Semua Berkesan Bersama SBY

Selasa, 14 Oktober 2014 – 09:07 WIB
Julian Aldrin Pasha, mengaku siap ditempatkan dimanapun. Foto: ist

jpnn.com - SAAT negara dalam kondisi segenting apapun, ia tetap terlihat tenang dan tersenyum manis. Dia adalah Juru Bicara Kepresidenan RI Julian Aldrin Pasha. Siapa yang tak kenal dengan pria kelahiran Teluk Betung, Bandar Lampung, 22 Juli 1969 tersebut. Di setiap kesempatan peristiwa di dalam dan luar negeri wajah tampan Julian sudah hilir mudik mengisi layar kaca maupun lembar koran media massa nasional.

Satu yang bisa menggambarkan karakter Doktor Ilmu Politik asal Universitas Hosei, Tokyo, Jepang itu adalah, kesabarannya menghadapi bertubi-tubi pertanyaan awak media massa. Terutama saat ada peristiwa besar di Tanah Air atau hal yang berhubungan dengan nama baik Presiden SBY.

BACA JUGA: Yang Mengatur Pilkada ya Perppu

Julian bisa jadi adalah salah satu dari beberapa orang yang tak pernah absen berada di dekat Presiden. Kunjungan Presiden ke dalam dan luar negeri, selalu ada Julian bersama Seskab Dipo Alam dan Mensesneg Sudi Silalahi. Kadang ia terlihat lelah seperti akan sakit akibat banyak berkeliling bersama Presiden. Namun, tetap dengan sabar masih mau menjawab pertanyaan media massa meski dengan suara parau karena radang tenggorokan.

Terkadang, Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia itu pun harus kewalahan menjawab telepon dan pesan singkat (SMS) dari wartawan. Ia sudah biasa mendengar keluhan wartawan yang 'ngomel' karena pertanyaan melalui SMS tak terjawab olehnya.

BACA JUGA: Lebih Elok Musyawarah Mufakat

"Karena banyak sekali SMS yang masuk ke nomor saya, jadi saya kadang tidak sempat baca semuanya. Kadang ada yang SMS tawarin keramik, jualan," kata Julian sambil tertawa. 

Sejak 2009 hingga saat ini, Julian pun mau tak mau harus mengingat wajah dan nama wartawan Kepresidenan yang meliput di Istana Negara. Dengan demikian ia dapat mengakrabkan diri dan berbagi informasi dengan wartawan. Jika tak ingat satu nama wartawan, Julian kembali harus bersabar menerima keluhan si wartawan.

BACA JUGA: Kalau Ditolak Kita Pikirkan Lagi

Tak jarang ia meminta wartawan menuliskan sendiri nomor telepon dan nama di handphonenya. "Terlalu banyak nama yang telepon dan SMS ke saya, jadi kadang saya tidak ingat," tuturnya.

Selain dicintai sebagai seorang Juru Bicara Presiden, Julian yang sudah berusia 45 tahun itu pun menjadi idola para wartawati maupun kaum ibu. Di beberapa acara kenegaraan di Istana Negara, tak jarang wartawati maupun kaum ibu meminta agar berfoto bersama Julian. Permintaan ini tentunya tidak pernah ditolaknya.

Kini, setelah lima tahun menemani Presiden, sebentar lagi wajah tampan Julian tak akan sering muncul di media massa seiring dengan selesainya pemerintahan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.

Lalu bagaimana kesan Julian selama menjadi pendamping setia Presiden? Apa yang akan dilakukannya setelah menyelesaikan tugas sebagai Jubir?
Berikut wawancara Natalia Laurens dengan Julian, di kompleks Istana Negara, Jakarta, Senin, (13/10).


Pasca 20 Oktober setelah pelantikan Presiden baru, Anda akan ke mana?

Saya kembali ke kampus, mengajar. Saya tidak akan kemana-mana. Ada di sini. Kalau nanti saya harus bicara lagi soal politik, berarti nanti itu saya akan bicara sebagai pengamat, sudah leluasa berbicara yah.

Apa yang paling berkesan selama mendampingi Presiden?

Jalankan tugas sebagai Jubir Presiden, semuanya berkesan untuk saya.

Apa ada kesulitan tersendiri sebagai jubir, apalagi harus bisa membatasi diri?

Yang jelas personal tidak boleh bermain di sini. Tidak boleh berikan pandangan pribadi apa lagi penafsiran. Saya hanya sampaikan yang real, secara objektif dan menyampaikan bahwa itu memang patut diketahui publik.

Selama ini, kan Pak Julian kalau ditanya, terkadang suka jawab enggak tahu, apa memang Pak SBY enggak tahu, atau dibatasi?

Itu memang karena saya belum tahu. Kalau saya tahu dan memang tidak perlu disampaikan, mungkin saya juga tidak harus sampaikan. Tapi bukan berarti ada hal-hal yang harus saya manipulasikan, saya pastikan itu tidak ada, hanya masalahnya apakah itu dishare atau tidak.

Apa suka dukanya jadi Jubir Presiden?

Di luar dari yang memang sebetulnya terjadi, ya mestinya tidak semua apa yang saya ketahui saya harus sampaikan kepada publik kan. Saya memastikan apa yang akan saya sampaikan itu tidak menimbulkan kegaduhan yang tidak perlu. Itu batasannya. Dan itu tergantung dari situasi dan kondisi yang kita hadapi. Misalnya kondisi-kondisi yang menjadi perhatian publik menimbulkan suatu polemik atau misleading di masyarakat ya saya harus luruskan. Tapi sesuatu yang mungkin tidak terlalu penting diketahui publik ya tidak perlu harus jelaskan.

Tidak sulit memberi batasan informasi itu?

Awalnya agak sulit tapi ke sananya saya sudah terkondisi untuk kasih tahu dengan insting apa yang harus dan tidak harus saya katakan.

Pernah ditegur Presiden karena pernyataan Bapak membuat kegaduhan?

Saya merasa apa yang saya lakukan selama ini 5 tahun menjalankan tugas sebagai jubir presiden tidak ada teguran serius kepada saya. Saya kira itu bermakna bahwa saya menjalankan tugas saya sebagaimana saya lakukan.

Seperti apa kedekatan Bapak dengan Presiden?

Secara personal saya sangat dekat dan respek kepada beliau ya, saya kan staf Presiden. Tapi tentu saya tahu juga batasan saya sebagai jubir secara profesional. Jadi saya akan menjaga jarak itu sebaik mungkin. Tidak kemudian meskipun secara personal saya punya kedekatan tentu dengan hormat ya kepada beliau. Tapi ya karena sepenuhnya saya memahami status dan posisi saya staf Presiden sebagai jubir ya saya lakukan apa yang menjadi tupoksi

Bagaimana mendapatkan info supaya tidak keliru?

Ya saya mengetahui dan melihat dari tangan pertama secara langsung dan saya mengetahui dengan persis apa yang betulnya terjadi. Adalah tugas saya untuk sekali lagi bukan mengurangi dalam arti memanipulasi tapi lebih pada menyortir agar itu tadi yang saya sampaikan kepada publik tidak menimbulkan interpretasi dan kegaduhan yang tidak perlu.

Persiapannya apa untuk lepas jabatan nanti?

Sudah, semua tinggal dikirim dicari penyewaan mobil saja, kardus-kardusnya

Sedih enggak Pak tinggalkan Istana?

Cukup sedih sudah terbiasa tapi ini kan bagian dari tugas. Saya bertugas di tempat lain ya kita ikuti. Saya sudah terkondisi di manapun. Selain di sini kan saya juga mengajar di Jepang. Saya diminta untuk memperpanjang kontrak kerja di sana tapi saya putuskan untuk disini, itu juga sedih sebetulnya. Maka itu saya kembali ke sini. Kalau waktu itu saya memutuskan tinggal di sana ya berarti hingga saat ini saya ada di Tokyo. Ini nanti saya mengajar di Depok, almamater saya UI.

Jika ada tawaran jadi jubir di pemerintahan selanjutnya bagaimana?

Jangan bicara tawaran. Saya orang profesional, siap ditempatkan dimanapun. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penolakan SBY tak Ada Gunanya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler