JAKARTA - Mayoritas anggota Komisi VI DPR ternyata tidak berbesar hati atas keberhasilan kinerja PT Semen Gresik (PT SG)Klaim Dirut PT SG, Dwi Soetjipto yang mengaku berhasil meningkatkan keuntungan bersih secara signifikan dalam tahun 2011 ini, ternyata diragukan para politisi senayan.
Nasril Bahar misalnya, anggota Komisi VI DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) itu menuding keuntungan yang diperoleh oleh PTSG Grup ditengarai sebagai konspirasi kartel atau oligopoli antara manajemen PT SG dengan perusahaan semen milik swasta
BACA JUGA: Capex 2012 Flexi Untuk Perkuat Data
Menurutnya, dengan posisi PT Semen Gresik yang kini membawahi PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa, sangat mungkin terjadi konspirasi dalam mengatur distribusi dan pasar semen di Indonesia."Sehingga harga semen semakin sulit terjangau masyarakat sementara keuntungan yang diperoleh oleh PT Semen Gresik Grup naik secara signifikan," kata Nasril Bahar, saat rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VI DPR dengan seluruh direksi perusahaan semen milik pemerintah, di gedung DPR, Senayan Jakarta, Senin (3/10)
Salah satu indikasi telah terjadinya konspirasi atau kartel atau oligopoli, sebut Nasril, dapat dilihat dari posisi PT SG Grup yang tidak beranjak dari kemampuan penguasaan pasar sekitar 37 persen
BACA JUGA: XL Axiata Perkuat Pasar Jabodetabek
Sisanya sekitar 63 persen dikuasai oleh perusahaan semen swastaOleh karena itu, kata Nasril, dia mendesak DPR agar segera menghadirkan perusahaan semen milik swasta yang menguasai 63 persen pasar semen di Indonesia untuk mengetahui harga produksi semen yang sesungguhnya karena masyarakat terlalu sulit untuk mendapat semen
BACA JUGA: Indeks Naik Tipis
"Ini harga semen produksi milik BUMN benar-benar sudah tidak rasional lagi, sementara bahan bakunya digali dari milik Tuhan tapi harga tetap melangit," tegasnya.Hal yang sama juga diungkap oleh anggota Komisi VI DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Hari KartanaMenurut dia, perusahaan semen yang dikelola oleh BUMN gagal menjadi prize rider di Indonesia.
"PT Semen Gresik Grup gagal jadi prize rider sehingga perusahaan semen swasta secara leluasa mendikte harga semen di IndonesiaJangan-jangan prize semen produksi BUMN merupakan hasil kompromi dengan prize badan usaha milik swasta (BUMS) karena kegagalan BUMN menempatkan diri sebagai prize maker," tegasnya.
Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi Persatuan Pembangunan Dapil Jawa Timur Iskandar Saichu juga sependapat dengan anggota Dewan lainnya yang menilai PTSG Grup kurang maksimal memanfaatkan peluang yang ada, tapi ditutupi dengan besaran laba yang diperoleh setiap tahunnya sementara rakyat sulit mendapat harga semen terjangkau.
"Ini PT Semen Gresik Grup yang semula diharapkan mampu mempengaruhi harga pasar semen sudah gagal bahkan kita mencurigai penetapan harga semen oleh Gresik merupakan petunjuk dari prusahaan semen milik swasta," tegasnya(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Waralaba Asing Siap Masuk ke Indonesia
Redaktur : Tim Redaksi