Sekolah di Perbatasan Kekurangan Guru Bahasa Indonesia

Kamis, 29 November 2018 – 05:37 WIB
Kepala Sekolah SMPN 2 Tarakan Firny Napasti. Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com, NUNUKAN - Sekolah - sekolah di wilayah perbatasan ternyata banyak yang kekurangan guru Bahasa Indonesia. Hal ini bisa menjadi ancaman bagi kedaulatan bangsa karena anak didik akan lebih menguasai bahasa negara tetangganya.

Seperti yang terjadi di Tarakan dan Nunukan, Kaltara. Dua wilayah perbatasan ini mengalami kekurangan tenaga pendidik untuk beberapa jenis mata pelajaran (mapel). Yaitu bahasa Indonesia, seni budaya, dan IPS.

BACA JUGA: Bupati Nunukan Ungkap Fakta tentang Guru di Perbatasan

Ketiga mapel ini sangat penting untuk anak didik di wilayah perbatasan karena berkaitan dengan identitas bangsa. "Kami kekurangan guru bahasa Indonesia. Kalau Matematika malah relatif aman. Padahal bahasa Indonesia sangat penting untuk anak didik kami," ujar Kepsek SMPN 2 Tarakan Firny Napasti saat menerima tim Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) serta media, Selasa (27/11).

Ditambahkan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Hasto Budi Santoso, selain Bahasa Indonesia, mapel seni budaya dan IPS juga butuh perhatian serius. Mengingat jumlah tenaga pendidiknya terbatas.

BACA JUGA: Tergiur Iming-Iming, Nelayan Selundupkan Sabu-Sabu 4,5 Kg

"Anak-anak di wilayah perbatasan harus diperkuat rasa kebangsaannya. Kalau guru Bahasa Indonesia dan seni budayanya tidak terpenuhi, dikhawatirkan mereka lebih menguasai bahasa serta budaya Malaysia," tuturnya.

Kekhawatiran juga diungkapkan Kepsek SMPN 1 Nunukan Husin Manu. Di wilayah Nunukan, masih butuh banyak tenaga pendidik. Kalau ini tidak dipenuhi akan mengganggu jalannya proses belajar mengajar.

BACA JUGA: Malu Dituduh Mencuri, Rizal Gorok Leher Sendiri pakai Parang

Khusus untuk pelajaran Bahasa Indonesia yang jamnya bertambah dari 4 jam menjadi 6 jam membuat kebutuhan guru meningkat.

"Anak-anak di Nunukan banyak yang mengadopsi bahasa Melayu Malaysia karena memang sangat dekat. Kalau ini tidak diantisipasi, bisa jadi mereka lebih menguasai bahasa Malaysia ketimbang Indonesia," terangnya.

Dia menambahkan, masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan, malah sering berinteraksi dengan negara tetangga. Ini jadi tantangan besar bagi tenaga pendidik untuk memperkuat rasa cinta tanah air.

"Kami berharap pusat bisa membantu memenuhi kebutuhan guru Bahasa Indonesia, seni budaya, IPS, dan mapel lainnya di wilayah perbatasan," tutup Husin. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pembunuh Wanita Pemilik Warung Ternyata Bocah 16 Tahun


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler