Satu keluarga yang sudah diketahui positif COVID-19 sebelum terbang dari Indonesia mendarat di Adelaide, Australia, dengan pesawat sewaan, pekan lalu.
Departemen Kesehatan Australia Selatan telah mengonfirmasi jika keluarga tersebut terinfeksi virus corona varian Delta yang mudah menular.
BACA JUGA: Pak Ganjar Puji Kades yang Tangani 47 Warga Positif Covid-19
Awalnya laporan yang beredar hanya menyebutkan berasal dari sebuah negara di Asia Tenggara.
"Satu keluarga pria dan wanita dewasa dan seorang anak dari Asia Tenggara dipulangkan ke Australia Selatan pekan lalu oleh perusahaan evakuasi medis swasta," kata Dr Emily Kirkpatrick, Wakil Kepala Badan Kesehatan Publik setempat.
BACA JUGA: PPKM Mikro Kota Pontianak Diperketat, Pesta Pernikahan Ditiadakan
Namun kemarin, juru bicara dari Australian Border Force (ABF) dalam pernyataannya menyebutkan lembaganya membantu memfasilitasi penerbangan evakuasi medis pada 25 Juni lalu dari Indonesia ke Australia Selatan.
Tiga orang di dalam pesawat tersebut diketahui memiliki status warga negara Australia yang berasal dari kota Adelaide, tapi bekerja di Indonesia.
BACA JUGA: Hamdalah, Gubernur Banten Sehat Walafiat
"Persetujuan dan pengaturan evakuasi medis dilakukan sesuai dengan sistem yang ada untuk penerbangan evakuasi medis internasional dan sudah dikonsultasikan dengan pemerintah Australia Selatan," demikian pernyataan ABF.
Penerbangan evakuasi medis tersebut dibayar oleh pihak keluarga tersebut.
Pemerintah Australia Selatan kemudian mengatur penjemputan dan membawanya ke hotel karantina, yakni hotel Tom's Court di pusat kota Adelaide.
Laporan ini terungkap saat kebijakan Pemerintah Federal Australia soal jumlah kedatangan internasional dipertanyakan Pemerintah negara bagian Queensland.
Hal tersebut dipicu setelah diketahui salah satu klaster baru di Brisbane terkait dengan seorang yang pernah bolak-balik ke Indonesia dan Australia.
Tidak diketahui apakah orang tersebut berstatus warga negara Australia atau penduduk tetap (PR).
Orang ini sedang dirawat di rumah sakit di Brisbane dan diketahui menulari seorang resepsionis, setelah dilakukan pelacakan dengan metode 'genome sequencing'.
Resepsionis yang berusia 19 tahun kemudian menularkannya kepada adik laki-lakinya yang masih duduk di bangku sekolah.
Queensland dengan ibukota Brisbane saat ini sedang menjalankan 'lockdown' akibat penularan baru.,
Pemerintah Queensland menuding Pemerintah federal tidak menutup perbatasan sepenuhnya dan membiarkan orang pemegang visa sementara masuk.
"Mereka ini bukan warga negara atau penduduk tetap Australia. Faktanya, sebanyak 20.000 orang yang warga Australia tiba di sini bulan lalu, separuhnya merupakan pemegang visa sementara," jelas Steven Miles, Wakil Menteri Utama Queensland.
Menurut Steven, setiap pekan orang yang diperbolehkan masuk ke Australia terdiri atas: 600 kewarganegaraan Inggris 500 kewarganegaraan Tiongkok Lebih dari 300 kewarganegaraan Indonesia Lebih dari 250 kewarganegaraan Amerika Serikat Lebih dari 200 kewarganegaran Filipina 115 kewarganegaraan Afrika Selatan
Namun Pemerintah Federal Australia mengatakan serangan dari Pemerintah Queensland hanyalah sebagai upaya mengalihkan warga dari kesalahan mereka dalam mengelola hotel karantina.
"Biar saya tegaskan bahwa data dari Australian Border Force sudah dengan jelas mengatakan rata-rata 80 persen mereka yang kembali ke Australia adalah warga negara Australia, penduduk tetap atau anggota keluarga dekat," kata Menteri Dalam Negeri Australia, Karen Andrews.
Artikel ini diproduksi dari laporan dalam bahasa Inggris yang bisa dibaca di sini
BACA ARTIKEL LAINNYA... Meski Orangnya Sudah Berada di Australia, Ribuan Visa Pencari Suaka Belum Diproses