Sempat Takut akan Dibunuh, Remaja 18 Tahun Ini jadi Imam Masjid Agung

Selasa, 30 Mei 2017 – 05:19 WIB
Muhammad Sahl Amin Sulthoni. Foto: Radar Timika

jpnn.com, TIMIKA - Ada yang berbeda di Masjid Agung Babussalam, Timika, Papua, di bulan Ramadan tahun ini. Pihak masjid mendatangkan penceramah dan juga imam dari luar daerah. Imam masjid yang satu ini masih muda, baru 18 tahun.

Fachruddin Aji Sri Widodo, Radar Timika

BACA JUGA: Penghasilan Bisa Ratusan Ribu bahkan Jutaan Rupiah per Hari, tapi…

Muhammad Sahl Amin Sulthoni, atau yang biasa dipanggil Sahl ini lahir di Kota Boyolali, 7 Agustus 1998. Sahl mengaku menjadi seorang imam karena tidak sengaja. Pemuda yang memiliki hobi futsal ini mengatakan jika awalnya dirinya hanya melihat poster pencarian seorang imam masjid. Ketika itu dirinya memang langsung tertarik untuk mengikuti. Tetapi gagal.

“Awalnya sih saya cuma iseng saja. Pada waktu itu saya melihat sebuah poster pencarian seorang imam masjid, saya pun mendaftar. Tetapi dari 200 pendaftar, nama saya tidak muncul,” ungkapnya.

BACA JUGA: Lewat Sekolah Asrama, Mutu Pendidikan Anak-anak Papua Makin Baik

Namun dia tidak menyerah. Meskipun sebelumnya ia menyebut bahwa pertama kali ia mendaftar adalah sebuah keisengan. Dia kemudian bergabung ke dalam salah satu forum di media sosial, yang berisi ustaz dan ulama-ulama ahli. Dia mengirimkan suaranya saat membaca alquran untuk melihat tanggapan dari ulama di forum tersebut.

Dari forum itulah dirinya mendapatkan sebuah pesan singkat, dan tawaran sebagai imam di Masjid Agung Babussalam. "Niat sebenarnya sih untuk meminta pendapat soal apakah bacaan saya ada yang salah atau tidak. Tetapi respons mereka malah lebih, dan memuji jika suara saya bagus. Dari situ saya dapat tawaran jadi imam di Masjid Babussalam,” katanya.

BACA JUGA: Program Posyandu Anak Sekolah di Timika Tingkatkan Kepedulian Kualitas Kesehatan

Sahl mengatakan, awalnya dirinya tidak percaya dengan tawaran menjadi imam di Timika, setelah berhasil terpilih dari delapan orang peserta yang juga mengirimkan suaranya. Dia mengaku sangat takut, dan khawatir jika ini adalah sebuah modus penipuan.

"Awalnya saya dihubungi melalui pesan singkat, yang mengatakan jika salah satu masjid di Timika membutuhkan seorang imam. Saya kirimlah rekaman suara saya,dan ternyata dari delapan peserta yang mengirim, saya lah yang terpilih. Sebenarnya sih saya tidak percaya, saya kira ini modus penipuan, dan kemungkinan saya akan dibunuh. Tetapi ternyata tidak,” ucapnya.

Laki-laki yang mengidolakan Lionel Messi ini juga bercerita, jika keluarganya sempat keberatan dengan keputusannya ini. Tetapi pada akhirnya, kedua orang tuanya pun merestui.

“Awalnya sih orang tua tidak mendukung, karena ini pertama kali saya jauh dari orang tua, dan saya di sini sampai habis lebaran. Tetapi akhirnya mereka merestui keberangkatan saya ke sini (Timika, red), dengan alasan untuk menambah pengalaman,” katanya.

Sahl mengisahkan, pada awalnya dirinya tidak sengaja bisa masuk di pondok pesantren hingga menjadi imam sebuah masjid agung. "Saya itu dari kelas satu sampai kelas lima SD Negeri di Jakarta, kemudian pindah ke Boyolali, mungkin karena sudah jalan dari Allah. Karena nilai UAN saya jelek, saya pun masuk ke Pondok Pesantren Islamic Center Binbas Yogyakarta. Di sana saya mempunyai satu guru mengaji yang bernama Ustaz Abdullah Banan, yang membimbing saya dari kelas satu SMP sampai lulus SMA. Saya sangat berterima kasih sekali padanya,” katanya.

Sahl yang juga bercita-cita sebagai Imam Masjid Besar ini, mengatakan jika dirinya ingin melanjutkan kuliah di Madinah, kemudian jika tidak diterima, ingin berkuliah di salah satu universitas yang terletak di Jember.

Lalu, apa yang memotivasi Sahl menjadi seorang imam? Ternyata karena di keluarganya dia tidak pernah ditunjuk sebagai imam salat. Sehingga membuat dia ingin menunjukkan jika dirinya mampu dan bisa menjadi imam.

“Motivasi saya, adalah saya ingin menunjukkan kepada seluruh keluarga saya, jika saya bisa menjadi imam salat yang baik. Karena selama tujuh tahun ini saya menjadi santri, saya tidak pernah menjadi imam saat salat berjamaah di rumah. Itulah yang memotivasi saya,” kenangnya.

Untuk prestasi, dia mengaku pernah menjuarai lomba menghafal alquran antar-MAN di Yogyakarta. "Saya pernah meraih juara satu, lomba menghafal alquran se-Kabupaten Bantul dan Yogyakarta,” ungkap Sahl.

Putra dari Muhammad Subagyo dan Sri Wahyudati ini, ketika ditanya kesan pertama saat tiba di Timika, mengaku sempat takut. Tetapi setelah tinggal beberapa hari, dia sudah merasa nyaman.

“Pertama kali ke sini masih ada perasaan takut dan khawatir. Tetapi setelah beberapa hari di sini, saya sudah merasa nyaman. Terima kasih kepada seluruh keluarga dan pengurus Masjid Agung Babussalam, yang membuat saya betah di sini,” pungkasnya. (*)

Profil
Nama: Muhammad Sahl Amin Sultoni

Tempat /Tanggal Lahir : Boyolali, 1 Agusutus 1998

Alamat: Simo, Boyolali

Orang Tua: Muhammad Subagyo dan dan Sri Wahyudati

Saudara: Marsha Soviana Sabila dan Nisrina Qurotul Aini

Hobi: Futsal

Prestasi: Juara I enghafal alquran antar-MAN se Kabupaten Bantul dan Yogyakarta.

Pendidikan : SD Negri di Boyolali, SMP hingga SMA di Islamic Center Binbas Yogyakarta

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelni Operasikan Rumah Kita di Timika


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler