BANDUNG -- Pengrajin sepatu Cibaduyut terancam bangkrutSerbuan produk Cina dengan kualitas yang sama namun harga lebih murah menjadi ancaman serius
BACA JUGA: 2011, Dana Perimbangan Naik Rp 14,7 triliun
Jika pemerintah daerah tidak segera merespon kesulitan para pelaku usaha alas kaki tersebut, bukan mustahil sepatu produksi Cibadyut tinggal sebuah legenda."Kita harus segera menyelamatkan pengrajin sepatu Cibaduyut
Menurut Agung, minimnya promosi yang dilakukan pengrajin sepatu Cibadayut juga menjadi salah satu hambatan mempercepat brands produk yang dihasilkan
BACA JUGA: Menkeu Tolak Ide Bayar Zakat Dihitung Pajak
Sebetulnya, kualitas sepatu Cibaduyut tidak kalah dengan buatan CinaBACA JUGA: Usai Lebaran, Ramai Gadaikan Barang
"Sebetulnya kalau bicara kualitas saya tidak raguPersoalannya dari sisi promosi produk Cibaduyut itu kurang gencar," tambah Agung.Ada beberapa komponen yang bias dikurangi sehingga cost produksi bisa jadi rendahMisalkan, pemerintah memberikan kemudahan dalam proses perijinan dengan tidak berbelit-belit dan mahalKemudian perbankan juga harus digerakan dengan mendorong agar bisa memberikan suku bunga yang rendah"Kalau aturannya memang tidak bisa, pemerintah kan bisa memberikan subsidi untuk pengurangan bunga menjadi di kisaran 8 persen," lanjut Agung.
Sebagaimana diketahui pemberlakuan bea impor dalam zona Asean China Free Trade Agreement (ACFTA) 0%-5% oleh pemerintah pada 2010 memang menjadi momok menakutkan bagi para pelaku usaha kecil menengah (UKM) di Jawa Barat.
Untuk alas kakii, salah satu sentra yang terkena dampak langsung oleh pemberlakuan kebijakan tersebut adalah perajin alas kaki asal CibaduyutMereka ini akan head-to-head langsung dengan produk alas kaki impor, salah satunya dari ChinaSebelum gerbang ACFTA dibuka pun, sebenarnya produk alas kaki dari negeri tirai bambu tersebut sudah banyak membanjiri pasar-pasar di dalam negeriDi Jabar saja, peredaran alas kaki Cina ini menembus pasar modern seperti mall hingga pasar tradisionalMalah, sandal dan sepatu Cina ini akan sangat mudah ditemui di pasar-pasar kaget di penjuru Kota Bandung.
Koordinator Perajin Sepatu Cibaduyut (PSC) Adeng Sugianto mengakui beratnya menghadang gempuran produk sepatu Cina, "Lain ceritanya kalau sepatu atau sandal tersebut membidik segmen kelas atas yang harganya di atas Rp.500.000 per pasangnya, sehingga tidak akan berhadapan langsung dengan sepatu CibaduyutTapi ini mereka melepas harga yang jauh dibawah kita," kata Sugianto.
Sebagai contoh saja, sepatu sport atau casual asal Cina bisa didapatkan masyarakat dengan harga mulai Rp.40.000 per pasang dengan kualitas yang sudah bisa membuat si pembeli puasSedangkan untuk sepatu lokal, jelas harga akan sangat menentukan kualitas, sehingga masyarakat biasanya harus mengeluarkan uang ratusan ribu rupiah untuk mendapatkannya.
"Kami akan sangat sulit untuk bisa bertahan memenangkan persaingan pasar bebas ini, karena kalau kami paksakan dengan cara menurunkan harga, itu malah akan merugikan usaha perajin sendiri," ujarnya.
Dampak terburuk dari pemberlakuan bea masuk impor 0% tersebut akan banyaknya perajin sepatu Cibaduyut yang gulung tikar karena tidak mampu bersaingAdeng sendiri memrediksikan sekitar 70% perajin sepatu dari total 300 perajin di wilayah tersebut akan berhenti.
Sentra sepatu Cibaduyut sendiri, katanya, sudah mengalami mati suri selama lebih dari satu dekade, terbukti dengan terhentinya aktivitas ekspor para perajin ke sejumlah negara Timur Tengah Kemudian pada pertengahan 2008-2009, perajin akhirnya mampu bangkit kembali atas inisiasi pemerintah yang mengeluarkan imbauan untuk memakai produk dalam negeri, salah satunya adalah sepatu.(adi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penerima KUR Capai 3,1 Juta Debitur
Redaktur : Tim Redaksi