jpnn.com, JAKARTA - Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menonaktifkan Kombes Budhi Herdi Susianto dari jabatan Kapolres Metro Jakarta Selatan pada Rabu (21/7).
Jenderal Sigit juga menonaktifkan Brigjen Hendra Kurniawan dari jabatan sebagai Kepala Biro Pengamanan Internal (Karopaminal).
BACA JUGA: Sudah Lapor Polisi, Keluarga Brigadir J Juga Minta Dilindungi LPSK?
Dua perwira polisi itu dinonaktifkan untuk menindaklanjuti gelar perkara kematian Nofryansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J di rumah Irjen Ferdy Sambo.
Namun, sebelumnya Kombes Budhi pernah mengungkapkan kronologi kasus baku tembak sesama polisi itu, lima hari setelah kejadian.
BACA JUGA: Sejumlah Petunjuk soal Luka Brigadir J Sudah Ditemukan, Komnas HAM Segera Bicara
Insiden baku tembak polisi itu terjadi di rumah milik Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan, Jumat (8/7) sekitar pukul 17.00 WIB.
Perwira yang pernah tiga tahun bertugas di Timor Timur itu mengatakan peristiwa naas tersebut bermula ketika istri Irjen Ferdy Sambo sedang berbaring di kamarnya karena lelah setelah pulang dari luar kota.
BACA JUGA: Usut Kasus Penembakan Brigadir J, Brigjen Hendra dan Kombes Budhi Dinonaktifkan
"Nah, pada saat itu, tidak diketahui oleh orang lain, tiba-tiba Brigadir J (Yosua) masuk dan kemudian melakukan pelecehan terhadap ibu (istri Irjen Ferdy Sambo, red)," ujar Kombes Budhi di Mapolres Jakarta Selatan, Selasa (12/7).
Hanya saja, Kombes Budhi tidak menjelaskan detail bentuk pelecehan yang diduga dilakukan Brigadir J.
Perwira menengah Polri itu mengatakan, saat itu Putri langsung terbangun karena kaget dan menegur Brigadir J.
"Saudara J membalas, 'diam kamu!', sambil mengeluarkan senjata yang ada di pinggang dan menodongkan ke ibu kadiv (Putri, red)," tutur Budhi.
Sontak, Putri berteriak minta pertolongan kepada personel polisi lain yang memang berada di rumah itu.
"Di situlah saudara J panik, apalagi mendengar ada suara langkah orang berlari yang mendekat ke arah suara permintaan tolong tersebut," ucapnya.
Suara langkah kaki tersebut berasal dari Bharada E yang bergegas turun dari lantai dua ke arah sumber suara teriakan minta tolong.
"Kebetulan saudara RE (Bharada E) berada di lantai dua rumah tersebut, bersama dengan saksi K. Baru separuh tangga, RE kemudian melihat saudara J keluar dari kamar tersebut dan menanyakan ada apa. Bukan dijawab, tetapi dilakukan dengan penembakan," tutur Budi.
Tembakan Brigadir J ke arah Bharada E meleset dan hanya mengenai tembok rumah. Bharada E berlindung di tangga.
"Karena saudara RE juga dibekali senjata, dia kemudian mengeluarkan senjata yang ada di pinggangnya. Nah ini kemudian terjadi baku tembak," ucap Budhi.
Alumnus Akpol 1996 itu mengatakan, polisi menemukan beberapa lubang tembakan di tembok rumah tersebut.
"Di TKP (tempat kejadian perkara, red) kami menemukan adanya bekas tembakan di tembok yang ada di tangga itu sebanyak tujuh bekas atau titik tembakan," ujar Kombes Budhi.
Brigadir J pun akhirnya kalah dalam adu tembak tersebut dan tewas di tempat.
"Hasil autopsi kami mendapatkan bahwa ada tujuh luka tembak masuk dan enam luka tembak keluar. Dan satu proyektil bersarang di dada Brigadir J," pungkas Kombes Budhi. (mcr18/jpnn)
Redaktur : Friederich Batari
Reporter : Mercurius Thomos Mone