Sama seperti jutaan orang di seluruh dunia yang saat ini memilih bekerja dari rumah untuk menghindari penyebaran virus corona, kami, tiga wartawan ABC Indonesia sudah melakukannya sejak Selasa kemarin (17/03).
Saya, Sastra Wijaya, berserta Natasya Salim dan Hellena Souisa, juga seluruh pekerja ABC telah disarankan untuk bekerja dari rumah.
BACA JUGA: Bela Donald Trump Soal Virus China, Fadli Zon Diminta Sumbang Gaji untuk Pasien Corona
Belum ada laporan jika pekerja di gedung kantor ABC dinyatakan positif tertular virus corona, namun kami mengikuti saran dari Pemerintah Australia untuk melakukan 'social distancing'.
Sebagai lembaga penyiaran publik, ABC atau Australian Broadcasting Corporation, ikut berpartisipasi dalam upaya menekan penyebaran virus corona dengan mengurangi interaksi di dalam gedung kantor ABC.
BACA JUGA: Sudah 238 Positif Virus Corona, Begini Situasi di Arab Saudi Saat Ini
Tak hanya itu, upaya ini juga diambil untuk mencegah kemungkinan adanya karyawan ABC tertular virus corona dalam perjalanan dari rumah ke tempat kerja. Photo: Rapat harian bisa dilakukan lewat video conference sehingga semua bisa saling melihat. (Foto: ABC)
BACA JUGA: Tidak Semua Ortu Mampu Beli Pulsa, Guru Honorer pun Keliling ke Rumah Siswa
Sementara itu bagi mereka yang memilih untuk tetap datang ke kantor, harus memastikan jarak satu sama lain adalah 1,5 meter dan mengurangi penggunaan transportasi umum.
Dalam hampir 48 jam terakhir bekerja dari rumah hampir tidak menghadirkan banyak perubahan.
Dengan kemajuan teknologi sekarang ini komunikasi bisa dilakukan lewat berbagai platform, seperti WhatsApp dan rapat harian melalui video conference.
Mereka yang berada di luar kantor juga diberikan koneksi khusus, sehingga masih bisa mengakses sistem yang digunakan karyawan ABC sehari-hari.
Dari sisi pekerjaan, tidak banyak perubahan yang harus dilakukan, ataupun kesulitan yang dialami. Namun bagi saya pribadi yang harus dilakukan adalah penyesuaian. Tetap lakukan rutinitas: jalan dan pakai batik Photo: Saya tetap mengajak anjing jalan di luar untuk menggantikan rutinitas berjalan kaki ke stasiun dari rumah (Koleksi pribadi)
Di malam sebelum mulai bekerja dari rumah saya sudah memutuskan untuk tetap bangun seperti saat hari bekerja biasa, yakni pukul 6.15 pagi.
Sebelumnya, rutinitas saya diawali dengan sarapan, mempersiapkan bekal makan siang, berjalan kaki dari rumah ke stasiun untuk naik kereta ke kantor.
Rutinitas ini dilakukan sekitar jam 6.15 sampai jam 9.00 pagi, sebelum saya mulai bekerja di gedung kantor yang terletak di pusat kota Melbourne, sekitar 20 kilometer dari rumah.
Karena tidak perlu lagi ke kantor, saya memutuskan membawa anjing saya jalan pagi sebagai pengganti jalan kaki ke stasiun dari rumah.
Demikian juga setelah selesai kerja jam 5 sore, sebagai kompensasi menghabiskan perjalanan pulang yang biasa dilakukan, saya juga membawa anjing jalan-jalan selama 30 sampai 60 menit.
Saya merasa penting karena kebiasaan jalan yang sudah saya lakukan selama bertahun-tahun bisa saja dengan mudah hilang, kalau tidak mengganti dengan kegiatan lainnya. Photo: Makan siang di belakang rumah sendiri, hal yang tidak bisa dilakukan kalau kerja di kantor (Foto: Sastra Wijaya)
Belum ada keterangan resmi dari kantor berapa lama bekerja dari rumah ini akan berlangsung.
Bisa satu dua minggu, namun juga bisa berlangsung beberapa bulan.
Tak hanya itu, meski bekerja di rumah, saya juga berusaha memakai pakaian seperti halnya sedang bekerja di kantor.
Sejak tahun 2019, saya selalu mengenakan kemeja batik setiap hari.
Karenanya, untuk melanjutkan kebiasaan tersebut, saya memutuskan untuk mengenakan kemeja batik walau saya hanya sendirian di rumah. Tak merasa kesepian kerja Photo: Natasya mengaku salah satu yang ia rindukan dari suasana kantor adalah terbatasnya interaksi langsung dengan rekan kerja. (Foto: Koleksi pribadi)
Bekerja dari rumah tentunya memberikan beberapa keuntungan bagi karyawan, itu juga yang diakui oleh rekan saya, Natasya Salim.
"Saya merasa senang karena waktu satu jam yang biasanya digunakan untuk melakukan perjalanan ke kantor menggunakan kereta dapat saya manfaatkan untuk tidur," katanya.
Tak hanya itu, Natasya juga mengatakan memikirkan banyak hal untuk mencari pakaian yang cocok untuk ke kantor.
"Saya tidak perlu repot-repot menyiapkan pakaian di malam sebelumnya, yang meskipun terkesan sangat tidak penting, tetap menjadi “PR” tersendiri untuk saya," kata Natasya lagi.
Namun dari sisi sosial, bekerja dari rumah berdampak pada interaksi yang bisa kita lakukan, seperti yang dikatakan Natasya, anggota tim termuda ABC Indonesia yang baru hampir setahun bergabung.
"Perasaan sedih muncul terutama karena adanya batasan komunikasi dengan teman-teman yang biasa saya jumpai di kantor," katanya.
"Kebiasaan ngopi bersama atau interaksi langsung, seperti berkomentar secara spontan tentang berita terbaru kepada teman kerja yang duduk di kanan atau kiri saya, kini tidak bisa dilakukan saat bekerja di rumah," katanya. Photo: Ikan Salmon dengan Indomie menjadi santapan makan siang Natasya Salim ketika kerja dari rumah. (Foto: Natasya Salim)
Saat bekerja di rumah, memang ada beberapa hal yang bisa kita lakukan saat berada di kantor.
Misalnnya makan siang, dimana melakukannya, apa yang harus disantap, dan bagaimana membuatnya.
"Bekerja di rumah, kalau lapar tinggal berjalan sedikit ke dapur, dan curi-curi makan snack atau membuat minuman hangat," kata Natasya. Mempersiapkan tempat kerja
Rekan saya lainnya yang juga bekerja di rumah adalah Hellena Souisa, yang mengatakan hal pertama yang ia lakukan saat tahu akan kerja di rumah adalah menciptakan tempat kerja yang senyaman mungkin.
"Karena pertimbangan sirkulasi udara dan pemandangan yang lumayan menghibur, saya memutuskan membersihkan meja makan di ruang tengah rumah untuk dijadikan work station," kata Hellena.
Tapi Hellena mengaku jika kursi di rumahnya memang tidak ideal untuk bekerja di kantor, karenanya ia memutuskan untuk melakukan aktivitas lain di rumah setiap 10 menit per dua jam. Tujuannya agar tidak terlalu pegal duduk di kursi makan. Photo: Bekerja dari rumah pun harus nyaman dan aman dari sisi kesehatan fisik dan mental bagi yang melakukannya. (Foto: Hellena Souisa)
"Alhasil, kerja saya di rumah diselingi dengan menyiram tanaman, mencuci piring, melipat baju, dan menyapu rumah," katanya lagi.
Salah satu hal yang dikhawatirkan ketika bekerja dari rumah adalah akankah kita seproduktif, seperti di kantor karena adanya berbagai "godaan" di rumah untuk melakukan hal-hal lain.
Itu juga dirasakan oleh Hellena.
"[Awalnya] saya membayangkan gangguan yang cukup banyak di rumah, termasuk godaan makan dan ngemil, serta kendala teknologi yang mungkin akan saya hadapi jika bekerja di rumah," katanya.
Namun Hellena juga mengaku meski banyak cemilan di rumahnya, ia malah tidak sempat mengemil sama sekali di hari pertama.
"Tampaknya ada mindset yang terbangun untuk bisa menunjukkan performa meski dari rumah, sehingga saya jadi benar-benar mengabaikan hal-hal yang tidak esensial dan fokus pada pekerjaan," tambahnya.
Tapi ia mengaku saat ini merasa bisa tetap produktif karena sendirian di rumah, sehingga kekhawatirannya sekarang adalah jika suaminya kemudian akan bekerja dari rumah juga. Bantu cegah penyebaran virus
Bagi anda yang kini diminta bekerja dari rumah, pemindahan tempat kerja memang memerlukan penyesuaian, namun jangan sampai menganggu tugas utama dalam bekerja.
Saran saya lainnya adalah jangan lupa untuk berisitirahat secara teratur, karena anda bisa lupa waktu kalau terlalu konsentrasi dalam mencoba menyelesaikan tugas.
Wabah virus corona ini disebut banyak pihak hanya terjadi sekali dalam satu generasi dan akan mengubah kehidupan banyak orang di dunia.
Apakah artinya juga akan mengubah pola cara kerja orang-orang di negara maju nantinya setelah krisis kesehatan ini berlalu?
Jawabannya masih belum pasti dan paling tidak sekarang ini konsentrasi harus diarahkan bagaimana mencegah virus tersebut terus menyebar.
Kalau bekerja dari rumah adalah salah satu solusinya, kita masing-masing berkontribusi dalam menghentikan penyebarannya.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Krisdayanti Bikin Yuni Shara Cemas