jpnn.com - PALEMBANG – Kantor Gubernur Sumsel dan DPRD Sumsel digeruduk puluhan warga di RT 26, RW 06, Kelurahan Keramasan, Kecamatan Kertapati, kemarin (14/1).
Bukan hanya orang tua dan dewasa, juga terlihat anak-anak berpakaian seragam sekolah memegang spanduk dan karton putih dengan tulisan tuntutan aksi.
BACA JUGA: Menteri Anies Ingin Terbitkan Panduan untuk Menjelaskan Terorisme ke Siswa
Yang mencengangkan, anak-anak tersebut menggunakan sepatu sekolah yang penuh dengan lumpur sawah. Karton-karton yang dibawa bertuliskan “Kami Warga RT 26 Mohon Bantuan, Buka Jalan Kami”, “Akses Jalan Kami Ditutup PT Dian Sakti”, “Pak Gubernur, Tolong Peduli, Buka Jalan Buat Kami”.
Hendri (12), siswa SD Muhammadiyah Kertapati, menceritakan dia sedih akses jalan ke rumahnya ditutup. “Kalo nak ke sekolah, lewat sawah. Jadi sepatu kotor,” kata dia, sambil menunjukkan sepatunya yang berlumpur.
BACA JUGA: NODA DUNIA PENDIDIKAN: Siswa SMA Ditembak Kawan Sekolah
Bocah tersebut mengungkapkan, dirinya harus melepas sepatu saat hujan turun dan menggulung celana sekolahnya. Sebab sawah yang menjadi jalan satu-satunya tergenang dengan air karena hujan. “Susah waktu hujan. Tolong Pak Gub, kami nak sekolah,” jelasnya.
Tak hanya itu, Siti Khodijah, warga RT 26, RW 06 mengungkapkan, akibat akses jalan ditutup oleh perusahaan membuat mereka tidak bisa salat di musala. Selain itu, para suaminya pun tak bisa mencari nafkah karena terhalang tak bisa menggunakan akses itu.
BACA JUGA: Resmi, Diterapkan Nomor Induk Dosen Khusus
“Kasihan jugo anak-anak nak sekolah. Tigo hari ini lewat sawah,” beber dia. Ia menyebutkan, PT Dian Sakti sudah membuat pagar permanen di jalan yang biasa mereka lewati. “Kalau jalan satunya di pagar seng. Kami tidak bisa melewatinya,” tambah Siti.
Koordinator aksi sekaligus wakil ketua LSM Bangun Indonesia Kita, Aji Syamsudin, mengatakan, Jalan Harapan di RT 26, RW 06 merupakan satu-satunya akses keluar masuk warga menuju Jalan Yusuf Singadekane.
“Warga tidak tahu apa alasan ditutupnya akses jalan oleh PT Dian Sakti itu. Warga protes karena tidak ada akses jalan lain. Karenanya kita minta Pemprov Sumsel untuk bisa mediasi dan cari jalan untuk ini,” terang dia.
Diakuinya, jalan tersebut memang milik PT Dian Sakti, namun yang disayangkan mengapa harus ditutup. Jalan menuju musala tertutup sehingga mengganggu aktivitas beribadah. Jalan yang ditutup itu tanpa ada persetujuan warga, perusahaan juga melarang warga melintasi jalan tersebut.
“Warga tidak memiliki jalan lagi, kami sudah surati Pemprov sebelumnya dan minta dibantu selesaikan masalah ini,” terang Aji.
Sementara itu, Asisten II Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan Ruslan Bahri mengungkapkan, pihaknya sudah menerima surat itu. Namun pihaknya tidak bisa langsung ambil keputusan.
“Akan kita tanyakan kepada PT Dian Sakti. Dan akan kita cari solusinya nanti,” tandasnya. (wia/air/ce1/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PARAH! Sekolah Unggulan tapi Siswa Belajar di Lapangan
Redaktur : Tim Redaksi