jpnn.com, DOHA - Seniman asal Tiongkok Ai Weiwei mengecam kebijakan negara-negara Jazirah Arab terhadap warga sipil yang terusir akibat perang saudara di Suriah dan Irak.
Seperti dilansir Reuters, Ai menyebut keengganan Arab Saudi Cs memberikan status pengungsi kepada mereka sebagai kebijakan yang "picik".
BACA JUGA: Tiongkok Lebih Diminati Arab Saudi, Pak Jokowi Perlu Introspeksi
"Banyak negara Teluk yang menolak pengungsi. Saya pikir itu bukan tindakan yang cerdas karena mayoritas pengungsi itu punya latar belakang agama yang sama dengan mereka (negara teluk) dan berbicara bahasa yang sama," ujar Ai usai menjadi pembicara di Museum Seni Islam Doha, Qatar, beberapa waktu lalu.
"Itu seperti menolak membantu saudara sendiri," lanjut dia.
BACA JUGA: 286 WNI ke Arab Saudi, Cuma 86 Orang Kembali...
Ai yang oleh banyak orang disebut sebagai seniman terbesar Tiongkok saat ini, sejak lama menunjukkan kepedulian terhadap krisis pengungsi di Timur Tengah.
Tahun lalu dia membungkus pilar-pilar raksasa Berlin Konzerthaus dengan 14 ribu jaket pelampung yang diambil dari Pulau Lesbos di Yunani. Pulau tersebut merupakan salah satu pintu masuk bagi sekitar satu juta pengungsi Suriah dan Irak ke Eropa.
BACA JUGA: Terharu...Perjuangan Pulangkan Bayi Malang itu ke Syria
Ai juga diketahui telah mengunjungi kamp di Yunani, Turki, Libanon dan Yordania dalam rangka membuat film dokumenter tentang krisis pengungsi.
Keenam negara anggota Dewan Kerjasama Negara Teluk, tambah Ai lagi, seharusnya menandatangani konvensi PBB mengenai pengungsi yang sudah jadi standar internasional sejak Perang Dunia II.
Langkah itu diperlukan bukan hanya untuk membantu para pengungsi, tapi juga sebagai pernyataan bahwa negara-negara tersebut memahami apa itu kemanusiaan.
"Karena ini sebenarnya adalah tes bagi kemanusiaan dan kemauan kita dalam membela integritas kehidupan manusia. Tak peduli betapa kaya atau terlindungi Anda, kalau kita tidak bisa mengatasi tantangan ini, maka masa depan akan sangat suram," pungkas Ai.
Arab Saudi, Qatar, Oman, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Bahrain selama ini selalu bersikukuh sudah menampung sangat banyak warga Suriah sejak perang saudara pecah enam tahun lalu. Hanya saja, status mereka bukan sebagai pengungsi.
Seperti ekspatriat lainnya di negara-negara tersebut, para korban perang ini berstatus pekerja asing sementara. Artinya, mereka harus sudah memiliki pekerjaan atau famili di negara Teluk sebelum masuk ke sana. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kimia Farma Perbesar Ekspansi di Arab Saudi
Redaktur & Reporter : Adil