Saya juga Mau sama Cornelia Agatha, Pas, Duren dan Jamu

Jumat, 21 Agustus 2015 – 20:41 WIB
Hendrawan Supratikno. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan, Hendrawan Supratikno menganggap serangan kritik terhadap Menko Kemaritiman, Rizal Ramli sudah terlalu berlebihan. Terutama yang menyangkut gunjingan hubungan Rizal dengan artis Cornelia Agatha.

"Itu tidak fair, tidak elegan. Tapi bisa jadi juga, mereka cemburu sama Rizal Ramli yang mampu menggaet Cornelia Agatha. Mereka jatuh hati sama Agatha, cuma tidak kesampaian. Kasihnya tak sampai dan cintanya bertepuk sebelah tangan, makanya lalu mengusik hubungan Rizal-Cornelia Agatha," kata Hendrawan di Gedung DPR, Jumat (21/8).

BACA JUGA: Anggota DPR Cantik Ini Nilai RAPBN 2016 Tidak Prorakyat

Anggota DPR RI dari daerah pemilihan Jawa Tengah X ini bahkan mengaku juga naksir sama Cornelia yang pernah jadi pemeran Sarah dalam film Si Doel Anak Sekolahan ini. "Jangankan Rizal, saya juga mau sama Cornelia Agatha. Saya duda, dia janda, jadi pas. Yang satu duren (duda keren), yang satu jamu atau janda muda," ujar Hendrawan sambil tertawa.

BACA JUGA: Inilah Alasan Menteri Marwan sebut Transmigran Bukan Masyarakat Pinggiran

Rizal Ramli

BACA JUGA: Awasi Dana dari Pusat ke Daerah, Pemerintah Bentuk Tim Khusus

Cornelia Agatha.

Hendrawan menegaskan, masuknya Rizal Ramli ke kabinet memang dikehendaki Presiden Jokowi. Targetnya adalah melawan korporatokrasi, yaitu persenyawaan antara penguasa-pengusaha dan pengusaha-penguasa, yang kini mengendalikan sebagian kewenangan kabinet.

"Kehadirannya di kabinet memang diinginkan oleh Presiden Jokowi, karena tanpa adanya Rizal, yang namanya Trisakti, Nawacita, dan revolusi mental hanya jadi slogan kosong," tegas anggota Komisi XI DPR RI ini.

Hendrawan menilai, masuknya Rizal Ramli memang merupakan angin segar dalam kultur kabinet. Tugas Rizal adalah meluruskan yang bengkok-bengkok di kabinet. "Korporatokrasi ini memang sesuatu yang tidak diinginkan oleh Presiden Jokowi karena membuat ekonomi berjalan lamban. Jadi, masuknya Rizal dalam kabinet sangat pas, yaitu untuk memperkuat dukungan buat Jokowi," katanya.

Selain itu, ia menjelaskan, kehadiran Rizal di kabinet, selain untuk mencairkan kebekuan birokrasi juga agar kontestasi gagasan bisa dilakukan secara rileks alias santai. Sebenarnya peran itu sudah dilakukan oleh Kwik Kian Gie saat jadi Menteri PPN/Kepala Bappenas pada era pemerintahan Gus Dur dulu.

"Rizal mengusung informalisasi ala Gus Dur di kabinet. Bedanya, kalau Gus Dur sering nyeletuk ‘gitu saja kok repot’, sedangkan Rizal Ramli bilang, 'gitu saja kok ribet'. Jadi, bedanya 'repot' dengan 'ribet'", jelasnya.

Pernyataan Rizal Ramli terkait masalah Garuda dan proyek listrik 35.000 MW, secara substansi ujar Hendrawan, sudah betul. Sebab di satu sisi, PT Garuda Indonesia rugi karena penerbangan rute internasional, di sisi lain, penerbangan rute dalam negeri mengalami keuntungan.

"Jadi, penerbangan rute dalam negeri mensubsidi penerbangan rute internasional. Makanya, Rizal menyarankan agar Garuda memperkuat penerbangan dalam negeri saja, jangan sok-sok-an main di penerbangan internasional. Makanya, pembelian 30 unit pesawast Airbus A-350 itu kesannya agar dapat fee saja. Itu yang harus dicegah," kata Hendrawan.

Soal proyek listrik 35.000 MW, Ketua Poksi Komisi XI DPR itu mengatakan, dari hasil kajian sejumlah lembaga survei, termasuk Econit, semua mengatakan, proyek itu terlalu ambius. Di zaman SBY dulu, pernah dibangun 10.000 MW, tapi targetnya tidak terpenuhi, makanya, Rizal menyarankan supaya pembangunan proyek listrik 35.000 MW dikaji ulang, sehingga tidak merugikan negara.

"Jadi, otokritik Rizal Ramli itu bagus, makanya sekarang dia diserahi tugas untuk mengurus listrik, biar kerjanya benar dan potensi kerugian bisa dikurangi," ungkap Hendrawan. (fas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Buwas Pastikan Tindaklanjuti Temuan BPK soal Korupsi UPS


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler