jpnn.com, BEIJING - Tak akan ada devaluasi. Tak akan ada subsidi khusus. Tak akan ada perusakan lingkungan. Tak akan ada pencurian hak intelektual. Tak akan ada risiko utang. Itulah deretan janji Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam pidato Belt and Road Forum for International Cooperation 2019 kemarin (26/4).
Dalam orasi 30 menit, sekretaris jenderal Partai Komunis Tiongkok itu menolak berkoar-koar soal jumlah dana yang akan disuntikkan seperti 2017. Menurut South China Morning Post, Xi menjanjikan tambahan dana 400 miliar yuan (Rp 842 triliun) pada forum BRI (Belt and Road Initiative) pertama dua tahun lalu.
BACA JUGA: Forum Jalur Sutra: Ini Janji Tiongkok kepada Para Pengutang
Politikus 65 tahun itu lebih berfokus menanggapi tudingan dan keresahan publik internasional. Dia menegaskan, tak akan ada lagi trik-trik untuk membuat Tiongkok menang besar. ”Kami akan menghapus semua regulasi, subsidi, dan praktik yang menghalangi kompetisi adil,” ujar dia seperti dilansir Agence France-Presse.
Tiongkok memang terkenal lihai dalam praktik perdagangan internasionalnya. Tiongkok sering melakukan devaluasi CNY untuk membuat produknya lebih murah jika dibandingkan dengan pesaing global. Belum lagi subsidi yang diberikan kepada pelaku industri dan perusahaan, membuat mereka unggul jauh di pasar masing-masing.
BACA JUGA: Simpang Obor
Namun, semua praktik itu mengundang banyak hujatan sepanjang tahun. Termasuk dari rival dagang Tiongkok, Amerika Serikat. Tahun lalu Tiongkok terkucil dari lingkaran perdagangan global. Kemarin Xi menegaskan bahwa semua sudah berubah.
”Sepertinya, presiden ingin mengubah narasi dan memberi citra baru untuk BRI,” tutur Eric Olander, pemimpin redaksi situs China Africa Project.
BACA JUGA: AS Tak Kirim Utusan ke Forum Jalur Sutera
Xi tak lagi berbicara soal kekayaan dan pembangunan yang pesat. Dia malah mengangkat isu keamanan pinjaman dan perlindungan lingkungan. Itu adalah dua isu yang selama ini dihindari Tiongkok.
”Kita harus mengedepankan konsep keterbukaan dan ramah lingkungan. Dengan membuat infrastruktur dengan biaya yang masuk akal, inklusif, dan berlanjut, negara-negara akan mencapai potensi tertinggi mereka,” tegasnya.
Namun, suami Peng Liyuan itu juga berharap sebaliknya. Yakni, negara lain akan memberikan aturan yang adil terhadap pebisnis Tiongkok. ”Kami berharap negara di dunia juga memberikan lingkungan investasi yang ramah terhadap kami,” ungkap dia.
Tentu saja semua undangan bertepuk tangan. Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte, dan 35 kepala pemerintahan lainnya menyambut positif pernyataan Xi. Menurut mereka, jawaban yang tegas atas semua tudingan dan rumor merupakan langkah yang tepat.
Dengan begitu, mereka bisa melakukan kerja sama tanpa khawatir terlilit utang yang tak bisa dilunasi. Sebagaimana diberitakan, kabinet sudah mengucurkan USD 90 miliar (Rp 1.276 triliun) sejak BRI diluncurkan pada 2013. Belum lagi pinjaman senilai USD 300 miliar (Rp 4.253 triliun) yang dikucurkan oleh perusahaan dan perbankan Tiongkok.
”BRI merupakan upaya untuk memperkuat kerja sama di wilayah Eurasia (Eropa dan Asia, Red). Dan itu serupa dengan rencana kami,” ujar Putin.
Namun, berhasil membujuk undangan saja tak cukup bagi Xi. Menurut beberapa media, Xi punya maksud tersembunyi dalam pidatonya kemarin. Dia memberikan jawaban kepada Presiden AS Donald Trump yang nun jauh di sana.
Beberapa saat sebelum Xi berpidato, Trump mengumumkan bahwa rekannya, Xi, akan datang ke AS untuk menandatangani perjanjian dagang dalam waktu dekat. Sangat mungkin Juni mendatang. Seharusnya, perjanjian itu bakal mengakhiri perang dagang antara dua raksasa ekonomi tersebut. Sedangkan pidato Xi seakan-akan menjadi surat terbuka Tiongkok kepada Negeri Paman Sam soal hubungan dagang di masa depan. (bil/c11/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Penyebab Malaysia Tak Bisa Lepas dari Jerat Utang Tiongkok
Redaktur & Reporter : Adil