Seorang Korban Kecelakaan China Airlines Lumpuh

Senin, 22 September 2008 – 10:52 WIB
Huang Hui Min yang masih tergolek di ruang ICU RS Sanglah Denpasar.
DENPASAR - Korban pesawat Boeing 747-400 milik China Airlines yang terguncang di perlintasan langit pulau Sulawesi, Kalimantan dan Filipina, Sabtu (20/9) lalu sekitar pukul 13.05, masih tersisa satu orang di RS Sanglah Denpasar.  Dia adalah Huang Hui Min, 32Menurut dr Gusti Ngurah Win Aryana SpB, Huang Hui Min mengalami kelumpuhan di kedua kaki, patah tulang rusuk dan betis, serta cidera syaraf

BACA JUGA: RSUD Kupang Terbakar, Pasien Ngungsi


Win Aryana juga mengatakan dirinya menangani dua pasien dari korban guncangan pesawat dengan nomor penerbangan CAL 687 tersebut.  “Saat itu langsung kita lakukan operasi dan observasi,”  jelasnya.
Dua pasien yang ditangani Win Aryana itu selain Huang Hui Min adalah Huang Yung Te
Pramugara China Airlines itu pergelangan tangan kanannya patah

BACA JUGA: Capem BCA di Palembang Dibobol Rampok

“Tapi atas permintaan keluarganya, Yung Te langsung terbang ke Taiwan,” paparnya.
Alasan kepulangan Yung Te, selain karena kondisinya sudah membaik dan tidak ditemukan cidera lain, kerabatnya minta agar Yung Te menjalani pemeriksaan MRI
“Kebetulan di sini tidak ada, jadi harus ke luar negeri,” jelas Win Adnyana

BACA JUGA: KPK Cekal Candra Antonio


Sementara itu Hui Min yang sebelumnya sempat dirawat di HCU RS Sanglah, dipindah ke ruang paviliun Amerta Wings Internasional“Pasien satu ini dirawat lebih lama karena mengalami kelumpuhan dan cidera syaraf akibat benturan keras saat turbulensi di atas pesawat,” jelas dr Win Adnyana
Menurutnya, dua orang penumpang yang duduk satu kabin sempat berkisah kepadanya tentang peristiwa mengerikan di langit tersebutMenurut penuturan kedua penumpang itu, pramugara pesawat sampai terpelanting saat pesawat yang terbang dari Taipei menuju Bandara Ngurah Rai ini diempas jetstream (angin kencang)Saat itu pramugara tersebut sedang mondar-mandir di antara dua baris kursi yang ada di sisi kiri dan kanan. 
Lebih menarik lagi adalah pengakuan Chang Yung An alias Jong Die, 28, satu-satunya korban asal Tiongkok yang fasih berbahasa Indonesia.  Menurutnya, kasus turbulensi pesawat sudah sering terjadiNamun pengalamannya bersama China Airlines sungguh paling dahsyat“Kami mengira semua akan mati dan pesawat akan jatuh,” jelasnya.
Maklum, saat itu pesawat berada dalam ketinggian di atas 35 ribu kaki dan “tersangkut” di ruang  hampa udara
Saat insiden lampu kabin juga masih menyalaBeruntung awak pesawat berhasil mengirim sinyal darurat sehingga pesawat milik China Airlines ini berhasil mendarat darurat secara “mulus” di parkir apron gate 7 Bandara  Ngurah Rai(pra)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Disidak Anggota DPR, KA Anjlok


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler