Seminar Hari Lahir Pancasila, Rektor Unhan Ungkap Peran Penting Lembaga Pendidikan

Rabu, 29 Juni 2022 – 19:30 WIB
Rektor Unhan Prof Amarulla Octavian bersama Doktor Ilmu Pertahanan Hasto Kristiyanto dalam seminar Peringatan Hari Lahir Pancasila dengan tema "Implementasi Pancasila untuk Memperkokoh Nasionalisme dan Bela Negara pada Civitas Akademika Perguruan Tinggi" di Universitas Pertahanan (Unhan), Rabu (29/6). Foto: Source for JPNN.com.

jpnn.com, JAKARTA - Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) Laksamana Madya TNI Prof. Dr. Ir. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., DESD mengatakan Pancasila sudah menjadi ideologi yang menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. “Pancasila, suatu ideologi yang sudah terbukti kesaktiannya di republik ini,” kata Amarulla.

Dia mengungkap itu saat menjadi pembicara kunci seminar Peringatan Hari Lahir Pancasila dengan tema "Implementasi Pancasila untuk Memperkokoh Nasionalisme dan Bela Negara pada Civitas Akademika Perguruan Tinggi" di Universitas Pertahanan (Unhan), Rabu (29/6).

BACA JUGA: Hasto: Bangsa Indonesia Harus Berani Menatap Masa Depan Cerah dengan Pancasila

Adapun narasumber dalam seminar itu ialah Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah, dan Guru Besar Unhan Prof. Pribadiyono. 

Dalam seminar yang dimoderatori Doktor Ilmu Pertahanan Hasto Kristiyanto, itu Prof Amarulla menjelaskan banyaknya keunggulan Pancasila. Menurut dia, pada sila pertama, jelas unggul dari ateisme, komunisme, animisme, sekularisme, materialisme. 

BACA JUGA: Ahmad Basarah Heran Masih Ada yang Memperdebatkan Hari Lahir Pancasila

Sila kedua unggul dari fasisme, radikalisme, dan ekstremisme.  Sila ketiga unggul dari feodalisme, primordialisme, rasialisme. Sila keempat unggul dari totalitarianisme, otoritarianisme. Sila kelima unggul dari liberalisme, kapitalisme.

Menurut dia, demi membuat Pancasila makin berperan penting maka lembaga pendidikan juga memiliki peranan yang sangat penting.

BACA JUGA: Dewan Pakar BPIP: Diplomasi Pancasila Terbukti Ikut Redakan Konflik di Sejumlah Negara

Tingginya kualitas pendidikan nasional, mendorong terbentuknya ketahanan nasional yang kokoh menghadapi serangan dari luar. 

Baik itu serangan ideologi, ekonomi, budaya maupun fisik. 

Pertentangan suku/etnis, pertentangan agama, pertentangan ras, dan pertentangan golongan, membelenggu terwujudnya ketahanan sosial-budaya berakibat rendahnya nasionalisme dan patriotisme. 

“Pendidikan pada semua strata harus mengajarkan nilai-nilai kebajikan memahami perbedaan suku/etnis, agama, ras, dan golongan bukan untuk dipertentangkan. Berbeda keyakinan tidak berarti bermusuhan,” jelas Amarulla.

Oleh karena itu, dia berharap lembaga pendidikan harus aktif memantau proses regulasi dan kebijakan pemerintah yang dapat mendorong kemajuan cara berpikir masyarakat yang terstruktur dan sistematis.  

Lembaga pendidikan harus ikut serta mempublikasikan berbagai gagasan ilmiah untuk meningkatkan kemampuan berpikir masyarakat dan semangat bela negara.

“Selalu memberikan solusi dan akses penggunaan fasilitas dan teknologi pendidikan yang dimiliki untuk digunakan oleh masyarakat luas. Memberikan apresiasi dan membantu terciptanya kreativitas dan inovasi yang dilakukan masyarakat kalangan bawah,” paparnya. 

Selain itu, lanjut dia, mengoptimalkan kurikulum pendidikan berbasis nilai-nilai Pancasila secara berjenjang dan berlanjut mulai SD-SMP-SVA PT (S1-S2-S3).

Memanfaatkan teknologi pendidikan untuk membentuk cara berpikir yang logis dan rasional dalam proses belajar mengajar.  

Sementara, Prof Pribadiyono memaparkan hasil riset dan temuannya yang melihat instrumen kebangsaan dan bela negara. 

Dia menyatakan bahwa wawasan kebangsaan dan semangat bela negara tak hanya dibangun dari kesadaran kognitif, tetapi juga emotional bonding. 

Menurutnya, tak mungkin memahami Pancasila tanpa keseimbangan otak kiri dan otak kanan. 

Tak mungkin melaksanakan Pancasila tanpa cinta tanah air berkobar. 

Pribadiyono menyatakan perlu perubahan mindset dari yang terkungkung pada pandangan sempit, sehingga pada akhirnya bisa terbangun karakter pemimpin negarawan.

“Jadi, harus ada transformasi mindset,” kata Pribadiyono. (boy/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler