Serikat Buruh Harus Tingkatkan Peran di Era Ekonomi Digital

Rabu, 20 Desember 2017 – 20:54 WIB
Menaker M. Hanif Dhakiri. Foto: Ist

jpnn.com, JAKARTA - Era ekonomi digital telah memberikan pengaruh terhadap dinamika dunia usaha dan industri.

Untuk itu, serikat pekerja/serikat buruh (SP/SB) harus meningkatkan soliditas organisasinya agar bisa menghadapi berbagai tantangan perubahan yang terjadi.

BACA JUGA: 122 Desa TKI Serempak Peringati Hari Pekerja Migran

"Saya juga ingin melihat gerakan buruh di Indonesua ini kuat, solid, dan semakin berperan dalam pembangunan nasional," kata Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M. Hanif Dhakiri saat memberikan sambutan pada acara Kongres IX KSPSI di Jakarta pada Rabu (20/12).

Menurut Menaker, perkembangan teknologi dan informasi harus dilihat secara obyektif.

BACA JUGA: Perguruan Tinggi Diminta Siapkan Tenaga Kerja Kompeten

Meskipun dalam faktanya ada sejumlah jenis pekerjaan yang hilang, perkembangan teknologi dan informasi juga diyakini bisa menciptakan jenis pekerjaan yang baru.

"Kita harus bisa lebih obyektif dalam melihat situasi dan kondisi," tutur Menaker.

BACA JUGA: Semua Pekerja Sebaiknya Didaftarkan ke BPJS Ketenagakerjaan

Oleh karenanya, SP/SB bersama-sama dengan pihak perusahaan harus membangun hubungan industrial yang harmonis serta memperkuat dialog bipartit dengan perusahaan.

Hal inilah yang dinilai Menaker sebagai modal awal semua pihak dalam mengantisipasi perkembangan dunia industri yang terjadi.

"Tidak semua hal bisa digantikan dengan teknologi," ujar Menaker.

Adapun, salah satu instrumen yang bisa meningkatkan hubungan industrial yang harmonis adalah disepakati dan tersusunnya Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

Berdasarkan data World Bank, 96% pekerja merasa puas terhadap perusahaannya yang berhasil menyusun PKB.

Menaker pun memberi catatan, dalam penyusunan PKB tersebut umumnya ada dua persoalan utama.

Pertama, representasi pekerja bagi perusahaan yang terdapat banyak SP/SB. Kedua, penyusunan tata tertib.

Kedua persoalan tersebut, menurut Menaker, harus diselesaikan dengan penguatan soliditas antaranggota maupun antar organisasi sehingga bisa memunculkan satu suara.

Termasuk memperkuat dialog bipartit dengan perusahaan.

"Sehingga saat membicarakan hal-hal yang penting ini sudah nyetrum semua dan memperlancar (penyelesaian) permasalahan yang ada," paparnya.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri RI Tjahjo Kumolo mengatakan, masyarakat Indonesia masih menghadapi 3 masalah klasik yang hingga saat ini belum terselesaikan.

Yakni sandang, pangan, papan (pakaian, makanan, dan tempat tinggal). Padahal menurut Mendagri, ketiga hal tersebut merupakan kebutuhan dasar manusia.

Untuk itu, upaya-upaya pemerintah Indonesia dalam melakukan pembangunan ekonomi yang merata, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan berbagai pembangunan hunian harus mendapatkan dukungan dari SP/SB.

Salah satunya dengan meningkatkan hubungan industrial yang harmonis dengan perusahaan.

"Tiga hal ini yang harus kita perjuangkan bersama-sama," papar Mendagri.

Dalam kongres yang mengangkat tema "Membangun Pekerja Indonesia Mandiri dan Profesional" tersebut turut dihadiri Dirjen PHI dan Jamsos Haiyani Rumondang, Dirjen Binwasnaker Irjen Pol Sugeng Priyanto, Sekjen Mendesa Anwar Sanusi, Kabag Intelkam Komjen Lutfi Lubihanto, Asop Panglima TNI Laksda Bambang Haryono, dan Deputi IV Kantor Staf Presiden RI Eko Sulistyo. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perusahaan Asing Diingatkan Dialog Sosial dengan Pekerja


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler