SBY Perintahkan Menlu Minta Klarifikasi Resmi

Terkait Operasi Penyadapan AS dan Australia

Jumat, 01 November 2013 – 18:28 WIB
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Foto: JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Dalam sepekan terakhir ini, Indonesia dihebohkan dengan bocornya aksi penyadapan yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Australia. Oleh karena itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa segera meminta klarifikasi pada dua negara itu.

"Presiden minta Menlu berkomunikasi  dan minta klarifikasi ke pihak-pihak terkait. Menlu melakukannya dan telah lapor untuk meminta klarifikasi," ujar Juru Bicara Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha di kompleks Istana Negara, Jakarta, Jumat, (1/11).

BACA JUGA: DPR Dorong Pemerintah Perkarakan AS dan Australia

Julian menambahkan, Presiden juga sudah memerintahkan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk mencari informasi tentang operasi penyadapan oleh AS dan Australia tersebut. Menurut Julian, pemerintah juga belum mengetahui kerugian akibat aksi penyadapan itu.

"Pada prinsipnya kalau benar seperti diberitakan, sungguh ini sangat disesalkan karena suatu hubungan diplomasi tidak boleh terkontaminasi dengan aksi penyadapan. Kita tetap tunggu dari Menlu saat ini," ujar Julian.

BACA JUGA: Gita Wirjawan Sambangi KPK

Seperti diketahui, Indonesia dihebohkan dengan bocornya aksi penyadapan yang dilakukan oleh AS dan Australia. Agen mata-mata elektronik Australia, Defense Signals Directorate (DSD), mencegat komunikasi militer dan Angkatan Laut Indonesia melalui stasiun pendengaran rahasia yang berada di daerah terpencil di Kepulauan Cocos. Sedangkan AS melakukan penyadapan melalui kantor kedutaan besar yang tersebar di 90 negara, termasuk di Jakarta.

Menurut media Australia, Sydney Morning Herald, edisi 1 November 2013, stasiun pemantauan ini tidak pernah diakui secara terbuka oleh pemerintah negeri kanguru itu. Padahal, tulis media Australia, stasiun pemantau yang dikenal dengan sebutan Shoal Bay Receiving Station itu sudah beroperasi selama lebih dari dua dekade.

BACA JUGA: Hamdan Janji Lakukan Deteksi Dini

Sebelumnya, fasilitas di Pulau Cocos itu dilaporkan  merupakan bagian penting dari upaya pengumpulan sinyal intelijen Australia yang menargetkan Indonesia. Fasilitas di dekat Darwin itu meliputi radio pemantau dan peralatan pencari arah serta stasiun satelit bumi. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR Desak Pencetakan Buku Nikah Diurus Kanwil


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler