Sejumlah Tokoh Bicara Soal Kepemimpinan Transformatif dari Romo Kardarman

Selasa, 11 Mei 2021 – 11:48 WIB
Tampak para tokoh menjadi pembicara dalam diskusi dan bedah Buku: “Darma Kadarman: Rintisan, Pendidikan, Kaderisasi” pada Sabtu (8/4/2021). Diskusi tersebut dilaksanakan oleh Bhumiksara bekerja sama dengan Penerbit Kanisius. Foto: Bhumiksara

jpnn.com, JAKARTA - Di tengah ketidakpastian dunia, kepemimpinan transformatif dan terintegrasi sangat dibutuhkan untuk membangun masyarakat yang lebih baik.

Prof. Dr. Aloysius Maria Kadarman SJ atau yang dikenal dengan Romo Kadarman merupakan salah satu tokoh yang berkomitmen kuat dalam mengembangkan kepemimpinan transformatif melalui pendidikan dan kaderisasi.

BACA JUGA: Kepemimpinan Berintegritas Harus Dimulai dari Keluarga

Karya Romo Kadarman dalam kepemimpinan tranformatif didiskusikan oleh Yayasan Bhumiksara Sabtu (8/4/2021) melalui Bedah Buku: Darma Kadarman: Rintisan, Pendidikan, Kaderisasi.

Hadir sebagai narasumber yaitu Romo Benedictus Hari Juliawan SJ, Alissa Wahid, dan Rhenald Kasali.

BACA JUGA: Gus Jazil: Pemimpin Bangsa Harus Memiliki Jiwa Sesuai Empat Pilar

St. Sularto selaku penulis utama buku tersebut menjelaskan Romo Kadarman yang berkarya selama 40 tahun sejak 1956 di Indonesia telah memberikan berbagai peninggalan dalam kepemimpinan transformatif yang berintegritas.

Menurut dia, kepemimpinan dengan dasar spiritualitas diimplementasikan Romo Kadarman dalam berbagai karya layanan sebagai Direktur LPPM yang kini telah berkembang menjadi Sekolah Tinggi Majajemen PPM, Rektor IKIP Sanata Dharma, Sekretaris Eksekutif Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK).

BACA JUGA: 85 WN China Masuk Indonesia Saat Pelarangan Mudik, Pimpinan DPD RI: Jangan Reaktif

Selain itu, Romo Kadarman juga menjadi perintis Yayasan Bhumiksara serta karya lain yang sangat sarat dengan rintisan, pendidikan, dan kaderisasi.

“Romo Kadarman dikenang sebagai pribadi yang memberikan teladan kepemimpinan transformatif, yaitu pemimpin yang mampu membuahkan pilihan-pilihan dan tindakan kreatif yang mendorong terjadinya transformasi sosial,” ujar Sularto yang juga anggota Badan Pembina Yayasan Bhumiksara.

Didasari Spiritualitas

Kepemimpinan transformatif harus didasari oleh nilai-nilai spiritualitas. Romo Benedictus Hari Juliawan SJ selaku narasumber pertama mengatakan inspirasi Romo Kadarman dalam melakukan kaderisasi kepemimpinan terinspirasi dari tokoh rohani bernama Ignatius Loyola yang mendirikan ordo Serikat Jesus (SJ).

Menurut Romo Beni, Ignatius Loyola bertransformasi melalui proses permenungan panjang dan dibangun bertahun-tahun. Melalui berbagai latihan rohani, ia tidak hanya menjadi pemimpin, namun juga menciptakan pemimpin-pemimpin baru.

Romo Beni sebagai Provinsial SJ Indonesia menyampaikan dinamika Romo Kadarman mendirikan lembaga-lembaga kaderisasi seperti Yayasan Bhumiksara mendorong lahirnya pemimpin-pemimpin masyarakat yang diharapkan dapat mengubah bangsa ini menuju masa depan yang lebih baik.

“Cita-cita Romo Kadarman patut dirawat oleh generasi mendatang, sekaligus pribadi yang peduli pada kelompok masyarakat miskin dan marginal. Semoga akan lahir pemimpin-pemimpin masyarakat seperti yang ia cita-citakan,” kata dia.

Menciptakan Pemimpin Baru

Alissa Wahid sebagai narasumber kedua mengaku terinspirasi dengan karya Romo Kadarman dalam  mencetak pemimpin-pemimpin baru.

Menurut Alissa, meski belum pernah bertemu langsung, Romo Kadarman dinilainya sebagai seorang pribadi yang penuh integritas dalam membangun konsistensi.

Melalui integritas dan konsistensi itulah meskipun Romo Kadarman sudah tiada, namun berbagai organisasi yang dirintisnya dapat terus memberikan kontribusi dan mendapat kepercayaan dari masyarakat.

“Melalui berbagai lembaga yang dirintis, Romo Kadarman berharap dapat terwujud reputasi yang memberikan kontribusi pada transformasi sosial,” ujar Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian ini.

Alissa Wahid menilai Yayasan Bhumiksara dan Jaringan Gusdurian memiliki semangat yang sama yaitu memupuk nilai-nilai warisan dari tokoh-tokoh pendahulu seperti Romo Kadarman dan Gus Dur.

Kedua tokoh tersebut disebut Alissa memiliki semangat yang sama yakni tidak hanya menjadi pemimpin transformatif, namun juga bertekad menciptakan pemimpin-pemimpin baru.

Pribadi Eksploratif

Rhenald Kasali yang juga menjadi narasumber dalam acara ini membagikan pengalamannya sebagai Bhumiksarawan ketika berjumpa dengan Romo Kadarman meski hanya bertatap muka  dalam waktu singkat.

Menurut Rhenald, Romo Kadarman merupakan pribadi yang cerdas dan sangat berkomitmen menciptakan pemimpin-pemimpin transformatif.

Dia menceritakan ketika mendapatkan buku berjudul “The Naked Leader” dari Romo Kadarman yang terus mengingatkannya untuk menjadi pemimpin yang memiliki nilai-nilai orisinalitas.

Akademisi dan praktisi bisnis ini kagum pada semangat Romo Kadarman yang sangat memberikan perhatian pada bidang manajemen.

Dia berpendapat banyak persoalan-persoalan bangsa ini sebenarnya adalah persoalan manajemen yang dapat diselesaikan dengan kecerdasaran eksploratif seperti yang dicontohkan oleh Romo Kadarman.

Melalui berbagai karya di bidang manajemen di Indonesia, Romo Kadarman mengajarkan para pemimpin masa depan untuk bersiap dengan mengembangkan kecerdasan eksploratif.

Bedah buku ini merupakan kerja sama Yayasan Bhumiksara dan Penerbit Kanisius, sebagai bagian dari rangkaian acara Dies Natalis ke-33 dan Reuni Nasional Bhumiksara yang bertema “Kepemimpinan Berintegritas dalam Menyongsong Tatanan Masyarakat Baru”.

Rangkaian acara Reuni Nasional sudah didahului dengan webinar pada 17 April, dan misa syukur serta perayaan Dies Natalis bhumiksara pada 24 April lalu.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler