jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) MPR Dr. Ma'ruf Cahyono, SH, MH menyebutkan, reevaluasi diperlukan terhadap terbentuknya nation and character.
Sebab, persoalan yang dihadapi saat ini berawal dari ketidaktepatan dalam menghayati dan menerapkan konsep awal kebangsaan yang menjadi fondasi keindonesiaan.
BACA JUGA: MPR Dorong Mahasiswa Tingkatkan Kualitas untuk Hadapi Revolusi Industri 5.0
"Ketidaktepatan inilah yang dapat menjerumuskan Indonesia seperti yang ditakutkan Soekarno. Yaitu, menjadi bangsa kuli dan kuli di antara bangsa-bangsa,'' ujar Ma'ruf di Hotel Bumiwiyata, Depok, Sabtu (11/12).
Dalam Munas II Srikandi Pemuda Pancasila, Ma'ruf menjelaskan, dalam mewujudkan Srikandi Pemuda Pancasila yang berkarakter dan berdaya saing, ada beberapa karakter yang perlu dibangun.
BACA JUGA: Kekerasan Seksual di Sekolah, MPR Minta Percepat Proses RUU TPKS Menjadi UU
Pertama, kemandirian atau berdikari.
Kedua, demokrasi atau kedaulatan rakyat sebagai ganti sistem kolonialis.
BACA JUGA: MPR RI Respons Positif Rencana TNI Rekrut Santri
"Masyarakat demokratis yang ingin dicapai adalah sebagai pengganti dari masyarakat warisan yang feodalistis," kata alumni Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) ini.
Ketiga, persatuan nasional. Rekonsiliasi nasional oleh antarkelompok yang pernah bertikai atau kelompok yang telah mengalami diskriminasi selama ini.
Keempat, martabat nasional.
"Indonesia tidak perlu mengorbankan martabat atau kedaulatannya sebagai bangsa yang merdeka untuk mendapatkan prestise, pengakuan dan wibawa di dunia internasional," jelas Ma'ruf.
"Rasa kebersamaan (kebangsaan) menyiratkan keberhasilan yang ditopang oleh landasan Pancasila," ungkap Ma'ruf.
Ketua Keluarga Alumni Fakultas Hukum (KAFH) Unsoed ini juga memaparkan evolusi masyarakat yang memasuki Society 4.0 menuju Society 5.0.
Pada Society 4.0, masyarakat sudah mengenal komputer hingga internet.
Tantangan di era industri 4.0 adalah disrupsi.
Yaitu, perubahan yang fundamental dan mendasar. Teknologi lama yang serbafisik diganti dengan teknologi digital.
''Digitalisasi mengubah hampir semua tatanan kehidupan. Aktivitas yang awalnya di dunia nyata bergeser ke dunia maya," ujar pria kelahiran Banyumas ini.
Ma'ruf menuturkan, konsep Society 5.0 memungkinkan kita menggunakan ilmu pengetahuan berbasis modern seperti AI atau robot.
Tujuannya, manusia bisa hidup dengan nyaman.
Kondisi dunia kerja saat ini, lanjut Ma'ruf, antara lain mempercepat akses digital di semua industri.
Muncul jenis pekerjaan baru, tenaga kerja multigenerasi dan beragam, serta tidak dibatasi struktur dan tempat.
Karena itu, pria yang pernah menjadi Plt Sekretaris Jenderal DPD (2017-2018) mendorong Srikandi Pemuda Pancasila untuk memiliki daya saing.
Dia menyebut empat prasyarat untuk berdaya saing.
Yaitu, kreativitas, berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi.
"Kreativitas adalah kemampuan memikirkan sesuatu dengan cara yang baru dan tidak lazim untuk menghadapi masalah," kata Sesjen MPR termuda ini.
Berpikir kritis mencakup kemampuan mengevaluasi diri dan membuat seseorang lebih mandiri.
Prasyarat komunikasi adalah kemampuan membangun dan menyampaikan makna dari satu entitas atau kelompok ke kelompok lain melalui tanda, simbol, dan aturan semiotika yang dipahami bersama.
''Kolaborasi artinya proses partisipasi beberapa orang, kelompok, dan organisasi yang bekerja sama untuk mencapai hasil yang diinginkan," kata Ma'ruf.
Dosen magister hukum Unsoed ini menambahkan, kemampuan literasi seperti literasi numerasi, sains, informasi, finansial, budaya, dan kewarganegaraan diperlukan.
Yang terpenting, memiliki perilaku yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila," tandas Ma'ruf. (mrk/jpnn)
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi