jpnn.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal Tito Karnavian berhasil melewati uji kelayakan dan kepatutan atau fit and proper test sebagai calon tunggal Kapolri di Komisi III DPR, Kamis (23/6).
Dari pantauan JPNN.com di DPR, mantan Kapolda Papua dan Kapolda Metro Jaya itu terbilang sukses memukau para wakil rakyat di komisi bidang hukum. Meskipun, sesekali ia terlihat tegang ketika dicecar dengan pertanyaan-pertanyaan tajam seputar kasus.
BACA JUGA: Bayi Mungil, Ortunya Entah Siapa, Nama pun Gonta-ganti
Di antaranya mengenai masuknya nama jenderal bintang tiga itu dalam percakapan skandal Papa Minta Saham. Juga kasus dugaan pelanggaran HAM oleh Densus 88 Antiteror yang pernah ia pimpin, hingga aliran dana dari bekas anak buahnya pemilik rekening gendut di Papua, Aiptu Labora Sitorus.
Selebihnya, suami Tri Suswati itu lebih banyak tersenyum. Ketika menjawab berbagai pertanyaan anggota komisi III seputar kasus terorisme, dan persoalan sensitif tentang skandal Papa Minta Saham yang diwarnai pencatutan nama Presiden Joko Widodo, Tito lebih banyak tersenyum.
BACA JUGA: PSK Tua Tetap Mangkal Selama Ramadan, Diantar Suami, Tarif?
Ia bahkan membuat para wakil rakyat tertawa saat menjelaskan dengan gamblang kasus skandal Papa Minta Saham. Sebab, tanpa beban, Tito menyebut dirinya masuk percakapan pengusaha M Riza Chalid dengan Presdir PT Freeport Maroef Sjamsoeddin, bukan karena perebutan saham tapi dia dianggap berkontribusi menenangkan Jokowi.
Padahal, lanjut Tito, kemenangan Jokowi tanpa campur tangan dirinya sebagai Kapolda Papua dan jajaran. Masyarakat Papua, lanjut Tito, senang pada Jokowi karena capres yang berpasangan dengan Jusuf Kalla dua kali datang ke sana. Selain itu, mantan Walikota Surakarta juga memperkenalkan istrinya bernama Iriana.
BACA JUGA: PSK Tetap Puasa, jika Ada Pelanggan Minta Siang, ya... gitu Deh
Nama Iriana, kata Jokowi ketika itu, berasal dari kata Irian. Itu karena kakek Ibu Negara itu pernah menjadi guru di Irian.
"Itu membuat hati masyarakat di sana menjadi suka. Dari calon yang lain baik Pak Prabowo atau Hatta Rajasa, sampai waktu kampanye, tidak datang ke sana. Bagi masyarakat Papua, siapa yang datang, dia yang dapat," kata Tito, disambut tawa anggota komisi III.
Bahkan, Tito mengatakan di Papua bukan tidak ada partai lain yang cukup dominan selain PDIP. Di sana juga banyak suara Golkar dan Demokrat. Namun menurutnya mesin partai itu tidak jalan. "Mesinnya nggak jalan karena tidak ada yang kampanye ke sana. Seperti itu yang terjadi saat itu," tambahnya, disamnbut tawa lagi.
Saat menyelesaikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kritis dari anggota dewan, Tito terlihat begitu percaya diri dan menguasai persoalan yang dihadapi Polri. Apalagi bicara kontra-terorisme yang 11 tahun digelutinya. Tito, begitu menguasainya.
Alhasil, setelah semua pertanyaan dijawab, 10 fraksi di komisi III langsung menyetujui usulan Presiden Jokowi mengangkat Tito sebagai Kapolri. Ketika itu, Tito sempat terlihat tegang karena pengambilan keputusan dalam sidang FnP yang dipimpin Ketua Komisi III Bambang Soesatyo, langsung dilakukan di depan lulusan Akpol 1987 tersebut.
Menurut Bambang, hasil FnP akan dibawa ke sidang paripurna DPR pada 27 Juni 2016, pekan depan. Setelah itu pimpinan DPR akan menyurati Presiden Jokowi, untuk menjadwalkan pelantikan Tito sebagai Kapolri dan pemberhentian Jenderal Badrodin Haiti yang memasuki masa pensiun.(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengintip Isi Gedung Rupbasan di Sebelah Kuburan Tionghoa
Redaktur : Tim Redaksi