Sedihnya, Petani Tambak Rugi Rp 46 Miliar Akibat Banjir

Selasa, 07 Mei 2019 – 23:47 WIB
Banjir luapan sungai. Foto: JPG/Pojokpitu

jpnn.com, GRESIK - Banjir yang meluap dari Kali Lamong telah menenggelamkan 1.341 hektare lahan pertanian dan perikanan di wilayah Kecamatan Cerme, Gresik, Jatim. Kerugian mencapai puluhan miliar.

Luapan anak Sungai Bengawan Solo itu mulai surut. Genangan air di permukiman warga sudah menyusut.

BACA JUGA: Kunjungi Warga, Bu Khofifah Terjang Banjir

Namun, dampak sapuan air bah tersebut menyisakan derita. Khususnya bagi petani tambak. Terlebih memasuki masa panen. Ribuan ikan hanyut terbawa air.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gresik menyebutkan, kerugian materi ditaksir mencapai Rp 46,9 miliar. Minimal Rp 40,2 miliar.

BACA JUGA: Kurang Dana untuk Tangani Banjir Luapan Sungai

Sebab, rata-rata 1 hektare tambak menghasilkan Rp 30 juta-Rp 35 juta. "Ternyata yang paling rugi petani tambak," kata Kepala BPBD Gresik Tarso.

Kerugian itu, imbuh dia, baru terhitung di satu kecamatan. Dia yakin nilainya jauh lebih besar jika dihitung di seluruh wilayah terdampak. Sebab, banjir juga menerjang tambak di wilayah lain.

BACA JUGA: 18 Hektar Padi Membusuk, Gagal Panen

Di antaranya, Balongpanggang, Benjeng, dan Menganti. Rata-rata para petani tambak sebetulnya sudah siap panen ikan. Namun, semua melayang.

Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Gresik Dianne Hetty Widajatie menyatakan akan mendata petani tambak yang terdampak banjir.

Mereka diusulkan untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah karena musibah tersebut. Minimal bantuan benih ikan.

Di bagian lain, kerugian materi karena banjir Kali Lamong diperkirakan jauh lebih besar.

Sebab, selain tambak, banyak sawah padi yang terendam. Di antaranya, di wilayah Balongpanggang, Benjeng, dan Cerme.

Di wilayah Cerme saja, terdapat 428 hektare sawah yang kebanjiran. Rata-rata sawah tersebut juga siap panen.

''Kali ini saya gagal panen. Ada 2 hektare sawah. Semuanya padi," tutur Nur Hamdi, 45, petani di Desa Dadapkuning.

Banjir di kawasan permukiman setempat memang sudah surut. Namun, debit air di persawahan masih besar.

Tanaman padi pun masih terendam banjir. Dalam kondisi itu, Hamdi mengaku pesimistis bisa panen. Sebab, padi sudah terendam empat hari. "Biji padi mungkin sudah rusak," tuturnya.

Para petani pun rugi besar. Jika mengacu harga gabah sekarang, kerugian per hektare mencapai Rp 20 juta-Rp 24 juta. Kerugian berasal dari harga bibit, pupuk, dan biaya perawatan sehari-hari.

Dinas Pertanian Gresik telah mengantisipasi kemungkinan kerugian petani karena banjir.

Kepala Dinas Pertanian Eko Anindito Putro akan mengidentifikasi lahan pertanian warga yang terdampak banjir Kali Lamong. Mulai hulu sampai hilir. "Akan kami cek mana-mana lahan yang kena banjir," katanya.

Dinas pertanian mengidentifikasi petani yang ikut asuransi usaha tani (AUT) dan yang tidak. Jika ikut asuransi, petani yang bersangkutan bisa mendapatkan ganti rugi dan klaim atas kerugian.

Kalau kerusakan di atas 80 persen, petani yang ikut asuransi akan mendapatkan ganti Rp 6 juta per hektare.

Namun, jika tidak terdaftar asuransi, Dinas Pertanian Gresik akan melapor ke Pemprov Jatim. Tujuannya, petani yang bersangkutan bisa mendapat bantuan benih dari provinsi. ''Pada prinsipnya, bantuan untuk petani akan kami upayakan," imbuh Eko. (mar/c12/roz/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kali Meluap, 1.272 Rumah di 13 Desa Kebanjiran


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler