Sering Cari Tahu Gangguan Mental di Internet Malah Bikin Panik

Minggu, 29 Agustus 2021 – 12:06 WIB
Ilustrasi - Para menggunakan laptop. Foto: Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Sering mencari tahu penyebab gangguan mental di internet ternyata tak jarang membuat seseorang makin panik.

Pasalnya, tak jarang banyak yang mencari tahu lantas percaya begitu saja.

BACA JUGA: 6 Mitos Seputar Vaksin COVID-19, yang Kelima Berbahaya

Padahal, apa yang di internet belum tentu sesuai dengan yang sebenarnya.

Menurut tim konselor dari aplikasi konseling Riliv Prita Yulia Maharani, mencari tahu gejala kesehatan mental di internet tidak selalu salah.

BACA JUGA: Kurangi Bicara Saat Mengenakan Masker Untuk Menangkal ini

"Sebenarnya tidak apa-apa mencari tahu gejala gangguan mental di internet. Namun, jangan lupa cross-check. Caranya ya dengan mendatangi psikolog atau psikiater profesional untuk tahu lebih lanjut masalah kesehatan mental yang sedang dialami. Dari situ bisa ditentukan langkah yang bisa diambil selanjutnya," ujar Prita dalam keterangannya, Minggu (29/9).


Self-diagnose Hanya Membuat Panik

BACA JUGA: Novel Ingin Berpasangan dengan Anies, Pengamat Prediksi Begini

Manusia memiliki naluri memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa menimpanya. Itulah mengapa lebih mudah bagi seseorang mengasumsikan hal-hal buruk ketika melakukan self-diagnose.

Pada akhirnya, self-diagnose hanya akan membuat seseorang mengalami kepanikan yang tidak seharusnya terjadi.

Periksakan diri ke psikolog profesional yang bisa menjelaskan kondisi dengan baik tanpa menimbulkan kepanikan dan kecemasan.


Gejala penyakit atau gangguan kesehatan mental yang ditebak lewat internet belum tentu benar.

Bisa saja yakin sedang mengalami anxiety disorder, tetapi sebenarnya mengalami depresi mayor.

Bisa jadi pula kebalikannya atau bahkan bukan keduanya.

Saat melakukan self-diagnose, seseorang menjadi tidak tahu sebenarnya penyakit atau gangguan kesehatan mental apa yang sedang dialami.

Hanya menduga-duga hal yang belum tentu kebenarannya.

Hal ini merupakan masalah karena dengan begitu jadi tidak bisa mendapatkan penanganan yang tepat.


Self-diagnose Bisa Memperparah Kesehatan Mental

Salah satu risiko dari melakukan self-diagnose adalah dapat memperparah kondisi kesehatan mental.

Ini bisa terjadi karena terlalu panik dan stres, tidak mengobati masalah kesehatan mental yang sedang dialami, atau bahkan mendapatkan pengobatan yang salah.


Self-diagnose bisa membuatmu menyangkal masalah kesehatan mental yang sedang dialami.

Biasanya seseorang akan menyimpulkan hal terburuk saat melakukan self-diagnose.

Namun, hal kebalikannya juga berlaku.

Tak jarang ada orang yang memilih untuk menyangkal gangguan kesehatan mental yang sedang dialami.

Mereka umumnya merasa masalah kesehatan mental yang dialami tidak terlalu parah.

Padahal, penyangkalan tidak akan menyelesaikan masalah.

Sebab bisa jadi masalah kesehatan mental yang dimiliki membutuhkan penanganan segera agar tidak makin parah.

Sering terjadi setelah mencari tahu masalah kesehatan mental di internet, seseorang jadi merasa tidak perlu berkonsultasi ke psikolog.

Sebab, merasa bisa tahu gejala yang dialami tanpa bantuan ahli.

Jika terlalu sering dilakukan, self-diagnose bisa memunculkan masalah kepercayaan kepada psikolog dan psikiater.

Hal ini dapat terjadi karena sudah terlalu percaya diagnosis yang didapat dari internet.

Akhirnya cenderung mempercayai internet, bukan para ahli.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler