jpnn.com - JAKARTA - Lato-lato atau latto-latto? Penulisan mana yang benar?
Mainan berupa dua bola plastik berbobot padat keras yang diikat seutas tali itu viral dan mengundang kontroversi.
BACA JUGA: Lato-Lato Viral lantas Kontroversial, Simak Ulasan Pakar Sosiologi & Psikolog UGM Ini
Ada pihak yang memandang permainan itu tak pantas dibawa ke sekolah hingga tidak elok sering dimainkan.
Tak sedikit juga yang menilai mainan itu justru positif buat anak-anak berinteraksi, ketimbang kecanduan gawai di rumah.
BACA JUGA: Dukung Pelarangan Anak Bermain Lato-Lato di Sekolah, FSGI Sentil KPAI
Menurut Wikipedia latto-latto berasal dari bahasa Makassar, dari kata latto yang bermakna suara letuk atau retak.
Untuk daerah penutur bahasa Bugis, lebih dikenal dengan istilah ketto-ketto.
BACA JUGA: Harga Lato-Lato, Pedagang Mengungkap Keuntungan yang Didapat, Wouw
Penamaan latto-latto atau katto-katto merujuk pada suara atau bunyi yang dihasilkan pada mainan tersebut.
Kata latto-latto awalnya hanya umum bagi penutur bahasa Makassar,. Untuk daerah lain mempunyai istilahnya masing-masing, seperti tek-tek, etek-etek, toki-toki dan lain-lain.
Menurut Narabahasa (penyedia edukasi, konsultasi, publikasi, dan aplikasi kebahasaan), boleh saja menulis latto-latto atau lato-lato.
Namun, Narabahasa sepertinya lebih cenderung kepada lato-lato.
"Menurut EYD V, konsonan ganda diserap jadi konsonan tunggal, misalnya pizza jadi piza dan terracotta jadi terakota. Nah, oleh karena itu, latto-latto bakal jadi lato-lato."
Sejarah Lato-Lato
Mainan ini memiliki beragam versi sejarah. Konon berasal dari Amerika Serikat yang terinspirasi oleh eskimo yo-yo, yakni mainan tradisional budaya asli Alaska.
Versi lainnya, dikaitkan dengan terinspirasi dari senjata berburu di Amerika Selatan. Pada awal 1970-an, lato-lato begitu populer hingga sampai penduduk provinsi kecil di Italia Utara, Calcinatello.
Awalnya, bola pada lato-lato terbuat dari kaca temper. Bahan kaca membuat sifatnya bisa pecah saat dimainkan dan serpihan kacanya bisa menimbulkan cedera parah.
Salah seorang penemu mainan hebat di era lato-lato adalah Marvin Glass asal Chicago, Amerika Serikat.
Dia adalah seorang pengusaha mainan terkenal dan tersukses pada masanya dengan perusahaan besarnya Marvin Glass and Associates (MGA), perusahaan desain dan rekayasa mainan yang berbasis di Chicago.
Lato-lato juga dibuat oleh perusahaan Scotti, Inc., sebuah divisi dari perusahaan Spatz Fiberglass Products, Inc., yang berbasis di Yorklyn, Delaware, Amerika Serikat.
Scott Lee selaku pimpinan perusahaan Scotti mengatakan bahwa mainan lato-lato buatan perusahannya aman digunakan dengan tali nilon yang tidak bisa putus dan serat kaca antipecah.
Lato-lato mulai muncul pada era 1960-an hingga makin populer pada awal 1970-an. Saat itu orang-orang menyebutnya mulai dari clackers, click-clacks, knockers, ker-bangers, dan clankers, penamaan ini kebanyakan berdasarkan dengan merek dan nama yang telah diberikan oleh pabrik pembuatnya masing-masing.
Ketika permainan ini mulai masuk ke Indonesia, clackers balls toys disebut lato-lato.
Di Indonesia, lato-lato sebagai mainan tradisional anak-anak telah dikenal dan dimainkan serta menjadi tren mode pada era 1970-an, 1980-an, 1990-an, dan 2002-2003 oleh anak-anak Makassar dan beberapa daerah di Pulau Jawa.
Meski sempat hilang atau redup, lato-lato kembali ramai belakangan ini.
Di Sulawesi Selatan, fenomena lato-lato marak dilombakan, seperti di Bulukumba, Palopo, Soppeng, Sinjai, Pinrang, Jeneponto, Bone, Makassar, dan daerah lainnya. (dbs/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mufthia Ridwan