Sembilan Penambang Emas Tewas Tertimbun Longsor

Senin, 07 April 2014 – 09:06 WIB

SUKABUMI - Sembilan penambang liar (gurandil) asal Sukabumi pulang tinggal nama. Kemarin, jasad mereka yang tertimbun saat menggali emas di Gunung Pongkor Kecamatan Nanggung Bogor dipulangkan ke kediaman asalnya di Kecamatan Kabandungan. Jasad mereka disambut tangis histeris keluarga.  
    
Dari data yang diperoleh Radar Sukabumi (Grup JPNN), para korban adalah Maman (50), Iding (20), Yayan (28), Nurdin (20), Dedi (20), Jana (38), Amad (27) serta Amir (50). Semuanya merupakan warga Desa Cianaga Kecamatan Kabandungan.

Sedangkan satu korban meninggal diketahui berasal dari Jampang. Hanya, sampai kemarin identitas lengkapnya belum diketahui.
    
Delapan jasad korban tiba di rumah duka, siang kemarin. Kondisi tempat kejadian peristiwa yang berada di pegunungan membuat proses evakuasi sulit dilakukan. Ditambah pemulangan jasad yang menempuh jalur Cianten Bogor membuat jasad terlambat diterima keluarga korban.
    
Dari informasi yang dihimpun, tragedi memilukan ini terjadi sekitar pukul 18.00 WIB Rabu (2/4) lalu. Semua korban berada di dalam lubang tambang yang berada di dekat sungai.

BACA JUGA: Rombongan Pengantin Ditabrak KA, Dua Tewas

Sementara pekerjaan tersebut dilakukan saat hujan deras mengguyur. Akibat hujan itu, sungai meluap hingga menutup lubang galian. Naasnya, semua penggali terjebak di dalam sehingga terkubur hidup-hidup material lumpur yang merupakan campuran air sungai dan tanah.
    
 "Kami mendapatkan informasi ini Kamis pagi. Untuk memastikanya pihak Desa Cianaga langsung ke tempat kejadian untuk mencari informasi sekaligus melakukan penjemputan jasad,"ungkap Camat Kabandungan Ading Ismail kepada Radar Sukabumi, kemarin.
    
Menurut Ading jasad korban kembali kerumah duka secara bertahap sejak hari Kamis dan kemarin. "Setelah tiba di rumah duka pihak keluarga langsung melakukan pemakaman," ujarnya.
    
Ading mengungkapkan sejumlah warga tertarik menjadi penambang emas karena tertarik penghasilan yang besar. Sayangnya, mereka tidak memperdulikan besarnya resiko kecelakaan yang berujung kematian. Terkait hal itu, pihak kecamatan menegaskan kepada warga untuk meninggalkan pekerjaan tersebut dengan mengarahkan kepada usaha lain.
    
"Warga di sini terutama anak muda nekad menjadi penambang karena berpikir keuntungan yang besar. Tapi kejadian ini akan menjadi akhir dari pekerjaan mereka. Kami akan melarang warga untuk kembali menjadi penambang," tegasnya.
    
Sementara itu, Sekertaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sukabumi Adjo Sarjono prihatin dengan persitiwa tersebut. Dia berharap hal tersebut tidak terulang dan menjadi kejadian terakhir. Pemerintah akan berupaya untuk mengarahkan warga kepada usaha lain yang tidak mengandung resiko kematian.

Adjo mengungkapkan rasa duka mendalam bagi keluarga korban."Kami hanya bisa memberikan motivasi untuk keluarga korban yang tentunya harus bisa merelakan dan bertabah. Sebab musibah ini bukan kehendak kita," tukasnya. (cr5/l)

BACA JUGA: Honorer K2 Dinas Pertamanan Terancam Gagal

BACA JUGA: Minta Tempat Olahraga, Siswa SD Blokade Jalan

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penyu Paloh Masih Terancam


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler