Segera Bangun TAJ Mall dan Kolam Renang Tertinggi di Dunia

Rabu, 16 Maret 2011 – 08:08 WIB
Suasana kota tua Amman, Jordania. Foto : Tatang Mahardika/Jawa Pos

Guncangan revolusi di kawasan Arab dan kesulitan ekonomi tak menghentikan langkah Raja Jordania Abdullah II untuk menjadikan Amman sebagai ibu kota pelayanan jasa di Timur TengahProblem terbesar adalah transportasi.
 
==========================
   Tatang Mahardika, Jordania
==========================
 
KALAU Anda ke Amman, cobalah berkeliling ibu kota Jordania itu dari timur ke barat

BACA JUGA: Kisah Pasutri Surabaya yang Berwisata di Jepang ketika Terjadi Gempa dan Tsunami

Niscaya Anda bakal serasa berada di dunia yang berbeda
Dari abad pertengahan di timur ke milenium baru di barat.

Amman Timur seperti di Distrik Tlaal Ali, Um Ozayna, dan Medina menghadirkan berbagai ciri khas Amman sebagai salah satu kota tertua di dunia yang ditinggali sejak 10050 Sebelum Masehi: warung makanan sederhana, pasar tradisional, pertokoan kecil, jalan sempit dan sumpek, hingga peninggalan arkeologi.

Tapi, bergerak ke Distrik Abdali, Abdoun, dan Jabal Amman di Amman Barat, tetenger yang tampak memperlihatkan sebuah kota yang amat bernafsu menjadi Dubai, Beirut, atau Singapura baru: gedung pencakar langit, apartemen mewah, jalan tol, hingga jembatan futuristis.

Pemandangan yang kontras itu merupakan konsekuensi ambisi Raja Abdullah II yang sejak ditabalkan menjadi pemimpin Kerajaan Jordania pada 1999 ingin menjadikan Amman sebagai ibu kota pelayanan jasa di kawasan Timur Tengah dan Jazirah Arab

BACA JUGA: Desa Mbah Marijan jadi Obyek Wisata Baru

Abdullah berkeyakinan, itulah satu-satunya cara untuk menggenjot perekonomian negara yang dia pimpin.
 
Maklum, tak seperti negara sekawasan, Jordania tak punya tambang minyak
Bahkan sumber air pun sangat terbatas hingga harus disuplai dari Israel dan Syria

BACA JUGA: Dulu Dia Panggil Saya Uda, Sekarang Honey

Karena itu, menjual pelayanan jasa seperti yang dilakukan Singapura yang juga tak punya kekayaan alam merupakan pilihan paling rasional.

Pintu untuk investor asing pun dibuka seluas-luasnya agar mau berinvestasiJordania tercatat sebagai salah satu negara dengan kebijakan ekonomi paling bebas sekawasanBahkan mengalahkan Amerika Serikat.

Buntutnya, pembangunan infrastruktur pun terlihat di berbagai sudut kota yang dihuni sekitar 2,8 juta jiwa tersebutMisalnya, yang terlihat dengan gampang dalam perjalanan dari Bandara Internasional Queen Alia ke tengah kota yang memakan waktu 20?30 menit

"Di sebelah sana nanti dibangun kota baru," kata Farees Suleyman, pengusaha mobil sewaan yang menjemput Jawa Pos, sembari mengarahkan telunjuknya ke sebelah kanan yang masih berupa padang rumput tak jauh dari bandara.

Kota baru atau satelit yang dimaksud Farees adalah Ahl az Azm, sebuah kota mandiri yang bernilai USD 1 miliar (sekitar Rp 8,5 triliun)Kota tersebut menyediakan hunian bagi 16 ribu jiwa dan bakal dihubungkan dengan jantung Kota Amman melalui rel kereta

Ahl az Azm juga bakal dilengkapi fasilitas 8 ribu perkantoranKompleks tersebut ditujukan untuk kalangan menengah ke bawahPembangunan Ahl az Azm itu sejalan dengan pengembangan Bandara Queen Alia

Proyek di bandara yang namanya diambil dari nama ibu tiri Raja Abdullah tersebut bakal menelan biaya sekitar USD 700 juta (Rp 5,9 triliun)Dengan demikian, diharapkan salah satu bandara tersibuk sekawasan itu bisa melayani hingga 9 juta penumpangHampir dua kali lipat kemampuan sekarang yang sekitar 5 juta penumpangBandara memang memegang peran penting kalau Amman ingin menjadi pusat pelayanan jasa.

Memasuki tengah kota, tanda "for sale" di lahan kosong atau "di sini sedang dibangun proyek" juga bisa ditemukan di mana-manaTak jauh dari kantor perdana menteri di 4th Circle, misalnya, sedang dibangun apartemen baru"Apartemen ini untuk kalangan menengah ke atas," ungkap Makhrouf Hameed, salah seorang pengawas bangunan

Kondisi negara yang relatif aman dan stabil memang menjadi modal menguntungkan bagi Jordania untuk mengail investasiBahkan di tengah gejolak revolusi Arab seperti sekarang iniHanya ada demo-demo anti pemerintah tak masif yang biasanya berlangsung seusai salat Jumat.

Dua hari lalu (12/3) juga ada demo kaum Salafi yang menuntut pembebasan rekan mereka yang ditahan pemerintah tepat di taman 4th CircleTapi, pesertanya hanya sekitar 100 orangSehari sebelumnya malah ada aksi jalanan jauh lebih besar yang justru mendukung rezim Raja Abdullah II di depan kantor radio dan televisi ZordanPesertanya sekitar 5 ribu orang.

Namun, semua demonstrasi itu berlangsung tertibSejak api revolusi membakar dari Tunisia pada Desember lalu, hanya sekali ada kerusuhan karena bentrokan antara kalangan anti dan pro pemerintah pada 28 JanuariTercatat delapan orang mengalami luka-luka.

"Untuk ukuran Timur Tengah dan kawasan Arab yang amat rentan konflik, kondisi seperti di Jordania itu sudah tergolong luar biasa," ujar Munir, salah seorang mahasiswa Indonesia di Amman yang juga bekerja paro waktu di KBRI Amman

Munir yang sudah lebih dari tujuh tahun di Amman itu juga mengakui pesatnya perkembangan ibu kota Jordania tersebutJalan-jalan tol baru yang menghubungkan berbagai bagian kota bermunculanBegitu pula yang menghubungkan dengan kota-kota sekitar seperti Zaqra dan Maqaba"Semua mulus," katanya.

Jawa Pos juga menyaksikan bagusnya kondisi infrastruktur jalan di JordaniaMelintas di Highway 69 yang menghubungkan Amman ke Laut Mati dan Mount NeboAspalnya mulus dan jalannya lebar.

Infrastruktur yang prima itu tentu menjadi nilai tambah lagi bagi Jordania di mata investorTak heran kalau kemudian orang-orang berduit, terutama dari negara-negara sekitar yang kaya raya karena minyak di sekitarnya, bersemangat memasuki negeri monarki berpenduduk 6,4 juta jiwa tersebut.

Misalnya, investor dari Bahrain dan Kuwait yang tengah membangun Jordan Tower Gates di 6th Circle, yaitu twin towers alias menara kembar untuk hunian dan perkantoranMenara kembar lainnya, Sanaya Amman, juga dibangun penanam modal dari InggrisSanaya Amman setinggi 65 lantai itu murni untuk hunian dan akan dilengkapi kolam renang tertinggi di dunia.

Jadi, Amman nanti punya dua twin towerMasih ada pula proyek raksasa lain seperti bangunan multifungsi berkelas dunia TAJ Mall, proyek hunian dan perkantoran Abdali Downtown Project, serta Bonyan City, sebuah kompleks mal dan perkantoran yang bakal terdiri atas lima gedung pencakar langit.

Dengan semua fasilitas yang sudah dan akan dibangun itu, tentu Jordania berharap semakin banyak perusahaan asing yang menjadikan Amman sebagai markas merekaSelama ini Jordania sebenarnya sudah memainkan peran penting di kawasannya.

Ketika Iraq diinvasi Amerika Serikat pada 2003, semua arus lalu lintas orang dan barang ke Negeri 1001 Malam itu harus melalui JordaniaBegitu pula IsraelKarena banyak negara tak memiliki hubungan diplomatik dengan negeri Yahudi itu, Jordania pun kerap menjadi penghubung

Tapi, tentu tantangan berat juga menghadang mimpi Jordania menjadikan Amman sebagai Singapura baruKestabilan politik regional tentu yang utama"Percuma juga kalau Jordania aman tapi negara-negara sekitarnya kacau terusTak ada yang mau ke sini, baik investor maupun turis," kata Munir.

Perekonomian Jordania juga masih gonjang-ganjingSelain terbelit utang, mereka harus berhadapan dengan tingginya angka pengangguran dan kemiskinanBelum lagi beban subsidi.

Yang mungkin lebih mikro dari itu tapi tak kalah penting adalah ancaman keruwetan sistem transportasiJordania adalah "negara mobil"Karena jeleknya transportasi umum di negara itu, warga rata-rata memilih kendaraan pribadi atau menggunakan taksi

Karena itu, pada jam-jam sibuk, kemacetan mengular di berbagai belahan kota yang berdiri di atas 19 jabal alias bukit ituTerutama di jalan-jalan non-tol di bagian kota lamaDekat Masjid King Hussein, misalnyaItu masih ditambah kebiasaan parkir sembarangan warga.

"Banyak warga yang memilih naik taksi daripada naik bus karena lebih cepat dan nyamanBiayanya juga tak jauh beda," kata Assad Mishal, seorang sopir taksi

Meski tak reyot, bus-bus umum Jordania memang terlihat tuaSudah pasti tak lincah di tengah kemacetanBelum lagi perkara gengsiItu merupakan persoalan penting di Amman yang warganya amat menjaga penampilan

Pemerintah setempat memang sudah merancang pembangunan tiga jalur trem yang akan menghubungkan semua bagian kotaJuga kereta gantung yang mengoneksikan kota lama di bagian timur dengan Citadel, salah satu titik tertinggi di AmmanTapi, semua itu dijadwalkan baru selesai pada 2025.

"Padahal kemacetan di dalam kota kian menjadi-jadiJangan-jangan belum 2025 kami sudah tak bisa bergerak ke mana-mana karena terlalu banyak kendaraan," ujar Jamal Baker, seorang pekerja swasta yang lahir dan besar di Amman(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Rinaldi, Cucu Kalapas Narkotika Nusakambangan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler