jpnn.com - SUNGAI RAYA- Warga Eks Gafatar di Desa Limbung Kecamatan Sungai Raya dijaga warga sekitar.Dengan dibantu kepolisian dan TNI, mereka terus berjaga untuk menghindari penyusup yang masuk dari luar.
Meski begitu, 64 Kepala Keluarga (KK) dengan 201 jiwa eks Gafatar itu dikabarkan akan tetap dievakuasi ke kamp penampungan di Markas Kodam XII/Tanjungpura.
BACA JUGA: Gara-Gara PLN Tak Becus, Pengusaha di Daerah Ini Merugi
Mendengar informasi bakal diungsikan, kemarin, warga eks Gafatar dengan cepat melelang barang-barang berharga walaupun sebenarnya mereka ingin terus menetap di Kalimantan. Barang yang dijual cepat itu mulai dari peralatan elektronik, rumah tangga, kendaraan bermotor, hingga hewan ternak.
Rabu (20/1), sejumlah masyarakat terus berdatangan ke pemukiman Gafatar untuk membeli benda-benda yang ditawarkan tersebut. Namanya jual cepat, tentu harganya murah.
BACA JUGA: Horeee...Nasib Bandara Warasaba Semakin Terang
Tak hanya pembeli berdatangan, sejumlah masyarakat asli setempat pun datang. Mereka prihatin dengan pengusiran eks Gafatar di sejumlah kabupaten di Kalimantan Barat. Sebab, di Desa Limbung, warga pendatang dan asli sudah membaur.
Seorang penduduk yang tinggal tak jauh dari sana, Syafi’i mengaku tak tega dengan kondisi yang menimpa orang-orang eks Gafatar. "Apalagi nak (mau) membeli barang-barangnya. Bayangkan, sepeda seharga Rp600 ribu ke atas dijual Rp150 ribu. Kami warga sini tetap berusaha agar tidak terjadi pembakaran, itukan tindakan anarkis,” terangnya.
BACA JUGA: Gara-gara Ini, Pemkot Tarakan Dapat Nilai Kuning
Ketua RW 11, Waluyo pun sudah meminta warganya meronda pemukiman tersebut, berjaga bersama aparat keamanan. "Kurang lebih tiga hari, saya tidak tidur. Ini kami lakukan untuk menghindari aksi anarkis," papar dia, matanya memang sembab.
Senada, Suijo, pengurus RT02 Dusun Multorejo berharap, kejadian di daerah lain tidak terulang di daerah tersebut. "(Eks Gafatar,red) ada memang yang tertutup, ada juga yang bergaul. Tapi apapun keputusan pemerintah, kami dari pihak warga mengikutinya. Yang dikhawatirkan penyusup dari luar," tegasnya.
Warga asli lainnya, Iqbal, meminta pemerintah kabupaten tanggap. “Karena kami melihat lokasi yang ditempati eks Gafatar ini sangat strategis. Dekat kantor bupati, Bandara dan pelabuhan,” ungkapnya.
Pemukiman itu dibangun memanjang. Ada enam rumah dan satu aula. Menurut Sigit, wakil koordinator pemukiman tersebut, mereka datang pertama kali pada 3 Agustus 2015. (rakyatkalbar/dkk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketua RT Yang Nggak Patut Dicontoh, Malah Jadi Pengedar Sabu
Redaktur : Tim Redaksi