Setiap Hari Tukang Tambal Ban Tabung Rp 20 Ribu, Sekarang Naik Haji

Senin, 15 Juli 2019 – 20:40 WIB
Jemaah haji Indonesia. (Foto: Dok Jpnn.com)

jpnn.com, SURABAYA - Sejak kecil Subandi sudah yatim. Di bangku sekolah dasar (SD), dia cari uang sendiri. Jualan roti dan es lilin.

Lelaki 54 tahun itu kini gigih mencari nafkah sebagai tukang tambal ban bersama sang istri, Intarti. Berkah itu tiba. Subandi dan Intarti naik haji.

BACA JUGA: Calhaj yang Idap Penyakit Ini Diminta Tunda Keberangkatan ke Tanah Suci

Bapak tiga anak tersebut menyatakan senang bisa membantu banyak orang dengan tambal ban.

''Bisa nolong orang. Dapat pahala dan yang penting barokah,'' katanya saat ditemui di tempat tambal ban pinggir jalan dekat Pasar Larangan.

BACA JUGA: Sudah 43.353 Jemaah Calon Haji Indonesia Tiba di Madinah, 4 Meninggal

Cukup banyak pengendara yang mampir ke tempat tersebut. Pengayuh sepeda onthel, sepeda motor, mobil, hingga angkutan umum. Berbagai masalah ban kendaraan ditangani Subandi.

BACA JUGA : 7 Manfaat Minum Air Kelapa untuk Jemaah Calon Haji

BACA JUGA: Ternyata Begini Cara Calon Haji Sembunyikan Rokok Sebelum Berangkat

Berkat kerja di ''jalanan'' yang dilakoni lebih dari 40 tahun itu, Subandi bisa pergi haji. Tahun ini dia bersama Intarti bakal berangkat ke Tanah Suci.

Mereka masuk daftar calon jamaah haji (CJH) Kota Delta yang memasuki asrama haji pada Agustus.

Subandi tidak pernah menyangka bisa berhaji bersama istri. Masa lalunya cukup sengsara. Dia hampir meneteskan air mata saat bercerita.

Mata kakek dua cucu itu berkaca-kaca. ''Dulu, makan hanya sekali sehari itu sering,'' ucapnya.

Sejak usia 7 tahun dia bertanggung jawab membantu ibunya. Saat remaja, dia membiayai empat adiknya yang masih kecil.

Subandi yang juga masih kecil mencari kerja sebisanya. Yang penting halal. Bahkan, dia rela tidak makan asal ibu dan adik-adiknya tidak kelaparan. Saat perut melilit karena tidak ada makanan, dia hanya terdiam.

BACA JUGA : Ternyata Begini Cara Calon Haji Sembunyikan Rokok Sebelum Berangkat

Dalam keadaan terpaksa, dia mengambil pepaya dan mangga yang tumbuh liar di jalan. Dia juga sudah puas bisa mencecap tebu yang masih tumbuh.

''Maaf, itu salah. Tapi, itu dulu karena lapar,'' kata bapak tiga anak tersebut berterus terang.

Dengan pengalaman sulitnya hidup itu, Subandi suka membantu orang lain. Tambal bannya sengaja dibuka 24 jam.

Tujuannya, bisa melayani orang setiap saat. Sebab, mencari tukang tambal ban ketika malam sangat sulit.

''Ada tempat tambal ban. Tapi, orangnya tidak mau nambal. Alasannya sudah tutup,'' katanya.

Subandi menikahi istri tercintanya, Intarti, pada 1985. Perempuan 51 tahun itu memperlancar ikhtiar mereka agar bisa pergi ke Tanah Suci.

Menyisihkan sebagian pendapatan untuk mendaftar haji. ''Nabung sejak 2004,'' ucap Intarti. Jumlahnya setiap hari tidak tentu. Kadang Rp 20 ribu, Rp 35 ribu, bahkan kurang. Bergantung pendapatan Subandi.

Pada 2010, mereka mendaftar haji. Uang tabungan dibongkar. Mereka niat pergi haji. Subandi punya pengalaman menarik saat mendaftar haji. Kala itu dia ditanya soal pekerjaan. Terus terang, dia bilang tukang tambal ban.

''Apa Sampean nanti bisa melunasi?'' ucap Subandi menirukan pertanyaan orang KBIH itu. Dengan mantap, Subandi menjawab bisa. Sejak itu dia kerja lebih giat lagi. Pagi hingga malam. (may/c15/roz/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 7 Manfaat Minum Air Kelapa untuk Jemaah Calon Haji


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler