Sektor Menengah Bikin Kredit Bermasalah BNI Naik

Kamis, 09 Februari 2017 – 10:38 WIB
Ilustrasi. Foto: JPNN

jpnn.com - jpnn.com - PT Bank Negara Indonesia (BNI) menargetkan pertumbuhan agresif pada tahun ini.

Hal itu tak lepas dari hasil bagus setelah konsolidasi pada 2015 lalu.

BACA JUGA: Ekspansi ke Malaysia, BNI Siapkan USD 77 Juta

Pemimpin Divisi Komunikasi Perusahaan PT BNI Tbk Ryan Kiryanto mengatakan, meski menargetkan tumbuh agresif pada tahun ini, perseroan tetap melakukannya dengan kehati-hatian.

”Kewenangan kantor cabang diperluas sehingga selain menghimpun dana, sekaligus menyalurkan kredit,” katanya di sela media gathering di Graha Pangeran, Rabu (8/2).

BACA JUGA: BNI Bukukan Laba Rp 11,34 Triliun

Pada 2016, kredit BNI tumbuh 20,6 persen dengan capaian Rp 393,28 triliun. Kinerja tersebut lebih dari rata-rata industri yang sebesar 8,5 persen.

Untuk mencapai target pertumbuhan, perseroan juga menyiapkan strategi.

BACA JUGA: BNI Salurkan KUR Rp 200 Miliar untuk TKI

Misalnya, menjaga kualitas aset, bersinergi dengan anak perusahaan, dan optimalisasi outlet.

”BNI akan berfokus pada segmen korporasi dengan risiko terukur, yakni BUMN,” tutur Ryan.

Selain itu, bank pelat merah tersebut juga mendorong layanan digital banking.

Di sisi lain, CEO BNI Kantor Wilayah Surabaya Risang Widoyoko menambahkan, tahun ini pertumbuhan kredit ditargetkan 20 persen.

Tahun lalu, kredit di wilayah Surabaya tumbuh 18,6 persen.

Hingga 31 Desember 2016, kredit tercatat Rp 18 triliun.

Sedangkan kredit pada 2015 sebesar Rp 15 triliun.

Sementara itu, non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah naik dari 2,6 persen menjadi 3,4 persen.

”Karena dengan besarnya kredit, maka potensi terpapar risiko besar,” ujarnya.

NPL disumbang dari sektor menengah dan konsumer. Misalnya, kredit konsumer menyalurkan kredit properti bekas.

”Kebanyakan, para nasabah berasal dari non fixed income. Karena itu, timbul ketidakpastian dalam pembayaran. Ditambah lokasi properti yang dibeli berada di area yang daya jualnya rendah,” terangnya.

Namun, pihaknya tetap optimistis NPL bisa terjaga karena di-cover aset.

Tahun ini, NPL dipatok bisa terjaga kurang dari tiga persen dengan target konservatif sekitar 2,8 persen.

Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) tahun ini ditargetkan tumbuh 38 persen.

Tahun lalu tercatat Rp 25 triliun. Jika dibandingkan dengan 2015, NPL tumbuh 15,4 persen dengan capaian Rp 21 triliun.

Pertumbuhan itu lebih dari rata-rata industri yang sebesar 8,4 persen.

Untuk itu, pihaknya akan melakukan penambahan outlet maupun memaksimalkan outlet yang sudah ada. (res/c25/sof)


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
BNI  

Terpopuler