jpnn.com - JAKARTA - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan komentar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyinggung tentang sosok calon presiden dari PDIP Joko Widodo dalam sebuah wawancara Biro Pers Kepresidenan sah-sah saja dan patut diapresiasi. Menurutnya, komentar SBY tersebut harus dilihat dari sisi yang lain.
"Bila hasil survei selama ini tepat, maka Jokowi akan menjadi presiden menggantikan SBY,” ujarnya di Jakarta, Senin (7/4).
BACA JUGA: Jokowi - Mahfud MD Urutan Teratas Pilihan Santri
Menurut Hendri, niat baik SBY untuk sharing seharusnya diapresiasi karena tidak ada yang salah dalam komunikasi tersebut. “Justru bagus. Karena ada komunikasi politik antara presiden dan seorang calon presiden. Persoalan bisa jadi boomerang atau tidak, itu tergantung presepsi publik," katanya.
Menurutnya pula, tidak ada ucapan SBY yang mengarah pada niat hendak menjatuhkan Jokowi. "Masyarakat Indonesia sudah jauh lebih cerdas,” jelas Hendri.
BACA JUGA: Migrant Care Sambut Baik Putusan Bebas Wilfrida
Ia menambahkan, seorang presiden yang sudah melaksanakan tugas negara dan melakukan pembangunan, sangat wajar kalau mengingatkan calon penerusnya.
“Statemen SBY lebih kepada berbagi pengalaman dan bahkan mengingatkan penerus berikutnya untuk menjadi seorang yang punya integritas kuat,” paparnya.
BACA JUGA: Akbar: Kader Golkar jadi Cawapres Jangan Disanksi
Menurut Hendri lagi, konteks pembicaraan di dalam wawancara itu bukan hanya Jokowi. "Tapi SBY berkomentar seperti itu karena melihat bahwa Jokowi adalah salah seorang calon presiden potensial,” pungkas Hendri.
Seperti diberitakan, di dalam sesi wawancara dengan Biro Pers Kepresidenan yang diunggah di Youtube, SBY mengeluarkan pernyataan tentang fenomena Jokowi. Saat itu, Presiden menjawab pertanyaan soal popularitas Jokowi dan beberapa kekhawatiran Jokowi akan didikte pihak lain dalam memimpin yang menunjukkan keyakinan SBY bahwa Jokowi akan benar-benar menjadi presiden.(boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Presiden Resmikan Pusat Perdamaian dan Keamanan Senilai 1,6 Triliun
Redaktur : Tim Redaksi