jpnn.com, BATAM - Kabar baik datang dari Bandara Hang Nadim, Batam, Minggu (28/1). Setelah menunggu 1,5 tahun, Seaplane dipastikan mulai beroperasi dari Batam menuju Pulau Bawah Resort di Provinsi Kepulauan Riau.
Kepastian tersebut diungkapkan Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Bahari Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Indroyono Soesilo.
BACA JUGA: Incar Wisman Negara Tetangga, Kemenpar Ikut ITTE di Filipina
Seaplane Pesawat Amphibi jenis Viking Twin Otter-400 dengan kode pesawat DHC-400 membawa wisatawan ke Pulau Bawah Resort dari Bandara Hang Nadim
”Kami sangat bersyukur. Seaplane akhirnya beroperasi. Seaplane ini baru beroperasi bukan karena pesawat tidak siap, bukan juga karena pilotnya tidak mampu, bukan juga karena wismannya tidak ada. Namun, karena masalah perizinan. Akhirnya Seaplane pertama kali untuk berwisata sudah lahir di awal Januari 2018 ini. Alhamdulillah,” kata Indroyono.
BACA JUGA: Menpar Ajak Wisatawan Tiongkok Serbu Bali Saat Imlek
Dia menambahkan, penerbangan tersebut harus ada sertifikat pesawat khusus dan mesti terregistrasi PK (Indonesia).
”Bukan itu saja. Pesawat ini bisa terbang juga karena pilotnya harus memilki izin khusus mendarat di darat dan di air. Bandara di air juga harus memenuhi persyaratan dan izin pihak-pihak yang kompeten dan terkait,” tambahnya.
BACA JUGA: Kemegahan Benteng Pendem Sambut Kemenangan Dylan di Etape I
Dia mengatakan, penerbangan Seaplane merupakan pengalaman pertama untuk semua kementerian karena menyangkut berbagai lini, termasuk asuransi wisatawan.
“Goal-nya dari pariwisata adalah Resort Pulau Bawah Kepulauan Riau ini kini sudah bisa didatangi wisatawan high-end tourists dari Eropa dan Rusia menuju Pulau Bawah Resort untuk tiga malam. Termasuk penerbangan Singapura menuju Batam-Pulau Bawah pulang pergi. Ini kabar gembira bagi pariwisata Indonesia,” kata Indroyono.
Indroyono juga meminta dukungan untuk kelancaran Seaplane project berikutnya yang akan menyasar pembangunan resort di Pulau Widi, Maluku Utara.
”Semua perizinannya tinggal replikasi. Sebagai negara kepulauan, Indonesia perlu meniru Maldives dalam penggunaan Seaplanes. Dirut PT Dirgantara Indonesia Elfien Goentoro juga menyatakan bahwa modifikasi pesawat N-219 Nurtanio buatan PT DI menjadi Seaplanes akan dimulai tahun ini. Semoga semua bisa berjalan dengan baik,” ujarnya.
Beroperasinya Seaplane membuat eksotisme pulau-pulau cantik yang menjadi kekuatan Pesona Indonesia bakal makin terkoneksi.
Sebab, Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub mengeluarkan certificate water aerodrome atau bandara untuk pendaratan Seaplanes dengan nomor PK perdana di Indonesia.
Ini adalah sebuah terobosan aksesibilitas udara yang sangat ditunggu-tunggu untuk destinasi kepulauan.
"Seaplanes juga bisa beroperasi untuk danau, seperti Danau Toba Sumatera Utara. Selama ini kendala kita salah satunya ada di akses. Dengan 17 ribu lebih pulau yang ada di Indonesia, kita jadi membutuhkan banyak bandara,” terang Indroyono.
Ide membuat seaplane di sejumlah destinasi wisata bahari yang punya panorama eksotis sangat cerdas.
Dengan jurus seperti ini, pariwisata Indonesia bisa segera melewati Maldives. Maklum, secara kuantitas dan kualitas, Indonesia jauh lebih baik dari Maldives.
Underwater Indonesia banyak yang langganan juara dunia. Jumlah pulau eksotisnya? Jauh lebih banyak dari Maldives.
Menteri Pariwisata Arief Yahya langsung memberikan dua jempol atas lahirnya terobosan baru ini.
Dia pun sangat yakin Indonesia bisa mengalahkan Maldives dalam waktu singkat.
"Dengan menggunakan Seaplane, maka waktu yang ditempuh akan lebih cepat sehingga turis asing tak bosan menunggu terlalu lama untuk sampai di pulau yang diinginkan," jelas Menpar Arief Yahya.
Anambas, misalnya. Rute Batam ke Anambas yang biasa ditempuh lebih enam jam dengan kapal cepat kini bisa dipangkas menjadi satu jam dengan seaplane.
“Ini sangat mungkin bisa diterapkan di Kepulauan Seribu, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Danau Toba, Morotai, Labuan Bajo dan Mandalika yang sedang dipersiapkan menjadi 10 Bali Baru,” ujar mantan Dirut Telkom itu.
Terobosan ini juga berdampak bagus untuk industri kedirgantaraan Indonesia. Maklum, produksi pesawatnya ada di Indonesia.
“Indonesia unggul di pesawat Amphibi. Jadi ini peluang investasi baru di Seaplane. Untuk pariwisata, pesawat Amphibi lebih hemat, efisien, dan tepat sesuai kondisi yang ada. Selamat atas penerbangan ini," ujar Menpar Arief Yahya. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Keindahan Alam Manjakan Peserta Tour de Indonesia
Redaktur & Reporter : Ragil