Sentralisasi Guru Jangan Asal-asalan

Minggu, 26 Juni 2011 – 15:08 WIB

JAKARTA - Rencana Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) untuk menarik wewenang guru dan kepala sekolah dari dareah ke pusat, mendapatkan respon positif dari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)Mereka mengingatkan, supaya Kemendiknas tidak asal-asalan menjalankan kebijakan sentraliasi tenaga pendidik tersebut.

Ketua Pengurus Besar (PB) PGRI Sulistyo menuturkan, kebijakan sentraliasi tenaga pendidik ini beresiko jika tidak dilakukan dengan kajian yang mendalam

BACA JUGA: PTS Khawatir tak Punya Mahasiswa

"Jangan sampai nanti nasib guru ibarat keluar dari lubang ular, masuk lubang buaya," kata dia saat dihubungi berada di Tuban, Sabtu (25/6).

Sulistyo menuturkan, isu sentraliasi tenaga pendidikan sudah dibahas di internal PGRI sejak tahun lalu
Bahkan, juga sudah disampaikan di depan presiden SBY

BACA JUGA: SD/MI Non RSBI Bebas Biaya

Menurut kajian PGRI, muncul tiga alasan untuk segera dijalankan sentralisasi guru.

Ketiga alasan tadi adalah, jika distribusi guru lintas kabupaten, kota, serta provinsi tidak berjalan baik
Selanjutnya, jika guru masih terus menjadi korban kebijakan politik lokal

BACA JUGA: DPR Berikan Beasiswa Peraih UAN Terbaik

Dan terakhir jika guru masih belum mendapatkan pembinaan pengembangan profesi yang mumpuni.

Terkait kasus distribusi guru, PGRI menanggapi dingin pernyataan dari Kemendiknas jika di negeri ini kelebihan guru hingga 500 ribu orangMenurut laporan PGRI dari beberapa daerah, rata-rata kota dan kabupaten mengalami kekurangan guru kelas di jenjang SD.

Menurut Sulistyo, persoalan distribusi guru di negeri ini cukup pelik sejak Indonesia merdeka"Setelah penerapan otonomi pendidikan, persoalan distribusi guru tambah kacai," tandas anggota Komite III DPD itu

Sementara itu terkait kondisi guru yang sering menjadi korban kebijakan politik daerah, Sulistyo berharap bisa benar-benar dipecahkan setelah muncul kebijakan sentralisasi guru

Senator dari Provinsi Jawa Tengah itu mengaku miris karena masih sering mendengar ada mutasi guru asal-asal karena dilandasi muatan politikSebaliknya, politik daerah kerap memunculkan pengangakatan pejabat-pejabat pendidikan, seperti kepala dinas pendidikan dan kepala sekolah yang tidak prosedural"Kasus seperti ini muncul di seluruh provinsi," katanya.

Selanjutnya, Sulistyo juga menuturkan pembinaan pengembangan profinsi pascaotonomi daerah masih lambahDia mengakui, ada guru negeri yang hingga menjelang pensiun sama sekali tidak pernah mengikuti penataranBaik itu penataran yang digelar oleh pemerintah daerah maupun pusatDengan kondisi ini, Sulistyo mengatakan para guru berada dalam posisi sulit untuk mengambangkan profesinya.

Dia berharap, upaya Kemendiknas untuk mensentralisasikan tenaga pendidik benar-benar matang"Harus ada kajian empirisnya," ucap SulistyoSehingga, setelah kebijakan ini dijalankan nasib guru bisa semakin bagusBaik itu terkait karirnya sebagai guru, maupun pada tataran kesejahteraannya.

Sulistyo khawatir kesejahteraan guru di beberapa daerah yang memiliki pendapatan daerah kaya, seperti di Jakarta dan Batam bakal menurun setelah muncul kebijakan sentralisasi"Karena guru menjadi wewenang pusat, pemerintah daerah bisa jadi tidak merasa bertanggung jawab," tandasnya

Sedangkan untuk distribusi guru, pasca sentralisasi nanti pemerintah pusat tidak bisa seenaknya memindah guruGuru harus diberi kompensasi secara adil jika akan dipindah ke daerah-daerah terpencil atau perbatasanSulistyo berharap, kebijakan sentralisasi tenaga pendidik harus diikuti dengan perangkat hukum yang melindungi guru(wan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Matangkan Rencana Tarik Guru ke Pusat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler