JAKARTA -- Ketua SETARA Institute, Hendardi, berencana mengajukan protes kasus pembongkaran Masjid Al-Ikhlas di Jalan Timor, Medan, di lahan eks kantor Hubdam/Kodam I Bukit Barisan, ke Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dan Menko Polhukam Djoko Suyanto.
"Kami akan menyampaikan surat protes ke Panglima TNI dan Menko Polhukam agar aparat tidak arogan dan menggunakan kekerasan menghadapi masyarakat sipil," terang Hendardi kepada JPNN, Jumat (6/5).
SETARA Institute sendiri telah mendapatkan informasi detil saat kejadian pembongkaran masjid dimaksudKronologis kejadian versi lembaga yang dipimpim Hendardi ini sudah dirilis ke wartawan pada Kamis (5/5)
BACA JUGA: Bupati Mamasa Segera Dicopot
Hendardi mengatakan, pihaknya bisa mendapatkan detil kronoligis karena punya jaringan di Medan."Kita punya akses di semua daerah," ujarnya
BACA JUGA: Berkantor di Panti, Pegawai Kangkangi Hak Lansia
"Rabu, 04 Mei 2011, dini hari sekitar pukul 00.55 Wib
BACA JUGA: Illegal Logging Masih Marak di Berau
Sebelumnya jamaah masjid baru saja menyelesaikan pengajian bersama di lokasi kejadian, Masjid Al Ikhlas di Jalan Timor No23 eks areal Kantor Hubdam I/BB, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Medan TimurTindakan kekerasan menyasar 18 jamaah yang berada di dalam masjid
Mereka ditarik paksa serta dianiaya, dipukul, tendangan dan teriakan kasar oleh para penyerangMenurut saksi mata ada 2 truk kepolisian yang berjaga-jaga di luar mesjid. Penyerang juga merampas handphone, dompet, tas, dan barang-barang lain dari jamaah.
Setiap jamaah disergap oleh 2-3 orang, diseret keluar, diangkut ke atas truk kepolisian yang sudah disiapkan di luar perkarangan mesjid, tanpa diberi kesempatan untuk mengambil dan mengenakan peci dan sandalSelanjutnya, seluruh jemaah dibawa ke Mapolresta Medan menggunakan truk Polisi.
Saat diseret ke pekarangan, jamaah melihat ratusan Polisi bersenjata lengkapSesampainya di Mapolresta, ke-18 jamaah diperintahkan untuk berbaris dan didata berkaitan barang-barang yang masih tinggal di Masjid, selanjutnya digiring masuk ke ruangan Intel Mapolresta.
Beberapa saat di ruang intel, sebagian HP milik jamaah dikembalikan namun tidak boleh diaktifkanTetapi, beberapa hanphone, tas, helm, uang, dan barang-barang milik jamaah sampai sekarang belum dikembalikanSetelah lebih dari 2 jam di Mapolresta Medan, ke-18 jemaah tersebut diizinkan untuk pulang.
Sekitar pukul 04.00, bangunan Masjid Al Ikhlas rata dengan tanah setelah dirobohkan oleh tiga buldozer dan bechoPembongkaran bermula dari rencana tukar guling Masjid Al Ikhlas yang berdiri dilahan milik Detasemen Perhubungan TNI AD dengan pihak pengembang PTGandareksa Mulya yang akan mengosongkan lahan untuk dijadikan lokasi sentra bisnis baruMasjid ini telah berdiri sejak tahun 1975 dan merupakan salah satu mesjid tertua di wilayah tersebut."
"Setara Institute mengecam aparat Kodam I/BB yang telah melakukan tindakan kekerasan dan mempertontonkan arogansi kekuasaan terhadap permasalahan yang terjadi dengan masyarakatSementara itu tindakan arogansi ini juga tidak menghargai upaya-upaya penyelesaian dan pencarian solusi yang sedang dilakukan oleh berbagai pihak," demikian bunyi rilis, yang diteken Hendardi dan Bonar Tigor Naipospos, Wakil Ketua SETARA Institute.
SETARA Institute meminta parat pemerintah daerah lebih aktif melindungi fasilitas publik yang dibutuhkan masyarakat"Fasilitas penting yang menyangkut tempat ibadah adalah kebutuhan asasi umat beragamaPilihan Kodam I/BB menggunakan kekerasan dalam penyelesaian konflik pertanahan menunjukkan kultur militeristik yang tidak berubah meski reformasi TNI teah berlangsung satu dekadeTindakan kekerasan terhadap warga mutlak dimintai pertanggung jawaban," demikian rilis resmi SETARA Institute(sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gaji 13 Dibayar Juli
Redaktur : Tim Redaksi