Seminggu Dua Kali Mahasiswa dan Pelajar Pesta Narkoba

Rabu, 11 Oktober 2017 – 21:41 WIB
Ilustrasi sabu-sabu. Foto: AFP

jpnn.com, SURABAYA - Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Surabaya pekan lalu meringkus empat pemuda yang sedang berpesta narkoba di sebuah warung kopi di daerah Ngagel Rejo.

Tiga di antaranya berstatus mahasiswa. Mereka adalah Rinaldi, Johan, dan Jefri. Seorang lagi malah lebih muda, masih SMK.

BACA JUGA: Supir Ambulans Ditangkap Bersama 3 Kawannya

Sebut saja namanya Mento. Mereka menggelar pesta sabu-sabu (SS) di belakang warung.

"Rinaldi adalah pemilik warung. Dia menyediakan tempat," ujar Kepala BNNK Surabaya AKBP Suparti.

BACA JUGA: Mantan Anggota Polri Ditangkap TNI Saat Gelar Pesta Narkoba

Saat ditemui Jawa Pos, Rinaldi mengaku baru enam bulan terakhir menggunakan narkoba. Justru, Johan lebih dulu kecanduan.

Bahkan, Johan sempat sakau saat ditahan di Rutan BNNK Surabaya.

BACA JUGA: Lagi Pesta Sabu, Digerebek Polisi, Lompat ke Jurang sedalam 20 Meter, Innalillahi...

"Kami harus bawa ke rumah sakit," lanjutnya.

Rinaldi mengaku cukup sering mengonsumsi SS. Dalam seminggu bisa sampai dua kali.

Pesta narkoba selalu dilakukan di warung kopi miliknya.

"Bergantung Johan. Kalau dia datang dan bawa SS, ya, pasti pesta," ucap Rinaldi.

Johan dan Rinaldi memang sudah kenal lama. Johan merupakan adik kelas Rinaldi semasa SMK.

Meski lebih muda, Johan justru lebih dulu mengenal serbuk haram tersebut.

Mengetahui Rinaldi membuka warung, Johan sering datang untuk cangkruk. "Johan bekerja di sebuah laboratorium di dekat warung," katanya.

Akhirnya, Johan jadi sering nyabu di warung milik Rinaldi. Pegawai Rinaldi, Mento, dan seorang pelanggan bernama Jefri turut serta.
"Kadang urunan, kadang, ya, cuma nyediakan tempat," tutur pria 22 tahun itu.

Mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta di Surabaya tersebut mengaku awalnya hanya coba-coba.

Dia cuma ingin tahu rasanya SS. Namun, lama-lama dia sungkan ketika Johan mengajak pesta.

Rinaldi termakan ajakan Johan yang menyatakan bahwa SS bisa membuat bersemangat.

Kini mahasiswa semester VII itu menyesal. Dia kepikiran ibunya yang sakit-sakitan. Ayahnya yang sehari-hari jadi tukang servis elektronik selalu sibuk.

Orang tua Rinaldi memang sangat mencintainya. Mereka membukakan usaha warung kopi agar anak tunggalnya tersebut punya penghasilan tambahan.

"Kapok, pengin pulang," sesalnya.

Suparti memaparkan, selama ini mahasiswa dan pelajar termasuk yang paling banyak menjadi korban narkoba. Sama seperti Rinaldi, awalnya mereka hanya coba-coba.

Namun, saat sudah terjerumus, mereka sulit keluar. "Mereka jadi lupa dengan orang-orang terdekatnya, termasuk orang tuanya," paparnya.

Pengawasan yang kurang dan kepercayaan yang berlebihan sering kali disalahartikan anak-anak muda. Belum lagi faktor lingkungan yang lebih dominan.

Koleganya lebih mudah memengaruhi daripada orang tua sendiri. (aji/c16/fal/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Ngamuk, Rumah Penuh Dosa Itu Akhirnya Dibakar


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler