Setelah Sukses di ‘Udara’, Kini Merambah Bawah Laut

Kamis, 07 April 2016 – 02:02 WIB
Kepala Seksi Jaringan Pasar Dinas Pariwisata Maluku Utara, Kris Syamsudin pada ajang Deep and Extreme Indonesia (DEI) 2016 Cendrawasih Hall Jakarta Convention Center (JCC). FOTO:Malut Post/JPNN.com

jpnn.com - Deep and Extreme Indonesia (DEI) 2016 merupakan pameran petualangan bahari tahunan terbesar di Indonesia. Pada DEI ke-10 kali ini, Maluku Utara tak hanya mendulang untung promosi besar-besaran. Selain meraih best booth award, beragam paket wisata Malut pun di-booking pengunjung. Nilainya mencapai Rp 1 miliar lebih.

RUSDI ABDURRAHMAN, Jakarta

BACA JUGA: Mengunjugi Israel: Antara Diculik Hamas dan Dicekik Netanyahu

Dinas Pariwisata Provinsi Maluku Utara (Malut) tak main-main dalam promosi wisata tahun ini. Usai momentum wisata udara yakni Gerhana Matahari Total (GMT) yang sukses mendatangkan ribuan wisatawan, ajang Deep and Extreme Indonesia (DEI) 2016 pun dimanfaatkan untuk promosi wisata jor-joran.

DEI digelar selama empat hari sejak 31 Maret 2016. Dalam pameran potensi wisata itu, Malut memamerkan potensi baharinya yang sudah tak asing lagi di kalangan penikmat wisata. Sejak hari pertama, eksibisi yang dibuka Menteri Pariwisata Arief Yahya ini disesaki ribuan pengunjung. Lokal maupun mancanegara, semua berbaur menjadi satu di Cendrawasih Hall Jakarta Convention Center (JCC).

BACA JUGA: Sertu Dwi, Prajurit Kopassus yang Garang, Ternyata Anak Mama

Mantan Bupati Halmahera Barat, Namto Hui Roba yang diketahui amat concern terhadap wisata bawah laut, juga tampak di antara pengunjung. Sekali masuk, pengunjung dikenai tiket seharga Rp 25 ribu.

Dibagi dalam dua lokasi pameran, yakni wisata ekstrim dan wisata diving, bukan sekadar potensi wisata yang dipamerkan. Fasilitas wisata dengan kualitas terbaik pun menjadi prioritas penyelenggara. Karena rata-rata yang menjual paket wisata adalah si agen sendiri, dari sisi harga jauh lebih murah dari harga regulernya. Bahkan kebanyakan menggunakan harga promosi sehingga nilai diskonnya tinggi.

BACA JUGA: Mengunjungi Tel Aviv Israel, Kota Nomor Dua Setelah Silicon Valley

Kru Stan Pameran Taman Nasional Aketajawe - Lolobata

Mendapat stan dengan letak strategis, yakni tepat di samping pintu utama, Malut menjadi salah satu provinsi yang paling menarik perhatian pengunjung. Bukan hanya wisata bahari, kekayaan di atas muka bumi pun menjadi bahan pameran. Salah satu spot diving yang menjadi favorit pecinta underwater adalah bangkai KM Pari yang tenggelam di depan Pulau Ternate. Barakuda dan walking shark menjadi dua spesies yang menarik perhatian pengunjung.

Yang tak kalah menarik perhatian pengunjung adalah stan milik Taman Nasional (TN) Aketajawe-Lolobata. Stan ini dibuat berbentuk gua, dengan menampilkan burung-burung endemik dan orang Suku Tobelo Dalam. Meski ini pertama kalinya TN mengikuti DEI, fasilitas yang mereka sediakan terbilang lengkap. Ada pula sarana computer berisi informasi mengenai paket wisata, rute, jarak tempuh dan estimasi biaya. Dua layar televisi menayangkan kegiatan kru TN di hutan Aketajawe-Lolobata.

Dikdik Purnama Nugraha, Koordinator Pameran TN Aketajawe-Lolobata mengakui, informasi mengenai burung dan Suku Tobelo Dalam yang hidup di sekitar TN paling banyak menarik antusiasme pengunjung. Bahkan 2 ribu brosur yang disiapkan habis terbagi di hari ketiga. Kru pun terpaksa melakukan cetak ulang.

“Ini karena spesies burung di Malut mencapai 141 jenis burung, 27 diantaranya adalah endemik. Wisman paling senang dengan burung Mandar Gendang yang terdapat di wilayah Trans Binagara Desa Ake Jawi. Sayangnya burung ini terancam punah, sebab banyak terkena jerat masyarakat setempat,” terangnya seperti dilansir Malut Post (Grup JPNN).

DEI kali ini, Dinas Pariwisata menggandeng 16 agen wisata lokal. Diantaranya adalah Nasijaha Diving Center (NDC), CV Halmahera Trips, Kotamabopo Batobo Club (KBC), PT Blue Dragon, TN Aketajawe-Lolobata, Weda Bay Resort, Karaka Diving Center (KDC) dan Dodoku Ali Diving Club (DDC).

Empat hari DEI, penjualan paket wisata Malut mencapai angka fantastis. Sebagian agen yang telah melaporkan ke Dinas Pariwisata diketahui mampu menarik 100 lebih wisatawan untuk mengambil paket wisata yang dipamerkan. Blue Dragon, misalnya, berhasil menggaet 48 wisatawan. Dengan harga per paket Rp 12,5 juta, wisatawan akan diajak berlayar menumpangi kapal wisata Blue Dragon selama seminggu mengelilingi Ternate-Morotai-Loloda-Jailolo. Jika ditotal, Blue Dragon telah menjual paket wisata senilai Rp 600 juta di DEI kali ini. ”Ini harga promosi selama pameran. Harga regulernya di atas Rp 20 juta. Rata-rata pada booking di atas bulan April,” tutur Emil Bei, Direktur PT. Blue Dragon Indonesia.

Sementara NDC yang menawarkan paket diving seharga Rp 4,8 juta untuk enam hari telah menerima booking-an dari 40 wisatawan. Pendapatan agen ini mencapai Rp 192 juta. Begitu pula dengan TN Aketajawe-Lolobata yang menjual paket seharga Rp 5,5 juta untuk jangka waktu kunjungan 3 sampai 6 hari. Menggaet 50 wisatawan, di mana 10 diantaranya adalah wisman, operator ini berhasil meraup Rp 275 juta.

”Ini belum termasuk pemasukan dari sebagian besar agen yang belum sempat melapor,” ungkap Kris Syamsudin, Kepala Seksi Jaringan Pasar Dinas Pariwisata Malut.

Kris menambahkan, dengan anggaran untuk pameran yang tergolong kecil, input yang didapat berkali lipat jumlahnya. Karena itu, DEI menjadi kesempatan emas bagi daerah untuk mempromosikan potensi wisata masing-masing.

“Terutama bagi pengusaha lokal. Sebab kunjungan tamu pasti memiliki efek domino terhadap geliat ekonomi daerah. Jadi sangat merugilah bagi daerah yang tidak ikut ajang ini,” tandasnya.(udy/kai/fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tukang Becak Ini Sempat Berniat Jalan Kaki ke Tanah Suci, kini...


Redaktur : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler