JAKARTA - Peluang bisnis ritel di tanah air dinilai masih sangat menggiurkanIndonesia dengan populasi penduduk yang besar serta didukung makin membaiknya kondisi perekonomian, memang menggoda peritel baik minimarket maupun hypermarket beramai-ramai membuka outlet barunya
BACA JUGA: BUMN Konstruksi Diminta Kreatif
Dari sisi regulasi, pemerintah pun membuka lebar-lebar keran pengembangan ritel ini, baik pemain lokal maupun asing
Kondisi ini tak pelak membuat persaingan sektor ritel semakin sengit
BACA JUGA: 700 Ribu Hektar Belum Digarap Investor Malaysia
Pemain-pemain baru, terutama ritel asing dengan modal jumbo makin menancapkan bisnisnyaSecara umum, tumbuhnya ritel asing tersebut berdampak bak dua sisi mata uang
BACA JUGA: Semen Gresik Group Dominasi Pasar
Dari sisi persaingan usaha sudah pasti akan menggerus omset penjualan seiring makin ketatnya industri ituNamun di lain pihak, kehadiran pesaing itu justru memberikan pelajaran bagi perusahaan ritel lokal untuk bisa berkompetisi dan mengambil sisi positif, yakni jeli dalam terjun ke pasar.Menurut Christian F Guswai, Managing Partner G&P Retail Consulting, sejatinya, ritel lokal memiliki kelebihan ketimbang ritel asingSebagai ritel asli bangsa sendiri, secara psikologis ritel lokal jauh lebih mengerti kebiasaan dan apa yang dimaui pelanggan"Peritel lokal memiliki keunggulan yakni jauh lebih memahami dan mengenal pasar lokal dan masyarakat disekitarnya, dibanding pemain luar yang tak begitu mengenal," katanya di Jakarta pekan lalu.
Selain itu, secara karakter, orang Indonesia, menurut Christian masih memiliki loyalitas yang tinggi kepada pemain lamaKendati demikian, kesetiaan pelanggan tersebut mesti terus dijaga dengan cara memberikan pelayanan terbaikSelain itu, menurut dia, kedatangan ritel asing juga bisa menjadi semacam pelecut memperbaiki diriSebab, selama ini ritel lokal terlena karena merasa tak mempunyai sainganAkibatnya, pelanggan diperlakukan sembaranganJika sikap ini diteruskan, kemungkinan besar pembeli bakal pindah tempat.
Nah, yang tak boleh luput, kata Christian, adalah pengembangan sumber daya manusianya (SDM)Pasalnya, kemajuan sektor ritel modern tak serta merta diimbangi oleh ketersediaan SDM yang memadaiDari peningkatan SDM inilah diharapkan, mereka memiliki daya saing yang tinggi"Dalam bisnis tak ada faktor tunggal, banyak kait mengkait," tandasnya.
Christian menambahkan, ditengah persaingan ketat antara ritel lokal dan asing seperti yang terjadi di kota-kota besar, maka peritel perlu mencari terobosan guna menutup keuntungan yang tergerus lantaran makin banyak bermunculan gerai-gerai baru di satu wilayahFokus harus dialihkan dengan membuka gerai di daerah yang belum banyak ritelnyaMenurut dia, langkah itu meruakan salah satu prinsip dari ritel yakni untuk terus tumbuh"Teorinya kan kalau tidak tumbuh ya mati," tuturnya.
Saat ini tercatat, sekitar 60-70 persen gerai ritel modern terkonsentrasi di Pulau JawaNamun, ia menekankan supaya ritel-ritel modern yang melakukan ekspansi ke daerah memiliki komitmen memberdayakan para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM)Apakah itu dengan mengizinkan mereka menjajakan produknya di dalam gerai atau memberikan pelatihan, pembinaan, dan mendidik supaya mereka mempunyai pengetahuan mengembangkan bisnisnya.
Sementera itu, Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Rudy Sumampouw menuturkan, persaingan ritel di Indonesia saat ini memang sangat kompetitif dan tumbuh signifikan"Pasar dalam negeri cukup baik," ucapnya kemarinPihaknya mencatat, ritel tumbuh rerata 20 persen tiap tahunnyaPesatnya perkembangan tersebut diyakini karena ritel lebih tahan terhadap krisisBahkan dengan makin bertambahnya jumlah penduduk, ke depan dipastikan sektor ini makin melaju kencang.
Hanya saja, jika bandingankan dengan negara-negara Asia Pasifik, penetrasi ritel modern di Tanah Air masih terbilang rendahRasio peritel modern saat ini dari satu juta penduduk dilayani 50 gerai dari rasio ideal 150 geraiAsal tahu saja, di Singapura dari satu juta penduduk dilayani lebih dari 150 peritelDi Taiwan, malah 400 peritelSelain dua negaraitu, Malaysia dan Thailand juga telah memenuhi rasio ideal tersebut.
Aprindo mencatat, jumlah ritel di Indonesia sekitar 15 ribu gerai dengan target pencapaian omset naik 15-20 persen dari pencapaian tahun lalu yakni Rp 100 triliun menjadi Rp 115-Rp 120 triliun secara nasionalRudy memaparkan, secara performance, ritel Indonesia saat ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yakni dari sisi produk yang dibanjiri oleh produk-produk asal ChinaKondisi ini tak terlepas dari diberlakukannya perjanjian perdagangan bebas Asean-China (ACFTA)Produk itu diantaranya, fashion, makanan, dan elektronik.
Menurut Rudi, masuknya produk itu merupakan hal baik karena perluasan pilihan yang berarti perluasan pasar dan pelangganTetapi, produk China yang masih belum pasti dapat menjadi salah satu faktor kerugian bagi usaha ritel"Ini cukup berpengaruh, karena barang-barang yang masuk semakin gencar sementara produksi dari dalam negeri belum bisa menyuplai menyaingi dari mancanegaraProduksi kita belakangan ini sangat lesu, sementara target kita galakkan di dalam negeri," ujarnya.
Ia mengatakan, perlu sinergi antar seluruh stakeholder yang ada guna membendung gempuran ituSedangkan secara modal, ia menyarankan dibentuk konsorsium diantara peritel sehingga memiliki daya saing tinggi"Kita harus bekerjasama dengan seluruh stakeholder, supaya bisa mem-push agar produksi bisa digalakkkan, sehingga bisa jadi tuan rumah di negara sendiriJangan sampai mendiami rumah tapi produknya dari asing semua," papar dia.
Di tengah serbuan ritel asing saat ini, salah satu ritel asli Indonesia, Hypermart masih pede mengembangkan bisnis ritelnyaPT Matahari Putra Prima (MPPA) yang merupaan induk Hypermart meyakini ceruk pasar sektor ritel masih sangat menjanjikanUntuk mengembangkan bisnisnya, MPPA akan melakukan ekspansi ke daerah-daerah, baik du Pulau Jawa atau luar Jawa.
Ekspansi ke daerah-daerah ini tentu merupakan strategi apik lantaran persaingan sengit di kota besar, seperti JakartaDitambah pemain ritel modern di daerah-daerah baik provinsi dan kabupaten terbilang sedikitTahun ini, MPPA memasang target pembukaan 17 gerai baru
Sebagian besar masih di JawaSedangkan, ekspansi ke luar Jawa akan dilakukan pada pertengah tahun depan ke Indonesia bagian timurSaat ini jumlah Hypermart mencapai 57 gerai, sehingga sampai akhir tahun bakal mencapai 74 tokoSatu toko rata-rata membutuhkan dana sekitar Rp 40 miliar.
Sementara itu, meski saat ini tren minimarket menjamur di mana-mana, namun Matahari belum berpiki akan terjun ke bisnis minimarketPasalnya perseroan tidak ingin ekspansi toko Hypermart yang kini sedang menjadi konsentrasinya pecah(lum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BNBR Tunggu Restu Credit Suisse
Redaktur : Tim Redaksi