jpnn.com, JAKARTA - Menurut data statistik Kemendikbud tahun 2019, jumlah lulusan SD di Indonesia yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP mencapai 730.000 anak.
Jumlah yang sangat besar ini juga menunjukkan tren yang terus meningkat setiap tahunnya.
BACA JUGA: Pengakuan Yebi Soal Hubungannya dengan Selingkuhan yang Dibunuh Suami, Oh Ternyata
Ada banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, salah satunya adalah kapasitas tenaga pengajar yang masih sangat terbatas.
Memasuki masa pelayanan ke-50 tahun pada Januari 2021 mendatang, Yayasan Pendidikan POUK Tomang/Sekolah Samaria terpanggil untuk menjawab kesenjangan pendidikan anak Indonesia tersebut, sejalan dengan program Wajib Belajar pemerintah.
BACA JUGA: Rivat Eka Saputra, Pembunuh Selingkuhan Istri Tunjuk Dua Pengacara
Bekerja sama dengan Yayasan Heka Leka di Maluku, kedua institusi ini membentuk program bernama "Skola Pela", sebuah platform kolaborasi antar sekolah yang melibatkan partisipasi para guru untuk dapat saling berbagi, bersama-sama meningkatkan kualitas dan kapasitas pengajaran terhadap para murid.
Kata "Pela" adalah istilah yang sering dipakai masyarakat Maluku untuk menyebutkan perjanjian persaudaraan antara dua negeri yang berbeda.
BACA JUGA: Ini Kabar Gembira untuk Guru Honorer Madrasah dan Pendidikan Agama Islam
Kata Pela dipilih atas dasar kesadaran dan keterpanggilan dua yayasan ini untuk meningkatkan kapasitas guru di Indonesia melalui pendampingan intensif guru-guru secara daring.
Program Skola Pela mendapat sambutan hangat dari Yayasan DR.J.B. Sitanala yang menaungi SMPK Saparua di Maluku.
“Kami sangat berterima kasih dengan adanya program Skola Pela. Ini adalah jawaban dari pergumulan besar kami dalam usaha meningkatkan mutu pengajaran para murid di provinsi ini,” ujar Pdt. Mesakh Tomasoa, S.Th selaku kepala cabang Yayasan YPPK Dr. J.B. Sitanala.
SMPK Saparua dipilih menjadi sekolah pertama dalam program Skola Pela ini. Dalam program ini, para guru SMP Samaria di Jakarta dan SMPK Saparua akan saling berbagi "soft-skills" secara daring.
Program Skola Pela mendapat dukungan dari Kemendikbud melalui Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Dr. Iwan Syahril, Ph.D yang menerima perwakilan Sekolah Samaria dan Heka Leka pada Rabu (2/12) di Jakarta.
“Makna nilai Pela dari kebudayaan Maluku mengajarkan tentang persaudaraan yang erat dalam memelihara kehidupan bersama tanpa melihat perbedaan yang ada. Semoga makna nilai Pela ini menjadi semangat untuk mendorong kolaborasi aktif antar sekolah demi meningkatkan mutu dan kapasitas guru di kota dan di daerah,” ujar Iwan Syahril.
Penandatanganan Nota Kesepahaman/MoU antara Yayasan POUK Tomang/Sekolah Samaria dan Yayasan Heka Leka dilaksanakan pada Kamis, 3 Desember 2020 dan digelar di Sekolah Samaria, Tomang, Jakarta.
BACA JUGA: Rivat Eka Sang Pembunuh Selingkuhan Istri di Mata Tetangga, Tak Disangka
Acara penandatangan MoU diawali dengan webinar oleh ibu Weilin Han, M.Sc, konsultan Pembelajaran Dirjen GTK, juga dihadiri para guru Sekolah Samaria dan perwakilan dari pihak Kemendikbud.(dkk/jpnn)
Redaktur & Reporter : Muhammad Amjad