Pemerintah Australia memberikan tunjangan uang bagi 'permanent resident' (PR) dan warganegara Australia, lewat skema 'JobKeeper' dan 'JobSeeker'. Sejumlah warga Indonesia di Australia yang memenuhi syarat menceritakan seberapa membantu tunjangan tersebut. JobKeeper Dibayarkan kepada bisnis atau tempat kerja untuk mempertahankan karyawan Jumlah yang diberikan adalah AU$1,500 (belum termasuk pajak), namun akan turun di bulan September Pendapatan bisnis atau pemberi kerja harus menurun minimal 30 persen untuk memenuhi kriteria JobSeeker Dibayarkan melalui Centrelink Jumlah yang diberikan adalah AU$1,100 (belum termasuk pajak) Untuk memenuhi syarat, pendapatan harus berada di bawah $1,086 per dua minggu dan pendapatan pasangan harus di bawah $79,000
*Skema ini hanya berlaku bagi yang berstatus 'permanent resident' dan warganegara Australia

 

BACA JUGA: Memalukan, Pasukan Khusus Australia Bentangkan Simbol Rasisme di Afghanistan

Natalia Nuyerepon, perempuan asal Jawa Timur, saat ini bekerja penuh waktu di restoran Hog's Breath Cafe, di Mildura, sebuah kota di Victoria yang berjarak 550km dari Melbourne.

Terhitung tanggal 23 Maret 2020 lalu, semua restoran, kafe, bar, dan pub harus menutup layanan 'dine-in' atau makan di tempat dan hanya menyediakan 'take away' dan 'delivery'.

BACA JUGA: Warga Australia Kembali Menikmati Duit Tunjangan, Tetapi Jumlahnya Dipotong

Namun, cabang restoran tempat ia bekerja harus ditutup sehingga mempengaruhi pekerjaannya sebagai koki.

"Di bulan Maret 2020 itu kami semuanya kena 'stood down' [diberhentikan]. Jadi tidak ada kerja dan tidak ada pemasukan. Semua ditutup dan kami tidak mengerti nasib saat itu," kata dia.

BACA JUGA: Kasus Corona di Melbourne Masih Tinggi, Denda Rp 2 Juta Bagi yang Tidak Pakai Masker

"Untuk lokasi Mildura, karena populasi penduduk tidak terlalu tinggi seperti Melbourne, jadi [restoran Hog's Breath] kurang pemasukan untuk membayar karyawan dan sebagainya."

Akhirnya, Natalia harus mengakses subsidi 'JobSeeker' yang tersedia bagi 'permanent resident' dan warganegara Australia. Photo: Natalia sudah pernah mendapatkan dua jenis bantuan subsidi Pemerintah Australia, yaitu 'JobSeeker' dan 'JobKeeper' di tengah pandemi COVID-19. (Supplied: Natalia Nuyerepon)

 

Selama sebulan menunggu tunjangan disetujui dan masuk ke rekeningnya, ia dan suaminya harus hidup dengan sisa tabungan.

"JobSeeker memberikan pendapatan sebesar AU$1.100 (Rp11,5 juta) per dua minggu, [belum dipotong pajak]. Jadi saya mendapatkan AU$654 (Rp6,8 juta) per minggu," katanya.

Kemudian setelah Pemerintah Australia mengeluarkan tunjangan 'JobKeeper', Natalia mendaftar dan beralih ke bantuan subsidi ini yang bernilai AU$1.500 (Rp15,6 juta) per dua minggu sebelum pajak.

Meski nilainya jauh lebih kecil dari pendapatan mingguannya sebelum pandemi, Natalia mengatakan 'JobKeeper' saat ini masih membantu.

"Saya berusaha mencukupkan, karena banyak yang berubah dari pendapatan hampir seribu atau seribu lebih [per minggu] … langsung [turun] drastis," kata Natalia.

"Kembali lagi ke lifestyle [gaya hidup] dan bagaimana kita hidup untuk cukup di sini. Itu intinya. Jadi ini membantu, paling tidak, daripada 'nothing' [tidak sama sekali]. Melebihi gaji sebelumnya

Sementara bagi warga Indonesia lainnya, Yuanita Gondorejo, tunjangan 'JobKeeper' yang didapatkannya lebih menguntungkan bagi dirinya yang bekerja sebagai karyawan 'casual' di toko Daiso.

Sejak pandemi, Yuanita hanya mendapatkan jam kerja satu hingga dua kali, dari sebelumnya tiga atau empat kali per minggu.

Namun, menurut perempuan yang sedang kuliah di RMIT University ini, jumlah uang dari 'JobKeeper' justru melebihi gaji normalnya sebelum pandemi.

"Cukup menguntungkan ya bagi kita, karena kerjanya sedikit tapi dapat 'salary' [gaji] stabil setiap dua minggu," kata Yuanita yang tinggal di Melbourne.

"Selalu dapat AU$1.300 (Rp13,5 juta) terus, walau jam kerjanya cuma sedikit. Kadang tidak ada, seminggu [hanya] sekali. Tapi itu cukup menguntungkan buat kaminya."

Dengan uang tersebut, perempuan yang berasal dari Mojokerto ini dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Photo: Yuanita mengatakan pendapatannya dari skema 'JobKeeper' lebih dari cukup untuk kebutuhan sehari-hari. (Koleksi pribadi)

 

"Untuk kebutuhan sehari-hari, buat hidup, bayar sewa begitu lebih dari cukup. Dengan standar hidup biasa, [nilai bantuan subsidi ini] masih lebih dari cukup."

Mengenai pemotongan jumlah uang 'JobSeeker' yang akan efektif di bulan September, Yuanita merasa sedikit sedih, namun tetap bersyukur.

"Karena posisinya sudah dapat [uang] segini, lumayan lah ya ... tidak apa-apa," ujarnya yang mengaku melihat ada beberapa temannya asal Indonesia yang tidak memenuhi syarat mendapat tunjangan 'JobKeeper'.

Natalia juga menyampaikan hal yang sama dan menurutnya hanya harus menyesuaikan dengan perubahan yang ada.

"Kalau secara pribadi, sebenarnya sedih juga, karena tidak dipotong saja sebenarnya kurang ya, apalagi dipotong," kata Natalia kepada Natasya Salim dari ABC News. Photo: Christian, pemilik bisnis Victory Automotive, mengatakan pendapatannya menurun pesat setelah 'lockdown stage 3' diberlakukan. (Koleksi pribadi)

  Membantu bisnis tak bangkrut

Sementara itu, Christian Gunawan, pemilik bisnis otomotif Victory Automotive, mengatakan sulit untuk melihat dampak pengurangan nominal 'JobKeeper' terhadap bisnisnya ke depan.

Namun, sebagai pelaku bisnis, ia justru lebih merasa khawatir mengenai kemungkinan Victoria untuk meningkatkan lagi peraturan pembatasan sosial ke tahap empat.

"Saya berharap tidak akan masuk lockdown yang lebih parah, stage 4. Karena kalau di stage 2 kami masih bisa bertahan, namun ketika stage 3, banyak langganan yang takut ke bengkel," katanya.

Christian mengatakan pelanggannya kebanyakan berasal dari kawasan lain, bukan hanya dari kawasan timur tempat bengkelnya berada.

Sehingga kalau tahap keempat yang lebih ketat mengatur pergerakan warga untuk tidak keluar dari kawasan mereka tinggal, pelanggan dari kawasan "takut diberhentikan polisi".

Sejak tahun 2015, Victory Automotive yang berlokasi di kawasan Clayton South, hanya mempekerjakan dua orang pekerja 'casual'.

Sejak Mei, tunjangan 'JobKeeper' telah membantu membayar gaji istrinya, yang terhitung sebagai karyawan 'casual', yaitu bagian administratif di bengkelnya.

"Istilahnya untuk menolong dan 'jangan sampai bangkrut', Jadi kami merasa sangat beruntung juga," kata Christian yang sudah menjadi warga tetap Australia dari tahun 1989.

"Dan 'company' [atau perusahaan] kami 'small team' [atau kelompok kecil]. Jadi kalau terlalu besar mungkin kita sangat 'struggling' [kesulitan]."

Salah satu persyaratan bagi untuk menerima bantuan 'JobKeeper' adalah dengan menunjukkan bukti bahwa pendapatan perusahaan yang bersangkutan telah merosot lebih dari 30 persen.

"Omzet kami turun 50 persen. Akhirnya kami mendaftarkan perusahaan kami di myGovID, yang bekerja sama dengan 'Australian Taxation Office' [kantor pajak Australia]."

Simak berita lainnya di ABC Indonesia.

Yuk, Simak Juga Video ini!

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengapa Ada Orang yang Bisa Menularkan Corona Lebih Banyak Dibanding yang Lain?

Berita Terkait