Seni Adalah Kejujuran Rasa

Minggu, 05 Oktober 2014 – 09:01 WIB
Edward Akbar. Foto: Dimas Alif/Jawa Pos

jpnn.com - LIFE is never flat. Ungkapan itu yang tepat untuk menggambarkan perjalanan hidup Edward Akbar, 29. Setelah kehilangan mama, Theresia Bleszynski, empat tahun yang lalu, hidupnya berubah. Kini dia hanya ingin menyebarkan cinta dan membuat keseimbangan hidup melalui karya.

----------------------

BACA JUGA: Titik Penyelaman di Bangkai Kapal Pulau Ketawai

Dunia film Indonesia mempunyai wajah baru yang berbakat. Namanya, Edward Akbar. Keponakan Tamara Bleszynski itu memulai debut bermain Air Terjun Pengantin Phuket pada 2013. Di film pertama Edward belum menunjukkan taringnya. Namun, di kedua film selanjutnya, Street Society dan Runaway, dia berhasil memesona pencinta film Indonesia.

Alhasil, pada film keempat, Mantan Terindah, Edward kebagian peran utama sebagai Genta dan berdampingan dengan Karina Salim. Ketiga film terakhir keluar pada 2014.

BACA JUGA: Air Terjun Moramo, Keindahan Alam Mengaliri Puluhan Tingkatan

’’Ya bersyukur, kerja keras selama ini membuahkan hasil. Kehadiranku juga diterima masyarakat,’’ ujarnya saat datang di Jawa Pos beberapa waktu yang lalu.

Kendati masih baru, Edward tidak main-main. Itu sebabnya dia bergabung di teater untuk belajar akting selama setahun. Tidak hanya itu, dia juga berguru kepada Ray Sahetapi yang juga menjadi lawan mainnya di film Mantan Terindah dan Runaway.

BACA JUGA: Boleh Meniru asal Produksi Dilakukan di Koeln

Berkecimpung di dunia seni peran tidak membuat Edward menganggap akting sebagai pekerjaan. Dia merasa dirinya adalah seorang seniman. Dan yang terpenting sebagai seorang seniman itu perjalanan batin.

’’Yang penting, aku mainnya jujur dari hati. Itu bakal membantu menyampaikan pesan ke orang,’’ ungkapnya.

Dia melanjutkan, dalam berakting diperlukan totalitas. Seperti yang dia lakukan saat berperan sebagai Genta di film terbarunya. Ketika harus melakoni adegan tertimpa lemari, dia melakukan itu tanpa peran pengganti.

’’Nggak cuma aku, sih. Gitar kesayanganku juga gitu. Pernah aku banting, rusak jadi dua. Tapi, sekarang udah gabung lagi berkat teman di Bali,’’ tuturnya menceritakan adegan lain yang harus memunculkan emosi. Edward benar-benar membanting gitar kesayangan yang selalu dibawa saat bepergian.

Mengapa baru sekarang dia terjun ke dunia hiburan? Ke mana saja dia selama ini? Melihat latar belakang keluarga, seharusnya dia bisa menekuni itu sejak dulu. Dia mengungkapkan, dulu dirinya tidak tertarik kepada dunia seni peran.

Dia hanya berfokus menyelesaikan pendidikan. Hasilnya, dia tercatat sebagai sarjana ekonomi Universitas Trisakti. Setelah itu, dia bekerja kantoran di bank.

Namun, hidup tidak semudah itu. Dia limbung saat orang yang sangat dicintainya meninggal. Mamanya meninggal dunia karena infeksi paru-paru dan gangguan pencernaan. Edward lantas memutuskan pindah ke Bali.

Berselang tiga tahun kemudian, dia bangkit dan me-restart kembali hidupnya. Salah satunya, menekuni bidang entertainment.

’’Aku banyak belajar dari Mama. Beliau tulus dan gigih. Aku belajar bagaimana memaafkan,’’ ujarnya.

Selain berakting, dia bermusik. Buat Edward, seni tidak bisa dikotak-kotakkan. Dia mengatakan, bisa saja kemarin berakting dan hari ini bermain musik.

Tapi, tidak akan ada yang tahu besok dia sibuk dengan seni apa. Bisa saja dia membuat puisi atau patung. ’’Seni itu tentang kejujuran rasa,’’ paparnya.

Edward berpesan bahwa ketika berkarya, jangan takut salah. Kalau membuat karya, jangan sampai tidak selesai.

’’Ekspresikan apa yang ada di hati, bikin sampai selesai. Jangan sekarang bikin besok nggak,’’ paparnya. (cik/c4/jan)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemakainya dari Napoleon hingga Lady Diana


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler