TENGGARONG--Pencarian korban ambruknya Jembatan Kartanegara terus dilakukan hingga Sabtu (3/12)Tepat seminggu setelah peristiwa nahas tersebut, tim SAR gabungan kembali mengevakuasi satu jenazah yang ditemukan di wilayah perairan Loa Kulu.
Jenazah yang kondisinya sudah membusuk tersebut ditemukan di bawah ponton, yang lokasinya sekitar tiga kilometer dari jembatan
BACA JUGA: Korban Salah Tembak, Dikasi Uang di Pinggir Jalan
Setelah diidentifikasi di RS AM Parikesit, diketahui korban tewas bernama Abdul Kholik (66), warga Linggang Bigung, Melak, Kutai BaratBACA JUGA: 15 Hektar Ladang Ganja Ditemukan
Hingga petang kemarin masih ada 16 korban yang dilaporkan hilang.Di lain hal, sejak pagi, para penyelam terus berusaha mencari titik-titik yang diduga lokasi terbenamnya kendaraan
"Inilah yang kita usahakan untuk diangkat
BACA JUGA: Nenas Bertunas 18, Dijaga Cicak Putih
Tapi mengangkatnya tak semudah yang dibayangkan, karena tim penyelam belum bisa menjangkaunya," sebut Harmoniadi, kepala SAR Balikpapan.Kesulitan menjangkau benda logam tak lain karena jarak pandang di dalam air nol kilometer, juga arus yang deras"Terakhir kita lakukan penyelaman kecepatan air mencapai 1,6 knotKemudian pukul 13.30 Wita hujan deras, kita hentikan sementara penyelaman," sebut dia.
Dikatakan, kendati telah dilakukan pencitraan sonar, namun hal tersebut tidak bisa dijadikan panduan setiap hariSebab, benda-benda tersebut mengalami terus pergeseran karena didorong arus"Setiap hari bergeser beberapa meter, itu bisa dilihat dari tanda yang kita pasang," katanya.
Sementara, Direktur Operasional dan Pelatihan Basarnas, Marsekal Muda Sunarbowo Sandi, mengatakan, dari gambar pencitraan sonar terlihat di antara patahan Tenggarong dan patahan Samarinda tersebar sejumlah titik yang diduga kendaraan sepeda motor dan mobilKemudian ada juga benda berukuran 5,7 x 2,6 meter yang diprediksi adalah busBenda-benda tersebut berada di luar kerangka jembatan, sementara masih ada satu kendaraan yang berada di dalam kerangka.
"Nah, tadi kita berusaha mengikat bus tersebutKetika menurunkan bandul dari crane barge, ternyata menyenggol jembatanKita khawatir jika dipaksakan akan menyeret jembatan yang kemudian menggeser pylon (menara jembatan)," sebutnya"Setelah itu kita coba lagi pada siang, ternyata hujan deras, dan angin sangat kencangAngin kami khawatirkan bisa menggeser kabel dan pylon." Jadi tim evakuasi "dihajar" atas bawah; dari bawah arus deras dan jarak pandang nol kilometer, dan dari atas hujan dan angin kencang
Menurutnya, keberadaan pylon memang sangat diperhitungkan oleh tim evakuasi karena posisinya yanga dinilai sangat rawanKata Sunarbowo, sampai kemarin pylon sudah bergeser 5 cm, dari sebelumnya 2 cm.
Cara yang dilakukan tim SAR gabungan ini dinilai masih merupakan opsi terbaik untuk mengevakuasi korban yang diduga masih berada di dalam kendaraan yang kandas di dasar sungai sedalam 40-50 meter, kendati tenggat waktu evakuasi sudah lewat 7 hari.
"Umumnya dalam operasi SAR, pencarian dilakukan sampai 7 hari, tapi itu jika tidak ada petunjuk atau indikasi lagiSementara ini masih ada petunjuknya seperti dari foto sonar, jadi kita lanjutkan pencarian," terang SunarbowoTidak diketahui sampai kapan, namun ia mengatakan, diperpanjang sampai seluruhnya dievakuasi
Ia mengatakan, teknik penyelaman dengan chamber yang dilakukan tim profesional yang beranggotakan 8 orang, juga masih memungkinkan mencapai lokasi tujuanSebab, dengan dibantu alat komunikasi dan saluran udara, penyelam bisa berada di dalam air sungai selama 30-45 menitBerbeda dengan penyelam scuba yang tahan 15 menit dengan kecepatan arus sungai yang cukup tenang.
"Kami akan melaporkan segala progres dan kendala pencarian kepada Menkokesra Agung Laksono yang bakal berkunjung kemari besok (hari ini, Red.)," terang dia
Sementara, sejumlah informasi di posko SAR menyebutkan, dua penyelam TNI mengalami dekompresi usai terjun ke Sungai MahakamMereka yang menyelam dengan peralatan scuba tersebut diduga turun ke dalam air hingga puluhan meter secara perlahan, kemudian ketika kembali atau naik ke atas permukaan dilakukan dengan cepat.
Dekompresi merupakan keadaan medis di mana akumulasi nitrogen yang terlarut setelah menyelam membentuk gelembung udara yang menyumbat aliran darah serta sistem syarafAkibatnya, bisa timbul gejala mirip stroke, seperti mati rasa, dan kelumpuhanDikonfirmasi hal itu, Sunarbowo tidak menampik hal itu"Hanya gejala saja, tapi sudah ditangani dengan baik," katanya.
Polres Kutai Kartanegara melarang kendaraan besar seperti trailer atau tronton untuk lewat Loa Janan-Loa Kulu baik dari dan menuju TenggarongKendaraan besar tersebut baru boleh melintas pada jam 24.00-05.00 Wita.
"Hal ini tidak berlaku bagi truk sembako, maupun pengangkut BBM Pertamina untuk SPBU, atau untuk kepentingan umum lainnya," terang Kasat Lantas Polres Kukar Ajun Komisaris Dwi Nur Setiawan"Yang tidak boleh, seperti angkutan bahan bakar untuk perusahaan, pengangkut alat berat, terutama kendaraan 10 roda ke atas, dan lainnya."
Selama ambruknya Jembatan Kartanegara, kata dia, jumlah kendaraan yang melewati Loa Jalan-Loa Kulu meningkat drastisKepadatan di ruas-ruas tertentu sering terjadi, bahkan pada jam sibuk kemacetan tidak terhindarkan.
"Kendaraan besar tersebut cukup meresahkan warga bila melintas di siang hari, tadi kami amankan beberapa truk besar yang nekat melintas," pungkasnya.(tom)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bandara Kuala Namu Beroperasi 2013
Redaktur : Tim Redaksi