyejarahkan pelayaran nenek moyang banga Indonesia, jenis kapalnya, hingga adat istiadatnya yang tak bisa dilepaskan dari laut.
Tapi kemudian, sebagaimana dikisahkan Bung Karno dalam pidatonya, "kita terdesak dari pantai-pantai oleh bangsa asing yang mendiami pantai-pantai kita, kita menjadi bangsa yang hidup adem tentrem di lereng-lereng gunung, adem tentrem kadiya siniram banyu ayu sewindu lawas...sejarah berjalan, lama-lama kita seperti kehilangan kita punya jiwa pelaut."
Sesuai tajuk pidatonya, Kembalilah Menjadi Bangsa Samudera!, pada Munas Maritim pertama tersebut, Sang Nakhoda Agung pun menyeru bahwa bangsa Indonesia tidak bisa menjadi bangsa kuat, negara kita jika tidak menguasai samudera, jikalau tidak kembali menjadi bangsa maritim.
Puan dan tuan sekalian, Dinas Penerangan RI masa itu mengarsipkan dokumentasi isi pidato lengkap Bung Karno di perhelatan Munas Maritim pertama tersebut. Dari arsip itulah senarai kisah di atas disarikan. (wow/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kamar Gas Beracun Sukses, Nazi Pakai Cara Mobile untuk Membunuh Massal, Seperti Ini Mobilnya!
Redaktur : Tim Redaksi