jpnn.com, JAKARTA - Kinerja keuangan Cemindo Gemilang pada 2022 mengalami pertumbuhan positif.
Tercatat ada kenaikan sebesar 17,02 persen.
BACA JUGA: Cemindo Bantah Impor Semen Secara Ilegal
Wakil Presiden Direktur Cemindo Gemilang Vince Indigo mengatakan tahun 2022 merupakan momentum yang sangat menantang sejumlah industri, termasuk bagi industri semen.
Sebab, secara keseluruhan, permintaan pasar mengalami penurunan karena minimnya pembangunan.
BACA JUGA: Cemindo Dukung Program Infrastruktur di Indonesia Timur
"Di Indonesia sendiri penurunan terjadi sekitar 4%. Begitu juga dengan pasar kedua terbesar Cemindo Gemilang, yakni Vietnam yang mengalami stagnan," kata Vince Indigo dalam pernyataan resminya, Jumat (31/3).
Meski begitu, pihaknya tetap bersyukur karena masih mencatatkan pertumbuhan yang baik pada 2022.
BACA JUGA: Industri Semen Diprediksi Tumbuh 4,3%
"Kami bersyukur pendapatan kedua pasar secara keseluruhan pada 2022 masih tercatat tumbuh sekitar 17,02% dibanding 2021," ungkapnya.
Disampaikan bahwa pertumbuhan tersebut dikontribusi dari kerja sama yang baik dengan distributor hingga pengambilan keputusan efektif demi menjangkau pasar lebih luas lagi di dalam negeri.
Dia membeberkan terkait kinerja operasional pada 2022 terjadi kenaikan biaya energi dan biaya pengangkutan yang tinggi.
Hal ini mengakibatkan biaya penjualan dan distribusi meningkat tajam pada 2022 dibanding sebelumnya.
Namun, hal tersebut bisa teratasi atas keputusan tepat manajemen, yakni mengamankan bahan baku dengan harga yang kompetitif, inovasi produk, dan ditambah sedikit kenaikan harga semen.
Adapun marjin laba kotor mengalami peningkatan dari 25,65% menjadi 26,05%.
Sementara itu, laba operasional sedikit menurun dari Rp 1.117 miliar menjadi Rp 1.060 miliar.
"Sementara EBITDA sebesar Rp 1.827 miliar pada 2022 berada di level yang sama dengan pada 2021," jelas Vince.
Direktur Keuangan Cemindo Gemilang Ameesh Anand menambahkan untuk laporan keuangan tahun ini, laba komprehensif mengalami kerugian lebih dari Rp 550 miliar untuk tahun 2022 akibat rupiah yang terdepresiasi. Pasalnya, utang dalam kurs dollar.
"Ini karena Cemindo memiliki pendapatan ekspor yang besar yang secara alami melakukan lindung nilai terhadap pinjaman ini, di mana USD memiliki suku bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan pinjaman IDR. Kerugian ini belum direalisasi dan sepenuhnya bersifat non-tunai," jelasnya.
Vince menambahkan pihaknya juga terus memantau pergerakan utang dan mengoptimalkan biaya keuangan semaksimal mungkin.
Hal ini pun berbuah hasil dengan Cemindo dapat mengurangi beban bunganya dari Rp 681 miliar menjadi Rp 628 miliar pada 2022.
Selain itu, dia juga menyampaikan akan terus fokus mengembangkan pasar di Indonesia serta Vietnam dan memantau perkembangan kebijakan dengan tepat.
Hal ini didorong dengan adanya upaya pemerintah dalam meningkatkan infrastruktur.
"Ditambah dengan rilis tekanan inflasi dan suku bunga turun di tahun 2023, kami optimistis akan memberikan satu tahun lagi pertumbuhan berkelanjutan di 2023 kepada semua pemangku kepentingan kami," pungkas Vince Indigo. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penyebab Utama Industri Semen Domestik Lesu
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Mesyia Muhammad